・༓☾ 45. Sebuah Kertas ☽༓・

25 3 0
                                    

Hai, Camaraderie Gengs🌞🌻💛

Presensi dulu, idol fav kamu siapa? 👉

Vote dan penuhi komentar di setiap paragrafnya, Gengs🙌

Taburkan banyak cintaaaaa untuk cerita ini🧚‍♀️✨💛

Happy reading🥰
.
.
.
・༓☾ ☽༓・

Sepanjang jalan menuju sekolah, sudut bibir Raya terus mengembang, menyunggingkan senyum tipisnya. Wajahnya nampak berseri dengan binar mata bahagia.

Pagi tadi sebelum berangkat sekolah, dia mendapatkan beberapa pesan. Hanya sederhana, namun mampu membuat gadis itu bahagia hingga sekarang.

Mama❣️
| Ayaaa
| Besok Mama ke asrama kamu
| Kita pergi jalan dan makan bareng, ya?
| Mama kangen

Iyan🌞
| Ayyyy
| Bangunnnnnnn!
| Jangan keboooooo!

panggilan telepon tak terjawab pukul 05.00
panggilan video tak terjawab pukul 05.03
panggilan telepon tak terjawab pukul 05.05

Demi apapun, Raya benar-benar ingin terus tersenyum. Mengingat besok mamanya datang mengajaknya untuk makan bersama, itu adalah momen yang selalu Raya suka, meskipun Raya tahu dia bukanlah anak kandung dari sosok yang dipanggilnya dengan sebutan 'mama' tersebut.

Dan mengingat pesan Ryan, cowok itu benar-benar menunjukkan janjinya ketika tahu Raya pernah telat sekolah karena kesiangan dan tanpa ada yang membangunkan. Saat itu Alfi tengah tak ada di asrama. Meskipun sebenarnya pagi tadi dia sudah bangun lebih awal dari alarm telepon yang Ryan lakukan.

Iyannn |
Makasih udah bangunin Aya |
Sayang Iyan banyak-banyak😘 |

Dan si penerima pesan di belahan tempat yang berbeda, nampak tertawa pelan. Mengabaikan tatapan aneh dari siswa lain yang tak sengaja melihatnya di sepanjang koridor menuju kelas. Tanpa membalas pesan itu lagi, dia masuk ke dalam kelas usai menyimpan ponselnya di saku celana.

"Manis banget orang yang nggak bisa aku miliki."

・༓☾ ☽༓・

Usai mendapatkan makanan, gadis dengan rambut hitam sebahu itu nampak berjalan menuju meja yang biasanya dia tempati untuk makan bersama seseorang lainnya.

"Maaf ya, Yan, lama. Hehe, ngantri," kata gadis yang tak lain adalah Angel. Sembari menaruh sepiring nasi lengkap dengan sayur dan lauknya, kemudian duduk di kursi depan Ryan.

Ryan mengulas senyumnya. "Nggak masalah, Njel. Ayo, makan," ajak Ryan yang kemudian membuka kotak bekalnya. Rutinitas cowok itu yang entah sejak kapan dia lakukan. Menurut Ryan itu lebih hemat katanya.

"Mau cobain nggak?" tanya Ryan, menawarkan beberapa menu sayuran buatan sang bunda dengan dirinya pagi tadi.

"Bowleh, Yan," sahut Angel tak jelas karena mulutnya tengah penuh dengan makanan.

Ryan sedikit tertawa melihat Angel. Setelahnya dia pun memberikan sayur dan juga lauk miliknya pada Angel. Sebenarnya selalu seperti itu setiap kali keduanya makan bersama.

Camaraderie | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang