・༓☾ 28. Nangis Aja, Nggak Apa ☽༓・

43 5 0
                                    

Hai, Camaraderie Gengs🌞🌻💛

Gimana puasanya? Masih utuh atau udah ada yang bolong?😃

Jangan lupa vote dan penuhi komen di setiap paragrafnya, Gengs 🙌

So, happy reading, ya🥰
.
.
.
・༓☾ ☽༓・

"Bunda, kuenya Aya cetak pakai yang bentuk bunga, ya? Kayaknya bakalan kelihatan cantik," kata Raya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bunda, kuenya Aya cetak pakai yang bentuk bunga, ya? Kayaknya bakalan kelihatan cantik," kata Raya. Tangannya sudah diberi plastik pelindung untuk memulai mencetak kue kering milik Bunda Ryan. Kue yang dibuat sendiri sesuai resep bunda untuk hari perayaan natal yang sebentar lagi tiba.

"Iya, Sayang. Sebebas Aya mau bentuk apa aja," ucap Ela sembari tersenyum, tangannya masih sibuk membuat adonan untuk kue kering lainnya.

Mendengar itu, Raya jadi semakin bersemangat. Dia begitu jarang berkutat dengan bahan-bahan kue, dan di hari liburnya sekarang, dia tak ingin menyiakan kesempatan itu. Dia ingin belajar lebih banyak hal kepada Bunda Ryan.

Ryan yang sedang membuat minuman di dapur tersenyum. Dia senang melihat interaksi Raya bersama sang bunda. Membuat Bintang yang ada di samping Ryan pun sedikit menggoda abangnya itu.

"Kak Aya cantik, ya, Bang?"

"Iya," jawab Ryan, masih mengaduk teh es buatannya dalam teko berukuran sedang.

"Abang sayang sama Kak Aya?"

"Iya."

"Cinta juga?"

"Iy---eh? Maksud kamu apa, sih, Bintang?" kata Ryan, langsung sadar akan pertanyaan dan jawaban yang dia berikan. Adiknya itu ternyata sengaja menjebaknya dengan pertanyaan semacam tadi.

"Nggak ada, cuma nanya aja. Dan Abang jawab jujur banget. Bintang puas dengarnya," ucap Bintang, tersenyum lebar melihat ekspresi wajah abangnya saat ini. Wajah yang memerah menahan malu.

"Nggak usah aneh-aneh. Bawa yang bener itu gelasnya. Dimarahin Bunda kalau sampai pecah."

Bintang mengerucutkan bibirnya, sedikit kesal. "Iya-iya, Bang. Mentang-mentang ketahuan suka sama Kak Aya," cibirnya. Mengikuti langkah abangnya dari belakang sembari membawa nampan berisi empat gelas kosong. "Jangan galak-galak, Bang! Nanti Kak Aya pergi baru tau rasa!" lanjutnya lagi, seolah belum puas menjahili abangnya itu.

Menurut Bintang, abangnya itu lucu. Apalagi ketika sedang tidak fokus seperti tadi, membuatnya dengan mudah dan leluasa untuk menjahili.

Camaraderie | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang