Hai Camaraderie Gengs🌞🌻💛
Apa kabar? Semoga selalu sehat dan bahagia, yaa🥰
Yang belum follow, follow dulu, yuk. Biar nggak ketinggalan notifikasi update Camaraderie 🙌
Vote dan komen banyak-banyak Gengs. Karena itu sangat berarti untuk aku dan cerita ini ❤
Udah siap untuk baca kisah mereka? Taburkan dulu banyak-banyak cinta untuk Iyan dan Aya yeorobun 🧚♀️🧚♂️🌬
Happy reading🌻
.
.
.
・༓☾ ☽༓・"Mama sama Papa udah urus semua pendaftaran Aya," lirih Raya, menunduk dalam, memperhatikan kedua kakinya yang menapak di atas rerumputan kecil di halaman taman depan rumahnya. Keduanya sama-sama duduk lesehan tanpa alas.
"Minggu depan Aya pergi, Yan," lanjut Raya, masih tak berani menatap ke arah sahabatnya.
Ryan belum memberikan respon apapun. Cowok itu hanya terus memandang ke arah Raya. Lalu, dengan gerakan pelan, Ryan menyelipkan helaian rambut Raya ke belakang telinga, mengusapnya pelan.
"Aku bakalan nunggu kamu pulang. Kamu fokus sama sekolah kamu di sana, aku juga fokus sama sekolahku di sini, Ay."
"Kita masih bisa ketemu di lain waktu. Kita bakalan pergi ke lapangan hijau, jajan es krim cokelat, sate ayam depan gang dan main sepeda bareng. Semua masih bisa kita lakuin lagi waktu kamu pulang, Aya."
Perkataan Ryan yang terdengar lembut selalu mampu membuat Raya tenang. Sahabatnya itu selalu mampu menopangnya saat rapuh seperti sekarang. Mengingatkan Raya bahwa dia tak perlu khawatir dengan hari esok dan setelahnya. Ryan selalu meyakini bahwa semua akan baik-baik saja.
Raya kemudian mendongak yang seketika itu matanya bertemu dengan manik hitam Ryan. "Aya bakalan kangen banget sama Iyan."
Dan dengan gerakan pelan, Raya memeluk Ryan dari samping, begitu erat, seolah itu adalah tanda keduanya akan berpisah sebentar lagi.
Ryan yang menerima pelukan mendadak itu membeku sesaat, namun setelahnya dia pun membalas pelukan Raya. Menghirup banyak aroma bunga yang menguar dari rambut gadis itu, yang mungkin suatu saat nanti akan menjadi sesuatu yang dirindukan olehnya dari kejauhan.
"Tuhan, tolong selalu jaga Raya. Aku sangat menyayangi hamba-Mu ini. Dia sahabatku satu-satunya. Tolong pertahankan selalu senyum yang ada di wajah manisnya dan selalu beri aku kesempatan untuk melihat bahagianya lebih lama," batin Ryan, masih memeluk Raya dari samping. Menikmati saat-saat terakhirnya bersama gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Camaraderie | End
Teen Fiction"Sejak awal seharusnya kita sadar, bahwa kita hanya dipertemukan, bukan untuk dipersatukan, apalagi untuk selamanya." - Camaraderie ●●● Berawal dari kesedihan Raya akibat ditinggal oleh orang tuanya, Ryan---sosok anak lelaki dengan sepeda hitam dan...