・༓☾ 07. Dari Ayah ☽༓・

41 5 0
                                    

Haii, Camaraderie Gengs

Ketik 'Semangat Iyan' di sini👉

Kalau udah, yuk, taburkan banyak-banyak cinta untuk Iyan dan Aya❤😘

Happy reading🌞🌻
.
.
.
・༓☾ ☽༓・

Hening menyelimuti keduanya sejak beberapa menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening menyelimuti keduanya sejak beberapa menit yang lalu. Seperti tak ada yang ingin membuka suara lebih dulu.

Ryan yang terus memandang ke depan dengan tatapan hampa, dan Raya yang senantiasa menunggu sahabatnya itu untuk membuka suara. Tapi, sepertinya gadis itu tak suka lagi menunggu lebih lama.

Ryan terlalu banyak diam, dan Raya tak ingin sahabatnya itu terus-terusan seperti itu. Bahkan ketika saat menyuapi Ryan tadi, cowok itu hanya makan sebanyak dua suap dan hanya mengeluarkan satu kalimat saja.

"Aku kangen Ayah, Ay." Itu saja, dan setelahnya tidak ada lagi kalimat yang keluar dari bibirnya.

"Yan." Akhirnya Raya lebih dulu membuka suara. Menatap Ryan dari samping. Tangannya tergerak mengambil tangan milik Ryan, menggengam dan mengusapnya lembut.

Sepertinya hanya itu yang bisa Raya lakukan sekarang. Dia tak bisa menyemangati Ryan hanya dengan kata-kata. Karena memang benar, kehilangan sosok yang dicintai memang semenyakitkan itu. Bahkan, bisa jadi luka itu akan sembuh sangat lama ketika yang ditinggalkan belum bisa menerima.

Yang bisa Raya lakukan hanyalah menyemangati dalam diam. Berdoa yang terbaik untuk mendiang ayah Ryan, begitupun untuk keluarga sahabatnya itu.

Raya masih senantiasa mengenggam tangan Ryan tanpa mengucapkan apapun lagi. Hingga, samar Raya mendengar isakan yang lolos begitu saja. Gadis itu menoleh dan mendapati Ryan meneteskan air mata, lagi.

"Semua masih terasa kayak mimpi, Ay," katanya, mulai membuka suara.

"Padahal malamnya kita sempat kumpul bareng. Makan bareng, bercanda bareng Ayah," lanjutnya, tertawa sumbang.

Raya jelas sangat ingat momen itu. Dia ada di sana, dalam lingkup keluarga Ryan malam itu.

"Aku benar-benar nggak nyangka kalau malam itu jadi hari terakhir Ayah di rumah ini."

"Emang benar, ya, Ay, umur nggak pernah ada yang tau," ungkapnya. Menatap langit yang mulai menunjukkan warna keemasannya. Indah. Namun tak seindah kisah yang dialami Ryan saat ini.

"Yang hari ini kelihatan sehat, baik-baik aja, nggak taunya besok udah pergi gitu aja. Tiba-tiba."

Entahlah, tapi genggaman tangan Raya saat itu semakin erat. Ucapan Ryan membuatnya takut, takut jika saja suatu saat hal itu akan benar-benar terjadi, padanya, pada orang-orang terdekatnya, mungkin.

Camaraderie | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang