Hai, Camaraderie Gengs💛
Siapa yang udah kangen sama cerita ini?☝️
Sorry, aku udah ngilang beberapa minggu🥺. Ada yang kangen aku, nggak? Hahaha
Udah siap baca part epilog Camaraderie kali ini?
Kasih banyak cinta dulu untuk merekaaaaaa💛💛💛
Happy reading🥰
.
.
.
・༓☾ ☽༓・"Meskipun pada akhirnya usai, pada akhirnya dia tak pernah lagi kembali, namanya akan selalu terkenang. Dalam karya, dalam keabadian."
-from the epilog of Camaraderie
・༓☾ ☽༓・
Satu tangannya yang bebas nampak mengayun, seirama dengan langkah kaki yang membawanya menuju sebuah tempat. Sedangkan satu tangannya lagi nampak tengah membawa sesuatu, berbentuk persegi panjang seukuran A5. Sebuah buku.
Langkahnya semakin melambat seiring sudah lebih dekatnya dia dengan tempat tujuan. Matanya yang semula masih fokus menatap pada kedua orang yang juga tengah memperhatikannya, kini beralih pada sebuah nisan, bertuliskan nama seseorang, bertabur bunga di sekelilingnya.
"Assalamualaikum, Aya."
・༓☾ ☽༓・
Semua sudah usai
Kisah yang dituliskan telah rampung
Tak ada lagi tawa, begitu juga tangisan pilu ketika menuliskannya
Semua telah berakhir
Seperti kisah yang terdapat dalam halaman akhir buku iniDitutupnya buku itu dengan perlahan, tepat ketika dia telah selesai membaca kalimat terakhir dalam lembaran halaman akhir buku tersebut.
Matanya beralih ke kedua orang di hadapannya, hanya sebentar, sebelum akhirnya menatap ke arah jendela kafe. Tepat ketika seseorang remaja lelaki yang entah siapa memarkirkan sepeda hitamnya di sana.
"Dia berhasil menyelesaikan tulisannya. Sekaligus takdirnya di dunia," lirihnya, masih memperhatikan ke arah luar. "Mereka di sana udah saling ketemu belum, ya?"
Pertanyaannya itu hanya disambut hening oleh kedua orang lainnya. Suara alunan musik kafe, juga obrolan dari pengunjung lain yang tak seberapa banyak menjadi pengisi keheningan tersebut. Ketiganya sama-sama hanyut dalam pemikirannya masing-masing. Tentang dia, tentang sosok penulis dari sebuah buku yang kini ada di tangan Angel.
RA. Akronim dari dua nama orang yang berbeda, yang mengabadikan kisahnya dalam sebuah karya tulis berjudul Camaraderie.
・༓☾ ☽༓・
Senyuman itu masih sama. Begitu pula dengan suaranya. Dia yang tengah menuliskan sesuatu di atas ranjangnya itu mendongak, menatap satu persatu orang-orang di sampingnya.
Senyumnya mengembang sempurna, sebelum akhirnya dia membuka suara. "Hai, Alfi, Selatan, Anjel."
"Makasih, ya, udah temani Aya berjuang selama Iyan pergi. Makasih udah selalu dukung Aya untuk tetap menulis kisah ini. Melanjutkan yang pernah ditulis oleh Iyan. Dan kalau suatu saat nanti Aya nggak punya waktu untuk menulis lagi, Aya dan Iyan ingin tetap abadi, tetap ada di sini. Jadi, Aya mohon jaga tulisan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie | End
Teen Fiction"Sejak awal seharusnya kita sadar, bahwa kita hanya dipertemukan, bukan untuk dipersatukan, apalagi untuk selamanya." - Camaraderie ●●● Berawal dari kesedihan Raya akibat ditinggal oleh orang tuanya, Ryan---sosok anak lelaki dengan sepeda hitam dan...