・༓☾ 33. Sakit ☽༓・

31 4 0
                                    

Hai, Camaraderie Gengs🌞🌻👋

Makanan favorit kamu apa?👉
Siapa tahu ada yang samaan dengan Iyan dan Aya🍦🍧🍨🧁

Udah siap untuk baca kisah mereka? Taburkan dulu banyak cinta untuk kesayangannya kita🧚‍♂️🧚‍♀️🌬💛

Vote dan komennya jangan lupa, Gengs. Karena itu sangat berarti untuk aku dan cerita ini🙌✨

Selamat membaca dan semoga suka, yaaa🥰
.
.
.
・༓☾ ☽༓・

Memandang sekali lagi dan memastikan bahwa alamat rumah yang dituju adalah benar, Raya kemudian turun dari ojek online usai membayar ongkosnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Memandang sekali lagi dan memastikan bahwa alamat rumah yang dituju adalah benar, Raya kemudian turun dari ojek online usai membayar ongkosnya.

Raya bergeming sebentar, memandang ke arah sebuah rumah asing yang sangat sederhana. Jauh lebih sederhana dari rumahnya dulu, meskipun halaman rumah tersebut terbilang sangat luas.

Berpikir apakah dia harus benar-benar masuk atau tidak, akhirnya gadis dengan ikat rambut berwarna merah itu pun memutuskan untuk menekan bel dan mengucapkan salam.

Dengan jantung yang berdegup kencang, Raya berdoa dalam hati, "Semoga Aya nggak salah rumah, semoga."

Ketika doanya selesai, bertepatan dengan pintu rumah yang terbuka. Menampilkan sosok wanita paruh baya dengan pakaian khas rumahannya. Meskipun begitu, terlihat ada yang berbeda dengan wanita tersebut.

Wanita itu terkejut sesaat, namun setelahnya dia mengulas senyum lebar dan memeluk Raya erat.

"Badan Mama panas, wajahnya pucat."

"Raya, Mama nggak nyangka kamu benar-benar berkunjung ke sini," gumam Aira, kemudian melepaskan dekapannya tersebut, menangkup wajah anak semata wayangnya itu lembut.

"Mama sakit?" tanya Raya akhirnya, tak melepaskan pandangan sedikitpun dari sosok wanita yang telah melahirkannya itu.

Bukannya menjawab, mamanya itu lagi-lagi hanya mengulas senyum dan berkata, "Ayo, masuk, Sayang. Anggap aja ini rumah kamu sendiri. Kamu bisa bebas ke sini kapanpun kamu ingin." Membawa Raya ke arah ruang tamu yang diikuti Raya di belakangnya.

"Mama sendiri?"

"Iya," jawab Aira, masih mengulas senyum keibuannya.

Seandainya, seandainya aja senyum itu yang sejak dulu diperlihatkan untuk Aya. Yang selalu hadir di setiap Aya sedih, dan yang mampu menenangkan Aya di tengah rasa takut akan suara hujan dan gemuruh petir serta gelapnya malam. Seandainya aja....

Camaraderie | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang