・༓☾ 00. Prolog ☽༓・

483 18 2
                                    

Hello! Welcome, yeorobun👋
Senenggg banget rasanya bisa kembali di sini dengan membawa cerita baru dengan judul "Camaraderie".

Berharap cerita ini dapat menjadi bacaan sekaligus hiburan di sela aktivitas padat teman-teman.

Yuk, kita sama-sama dukung cerita ini sampai akhir. Hope you always enjoy and happy reading❣️

Selamat menjelajah dalam dunia Iyan dan Aya❤

.
.
.

・༓☾ ☽༓・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

・༓☾ ☽༓・

Dari kejauhan, nampak seorang anak kecil berambut sebahu duduk di bawah naungan pohon yang lumayan besar, berada di depan sebuah rumah yang cukup mewah. Kedua kakinya menekuk dengan tangan yang memeluk erat kakinya, menenggelamkan kepalanya di antara lekukan tersebut.

Di sisi lain, seorang anak lelaki yang baru saja selesai membeli es krim nampak mengayuh sepedanya, mendekat ke arah anak perempuan yang mungkin seusianya dengannya itu.

“Hey, kamu ngapain di situ?” tanyanya, dia turun dari sepeda dan memandangi anak perempuan itu sambil masih memakan es krimnya, nampak sangat nikmat.

Mendengar ada yang berbicara, anak perempuan itu mendongak, memperlihatkan matanya yang memerah dan sedikit membengkak. Dengan masih mengeluarkan air mata, anak perempuan itu bertanya dengan suara yang sedikit bergetar, “Kamu siapa?”

“Ryan," ucap anak lelaki itu sembari mengulurkan tangan kanannya setelah sebelumnya memindahkan es krimnya ke tangan kiri.

Anak perempuan yang mungkin berusia sekitar enam tahun itu nampak terdiam sebentar. Berdiri dari duduknya sebelum akhirnya menjawab, “Laya.” Sembari menerima uluran tangan Ryan.

"Laya?" Ryan nampak mengangguk-angguk kecil. Berusaha untuk mengingat nama itu.

“Kamu tadi ngapain duduk sendiri di situ?” tanya Ryan, anak lelaki itu terlihat lebih tinggi dari anak perempuan yang mengaku bernama Laya ketika sudah berdiri berhadapan seperti saat ini.

Laya yang ditanya malah terdiam, matanya tak lepas dari benda yang sejak tadi digenggam oleh Ryan.

"Kamu nggak kenapa-napa, kan?” tanya Ryan karena tak mendapati jawaban dari anak perempuan tersebut.

Laya nampak mengerjapkan matanya sebentar. “Iyan, aku boleh minta es klim?”

Ryan yang mendengarnya pun langsung menatap Laya heran. “Namaku Ryan, Laya! Bukan Iyan!” tutur Ryan, wajahnya nampak sedikit tertekuk.

Camaraderie | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang