・༓☾ 44. Sebuah Cerita ☽༓・

27 1 0
                                    

Hai, Camaraderie Gengs🌞🌻💛

Presensi dulu, tahu cerita ini dari mana?

Vote dan penuhi komentar di setiap paragrafnya, Gengs✨

Taburkan banyak cintaaaaa dulu untuk mereka🧚‍♀️✨

Happy reading💛
.
.
.
・༓☾ ☽༓・

"Meskipun sesaat, kenangannya akan tetap abadi, sekalipun tokohnya telah pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Meskipun sesaat, kenangannya akan tetap abadi, sekalipun tokohnya telah pergi."

Raya menarik napasnya dalam-dalam. Di ruangan berukuran 4 x 4 m itu dia hanya sendiri. Berbaring bersama buku yang baru  usai dia baca beberapa detik yang lalu.

Wajahnya sedikit memerah dengan bulir-bulir air yang masih ada di matanya. Ya, gadis itu baru saja menangis hanya karena sebuah novel yang dia baca.

"Kenapa harus ada sad ending? Kenapa semua cerita nggak happy ending aja biar Aya nggak nangis gini?" protesnya sembari mengusap air matanya yang tak mau berhenti. Sedikit menyalahkan jalan cerita novel tadi.

Ponsel di sampingnya kemudian berbunyi, dengan segera dia mengubah posisi baringnya menjadi duduk, mengambil ponselnya. Sebuah panggilan muncul dari seseorang yang dia beri nama Iyan🌞.

"Halo." Suara dari seberang terdengar, sangat familiar dan mampu membuat pendengarnya merasa lebih tenang.

Raya menarik napasnya sebentar, berdehem pelan untuk memastikan suaranya stabil agar cowok di seberang sana tak curiga dirinya usai menangis.

"Halo, Iyan," kata Raya, suaranya dibuatnya seceria mungkin. Air matanya juga sudah tak mengalir lagi.

"Suaramu kenapa, Ay? Kok kedengaran berubah gitu?" tanya Ryan di seberang. Terdengar khawatir.

Menghela napas, Raya berucap dalam hati, "Pura-pura di depan Iyan bener-bener percuma."

"Ay, kamu nggak papa, kan?" tanya Ryan ketika tak mendapati jawaban.

Tersadar bahwa ada yang menunggu jawabannya, dengan segera Raya menjawab, "Aya habis nangis tau, Yan. Sedih."

"Nangis kenapa Aya? Ada yang sakitin kamu? Siapa orangnya?"

Suara Ryan sangat khawatir, membuat Raya yang mendengarnya merasa sangat bersalah.

"Aya---"

Camaraderie | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang