Haii, Camaraderie Gengs🌞🌻
Tahu cerita ini jalur mana?
Yuk, taburkan banyak-banyak serbuk cinta untuk Iyan dan Aya🧚♂️🧚♀️🌬
Selamat membaca kisah mereka, semoga selalu suka, ya❣️
.
.
.
・༓☾ ☽༓・Suasana haru kini memenuhi hampir seluruh ruangan aula yang sudah di hias secantik mungkin. Semua wali murid duduk bersama dalam satu ruangan, saling berbincang hangat, memuji anak masing-masing dan berharap menjadi yang terbaik dalam kelulusan ini.
"Anak saya dari SD juara satu terus, SMP juga gitu, Bu."
"Kalau anak saya akademiknya agak kurang, Bu. Tapi kalau olahraga, dia sering juara," kata wanita paruh baya yang lain. Mengingat jelas bagaimana anaknya tersebut.
"Anak saya sukanya masak. Lulus SMP udah langsung minta daftarkan ke SMK Jurusan Tata Boga. Padahal saya sama suami maunya dia jadi tentara atau polisi gitu."
"Kalau Bu Ela gimana anaknya?"
"Bu Ela jadi wali murid anaknya Bu Aira dan Pak Rio lagi, Bu? Kok, Ibu mau, sih? Orang tuanya sendiri aja nggak pernah datang setiap pengambilan rapor anaknya sendiri, ya, nggak, Bu?"
Ibu-ibu yang lain mengangguk, membenarkan ucapan ibu tadi. Memang bukan rahasia lagi, hampir setiap wali murid mengenal sosok Raya yang sering meraih juara pertama, namun tak pernah terlihat kehadiran orang tua gadis itu selain diwakilkan oleh Ela.
Ibu-ibu yang duduk di samping Ela membuat Ela yang semula hanya diam mendengarkan mau tidak mau harus ikut dalam perbincangan ibu-ibu itu.
"Raya sudah saya anggap seperti anak sendiri. Jadi, saya tidak pernah keberatan untuk mengambil rapor atau kelulusan bagi dua anak saya yang sekolah di sini, Bu."
Jawaban dari Ela membuat ibu-ibu yang bertanya tadi hanya mendengus, setelahnya mereka pun berbincang kembali tanpa melibatkan Ela lagi dalam pembicaraan.
Sedangkan di bangku lain yang terletak di posisi depan, nampak para murid sudah duduk dengan tenang. Namun, debaran jantung itu tak dapat disembunyikan. Semua menunggu dengan cemas hasil dari perjuangan selama tiga tahun di bangku menengah pertama tersebut.
"Ay, deg-deg an, nggak?" tanya Ryan yang hari ini nampak lebih rapi dari biasanya. Katanya biar bagus hasilnya nanti saat foto sama bunda.
Raya menggeleng sebagai jawaban. "Memangnya Iyan deg-deg an?"
"Iya, banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie | End
Teen Fiction"Sejak awal seharusnya kita sadar, bahwa kita hanya dipertemukan, bukan untuk dipersatukan, apalagi untuk selamanya." - Camaraderie ●●● Berawal dari kesedihan Raya akibat ditinggal oleh orang tuanya, Ryan---sosok anak lelaki dengan sepeda hitam dan...