・༓☾ 40. Sebuah Ponsel ☽༓・

30 3 2
                                    

Hai, Camaraderie Gengs🌞🌻💛

Presensi dulu, angka favorit kamu apa?👉

Udah siap untuk baca kelanjutan kisah Camaraderie?

Vote dan penuhi komentar di setiap paragrafnya, Gengs🙌

Happy reading💛
.
.
.
・༓☾ ☽༓・

Setelah sesi hujan-hujanan di depan halaman rumahnya kemarin sore, paginya Raya langsung pamit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah sesi hujan-hujanan di depan halaman rumahnya kemarin sore, paginya Raya langsung pamit. Berdiri di depan pintu rumah Ryan, bahkan sebelum matahari menampakkan wujudnya di bumi saat itu.

Dengan membawa tas yang tak seberapa besarnya, gadis itu mengetuk pintu di depannya pelan, menyerukan sebuah nama. Nama yang hampir sepanjang dia hidup selalu ada di sampingnya.

Dan tepat di panggilan kedua, pintu kayu di depannya terbuka perlahan. Menyembul sebuah wajah khas bangun tidur yang sangat kentara di sana.

"Aya?" Kaget Ryan.

"Iyan, Aya pamit, yaa. Ini buat Iyan," ucap Raya, mengabaikan keterkejutan Ryan sembari menyerahkan sesuatu di tangan cowok itu.

"Aya seneng dengar suara Iyan. Dan Aya pengin terus dengar suara itu, lewat ini," katanya lagi.

"Aya juga pengin selalu tau kabar Iyan, dari ini juga."

Raya kemudian mengulas senyum lebarnya pada cowok tersebut. Senyum yang mungkin menjadi simbol atas perpisahan keduanya entah untuk yang ke berapa kalinya itu terjadi.

Perpisahan yang akan selalu mengharapkan pertemuannya kembali, nanti.

"Iyan harus fokus ujian, Aya juga bakalan fokus di sana." Suara gadis itu mulai bergetar, namun sebisa mungkin tetap bisa untuk menunjukkan senyum terbaiknya kala itu.

"Kita terus komunikasi lewat ini, bisa, kan?"

Yang Raya maksud adalah sebuah ponsel yang beberapa detik lalu dia serahkan kepada Ryan. Dia hanya ingin terus tahu kabar cowok itu, mendengar suara merdunya dan tak ingin kehilangan kabar sedikit pun dari apapun yang Ryan lakukan. Ponsel itu juga mungkin bisa berguna untuk proses belajar Ryan, nantinya.

"Ay, kamu nggak perlu repot-repot kasih ini. Kita, kan, masih bisa ketemu nanti," tolak Ryan, berniat ingin mengembalikan ponsel itu pada pemilik sebelumnya.

"Kita nggak bisa ketemu tiap hari. Tapi, dengan adanya ponsel ini, Aya jadi bisa tau terus kabar Iyan. Aya ingin selalu ada di dekat Iyan."

Camaraderie | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang