Hai, Camaraderie Gengs🌞🌻💛
Kalian dari kota mana? Siapa tau kita sama, Gengs🤩
Udah siap untuk baca kelanjutan kisah mereka? Kayak biasa, taburkan dulu banyak-banyak cintahhhh untuk cerita iniiiiii🧚♂️🧚♀️🌬
Vote dan ramaikan tiap paragraf dengan komentar, Gengssss!!! Luvvv youu💛
Selamat membaca dan semoga suka😘
.
.
.・༓☾ ☽༓・
Raya memandangi ponselnya, menatap foto yang terpampang di sana. Foto dua anak manusia beda gender yang tengah tersenyum dengan latar senja sembari memegangi es krim cokelat di tangan masing-masing. Foto itu diambil di lapangan hijau beberapa waktu sebelum Raya pergi ke asrama.
Raya mengusap bagian wajah Ryan. "Kangen Iyan. Iyan apa kabar?" tanyanya. "Pengin pulang dan ketemu Iyan. Aya kangen main sepeda dan makan es krim bareng," lanjutnya, masih memandangi foto tersebut tanpa bosan.
"Pengin nelpon Iyan, pengin dengar suara Iyan. Tapi, Aya ingat Iyan nggak punya hp," lirihnya dengan wajah sedih.
"Iyan siapa, sih, sebenarnya, Ay? Kenapa sering kamu sebut-sebut terus? Pacar?" Alfi yang tengah menyalin catatan dari buku Raya bertanya tanpa menghentikan aktivitas mencatatnya tersebut. Dia cukup penasaran dengan orang yang namanya selalu Raya sebut-sebut itu.
"Bukan pacar, dia sahabat Aya dari kecil," sahut Aya. Gadis itu kini sudah tak lagi menatap foto yang ada di ponselnya. Namun, berniat akan mencetak foto itu besok di koperasi sekolah dan menaruhnya di pigura agar Raya bisa puas memandangi tanpa harus sakit mata karena terlalu lama menatap sinar dari layar ponselnya.
"Yakin, sahabatan doang? Nggak lebih, Ay?" tanya Alfi yang lagi-lagi masih penasaran dengan kisah persahabatan temannya itu.
Raya mengangguk lalu menggeleng pelan sebagai jawaban. Walaupun Alfi jelas-jelas tak melihatnya karena sedang fokus menatap tulisan. "Sahabatan aja, Alfi," sahutnya juga akhirnya.
Alfi mengangguk-angguk paham. "Tapi sahabatan lawan jenis nggak ada yang benar-benar murni, Ay."
Raya yang tengah berjalan ke arah meja belajar yang ada di dekat jendela, tempat di mana dia meletakkan pot bunga matahari pemberian Ryan langsung menghentikan langkah dan menatap Alfi. "Maksud Alfi?"
Alfi tersenyum mendengarnya. Ternyata temannya itu masih belum terlalu paham dengan seluk beluk persahabatan yang melibatkan dua orang beda gender tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie | End
Teen Fiction"Sejak awal seharusnya kita sadar, bahwa kita hanya dipertemukan, bukan untuk dipersatukan, apalagi untuk selamanya." - Camaraderie ●●● Berawal dari kesedihan Raya akibat ditinggal oleh orang tuanya, Ryan---sosok anak lelaki dengan sepeda hitam dan...