33.

885 30 11
                                    

"Aku pulang...?"

"Oh... kau sudah pulang." Sambut sosok di depan pintu dengan penuh senyuman. Dihadapannya telah berdiri pria yang berpakaian jas rapi, sepulang dari aktivitas kerjanya. "Aku tidak memasak hari ini, tidak keberatan jika delivery?"

"Dimana baby?"

"Dia sedang tidur, Ayah dan Mom baru saja mengajaknya bermain-main tadi."

Menyebut Taeyong dan Jaehyun yang memang sesering itu mengunjungi rumah mereka untuk melihat cucu pertamanya.

"Ah iya, aku akan mandi sebentar." Jeno tersenyum, mengusak rambut hitam lembut itu, lekas mengambil handuk kemudian menuju ke kamar mandi. Membersihkan tubuh dari penatnya pekerjaan, lalu selesai dan berganti pakaian, lalu menuju ke meja makan dengan menu delivery favoritnya.

Memakan dengan lahap, tanpa adanya suara di meja makan kecuali dentingan sendok dan garpu. Sepasang suami istri itu menikmati makan malam dengan hikmat. Setelah itu Jeno yang membereskannya, menawarkan diri mencuci piring sementara istrinya langsung masuk ke dalam kamar memeriksa keadaan bayinya.

Sebuah keluarga yang sempurna bukan?

Jeno dan Chenle adalah definisi keluarga kecil yang lengkap dan bahagia.

Tepat dua minggu sepeninggal Jaemin, sosok manis yang memutuskan pergi secara tiba-tiba dengan meninggalkan secarik tulisan perpisahan. Jaemin yang menolak untuk dicari, pun Jeno yang tidak berbuat apapun untuk keputusan sepihaknya itu.

Dengan alasan membuat Jeno bahagia, Jaemin menyingkirkan dirinya sendiri. Meninggalkan suami yang dicintainya bersama sosok barunya, juga darah daging mereka sendiri. Ia mungkin merasa bahwa keberadaannya sudah tidak ada artinya. Hal yang berbeda justru dirasakan Jeno. Kecewa itu pasti, atas keputusan sepihak istrinya tanpa pertimbangan matang. Begitu seenaknya Jaemin melakukan segala hal yang diingingkan seorang diri tanpa berpikir perasaan yang lainnya. Hingga pada batas sabarnya, Jeno mengatakan terserah. Biar saja Jaemin menentukan apa yang dia mau, memilih jalannya sendiri tanpa ada perasaan terbebani.

"Kau sedang menonton apa?" Tanya Jeno menghampiri Chenle dengan tontonan di televisinya. Seusai memeriksa baby di kamar yang masih tertidur lelap, Chenle memutuskan menyalakan televisi sekaligus menemani suaminya.

"Kau menonton film romance?" Tebak Jeno langsung. Bukan yang biasa menemukan Chenle dengan tontonan khas picisan seperti ini.

Chenle mengangguk, "Ya, ini film yang dulu pernah direkomendasikan Kak Jaemin padaku. Aku penasaran ingin menontonnya." Balasnya antusias.

Tidak menyadari bagaimana ekspresi Jeno yang berubah ketika nama itu disebut. Jeno lekas meraih remote dalam genggamar Chenle. "Aku ingin menonton film horor."

"Jen, aku baru menonton tahu!" Protesnya, tidak terima ketika Jeno merebut remote nya paksa lalu menggantinya dengan saluran lain. "Ada apa kau ini, mengapa tiba-tiba ingin menonton film horor, bukankah kau itu sangat penakut?"

"Kata siapa? Yang penakut itu kau!"

"Pak guru?!"

"Kalau begitu biarkan saja televisi yang menonton kita."

Ungkapan tiba-tiba dari Jeno, setidaknya membuat waktu Chenle seakan berhenti dibeberapa detiknya. Sampai pada tahap Jeno yang menarik tengkuknya lalu menciumnya lembut. Ia masih bisa merasa ada sesuatu yang meledak-ledak di dalam sana. Sesuatu yang harusnya membahagiakan namun dengan cara keterpaksaan.

Di momen lain ketika Chenle menggunakan parfum yang bukan miliknya. Harumnya sampai membuat Jeno datang terburu-buru membuka pintu kamar. Begitu melihat dia yang berdiri, sangat jelas bahwa sebuah kekecewaan ada dimatanya.

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang