Hai, Camaraderie Gengs🌞🌻💛
Presensi dulu, ketik nama Iyan di sini👉
Udah siap untuk baca kelanjutan kisah mereka? Vote dan penuhi komentar di setiap paragrafnya, Gengs🙌
Happy reading🥰
Putar mulmed di atas biar makin kerasa vibes-nya🙌
.
.
.
・༓☾ ☽༓・Gadis ber-hoodie hitam itu menghentikan langkah, tepat di depan sebuah pintu yang terdapat kaca tembus pandang. Sehingga, dari jarak tersebut, gadis itu masih bisa melihat objek yang ada di dalam sana.
Di ruangan yang tak terlalu besar itu, ada seseorang yang tengah mempertaruhkan nyawa, ditopang beberapa alat medis di sekujur tubuh kurusnya. Seolah seperti penanda antara hidup atau malah meninggalkan dunia untuk selamanya.
Tanpa sadar, cairan bening mengalir di pipi gadis itu. Semakin lama, hingga berubah menjadi isakan kecil.
"Iyan, aku tau kamu kuat. Aku tau kamu pasti bisa lewatin semuanya. Aku tau kamu pasti bisa sembuh."
"Jangan pergi, Yan. Kamu satu-satunya teman yang aku punya, yang paham dan yang bisa ngertiin aku selama ini. Kalau kamu pergi, terus aku temenan sama siapa?"
Tangis gadis itu seketika pecah. Dia membalikkan tubuhnya, tidak lagi menghadap ke dalam ruangan. Dia tak lagi punya kesanggupan untuk melihat teman satu-satunya di dalam sana yang belum sadar. Kata dokter, Ryan dinyatakan koma.
Hati Angel nyeri mendengar perkataan itu. Mengetahui entah akan berapa lama mata temannya itu menutup. Kini dia tak mampu lagi menahan berat tubuhnya, lututnya kembali lemas seperti layaknya jelly, dia jatuh terduduk di sana, menyembunyikan wajahnya di antara lipatan kaki dan mulai kembali meraung dengan isak tangis yang semakin mengeras.
Di sela tangisnya, ingatannya kembali terlempar ke kejadian malam itu. Kejadian yang memang mustahil untuk Ryan selamat. Kecelakaan tragis yang membuat tubuh itu dilumuri banyak darah, serta kenyataan akan penyakit yang Ryan derita. Beruntung Ryan masih selamat, meskipun dinyatakan koma.
Namun setidaknya, Angel masih punya kesempatan melihat Ryan kembali membuka mata. Yang entah kapan akan terjadi, di hatinya jelas tahu bahwa itu kemungkinan yang begitu minim.
Di tengah isaknya yang belum reda. Dia bergumam, "Yan, katamu kamu masih punya banyak mimpi bareng Raya yang belum terpenuhi. Kalau kamu pergi, artinya kamu bakalan nyerah sama impian kamu selama ini?"
"Gimana sama Bunda, Bintang dan aku?" lanjutnya, kali ini lebih lirih dengan napas yang tak lagi beraturan di sela tangis. Membuatnya cukup kesulitan berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie | End
Teen Fiction"Sejak awal seharusnya kita sadar, bahwa kita hanya dipertemukan, bukan untuk dipersatukan, apalagi untuk selamanya." - Camaraderie ●●● Berawal dari kesedihan Raya akibat ditinggal oleh orang tuanya, Ryan---sosok anak lelaki dengan sepeda hitam dan...