・༓☾ 34. Kenyataan ☽༓・

31 2 0
                                    

Hai, Camaraderie Gengs🌞🌻💛


Absen kamu dari kota mana, Gengs👉

Vote dan komen di setiap paragraf ditunggu, Gengs. Karena itu sangat berarti untuk aku dan cerita ini🥰

Happy reading 💛
.
.
.
・༓☾ ☽༓・

Di depan pintu yang tidak tertutup sempurna, Raya diam mematung dengan kedua tangan yang menggenggam erat nampan yang tengah dia bawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan pintu yang tidak tertutup sempurna, Raya diam mematung dengan kedua tangan yang menggenggam erat nampan yang tengah dia bawa. Memperhatikan seseorang yang nampak berbincang serius melalui ponsel.

"Sampai kapanpun, Raya tetap anak saya. Kamu tidak berhak mengambilnya dari saya, Rio!"

"Raya memang bukan anak kandung saya ataupun kamu, tapi saya menyayangi dia seperti anak saya sendiri."

"Jadi, tolong jangan ambil Raya dari saya!"

Prang!

Aira menoleh cepat, tepatnya ke arah pintu yang seketika membuat jantungnya berdegup kencang. Raya ada di sana, menatapnya dengan sorot mata yang sulit diartikan.

"Raya," lirihnya, kemudian mengabaikan begitu saja ponselnya. Beranjak dari ranjang untuk menghampiri anaknya yang masih bergeming di sana.

"Ray---"

"Maaf, Ma. Aya nggak sengaja jatuhkan nampannya. Aya beresin dulu dan ambilkan lagi bubur buat Mama," potong Raya yang bahkan Aira belum sempat untuk menyelesaikan kalimatnya.

"Ray---"

"Sebentar, ya, Ma. Mama tunggu aja di kamar." Lagi, Raya memotong kalimat Aira. Dan setelahnya, gadis itu pergi dari depan pintu kamar mamanya menuju dapur.

"Kenapa dada Aya sakit banget rasanya?" batin Raya, masih mengingat dengan jelas kalimat yang dilontarkan oleh Aira tadi. Kalimat yang sangat menohok dan begitu melukai hatinya. Kalimat yang tak pernah dia duga hampir sepanjang hidupnya di dunia.

"Kalau Aya bukan anak kandung Mama sama Papa, lalu Aya anak siapa? Siapa orang tua kandung Aya?"

・༓☾ ☽༓・

"Benar, kamu memang bukan anak kandung Mama dan Papa, Raya. Kamu kami adopsi saat berusia tiga bulan dari salah satu panti asuhan."

"Mama dan Papa sejak awal tidak pernah saling mencintai, kami dijodohkan dan masing-masing sudah memiliki sosok yang dicintai hingga sekarang. Dan kami pun tidak pernah berniat untuk memiliki seorang anak. Namun, karena tuntutan dari orang tua untuk segera memiliki keturunan, Mama dan Papa akhirnya mengadopsi seorang anak, yaitu kamu, Raya."

Camaraderie | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang