16.

671 33 5
                                    

Jaemin tidak pernah se-semangat ini. Nalurinya begitu kuat takkala melihat tanda-tanda kehamilan pada diri Chenle. Maka sepulang itu, dia pun memaksa Jeno untuk membeli testpack lalu disuruhnya Chenle mengeceknya dengan hasil akhir, positif!

Seakan tak terima, sampai di rumah pun ganti Jaemin menelpon dokter kenalannya untuk datang ke rumah memeriksa keadaan Chenle. Lagi-lagi penjelasan sama yang ia peroleh, bahwa Chenle sedang hamil dua minggu.

Tangis haru langsung keluar dari ujung matanya. Memeluk Jeno dengan erat dengan bibir yang tiada henti merapal penuh syukur.

Hal lain yang justru dirasakan Chenle. Saat mendengar kabar tentang kehamilnya, dia pun hanya mendengus lalu kembali tidur. Seakan tak ada euforia apapun dari dalam dirinya. Lagi pula Jaemin lah yang paling mengharapkan keberadaan bayi ini. Chenle hanya perlu menyerahkan bayinya nanti lalu dia menagih bayarannya. Selesai.

Itu hanyalah pemikiran Chenle di awal. Siapa yang menyangkah bahwa mengandung anak pertama dari Jeno membuat perlakuan Jaemin lebih menyulitkannya.

Seperti Chenle diharuskan bangun pagi-pagi sekali untuk olahraga, yang katanya itu baik untuk kandungannya. Untuk Chenle yang  memang tidak biasa bangun pagi, tentu dia kesulitan.  Jaemin tentu tidak akan tinggal diam dengan menyingkap selimutnya kasar juga tirai kamar yang terbuka lebar. Untung saja Chenle sadar dia sedang menumpang.

Disaat berikutnya ketika Chenle merasa dirinya mual, Jaemin terus memaksa makan. Katanya itu nutrisi untuk kandungan. Semua makanan favorit Chenle yang kebanyakan dari makanan pedas, dan berminyak juga dilarang. Jaemin memberinya makanan vegetarian yang tak jauh beda dengan makanan kambing. Itu sempat membuat Chenle frustasi seorang diri. Beruntung Jaemin tidaklah setega itu. Baiknya dia juga memasakan makanan yang sama untuk mereka makan tanpa membeda-bedakan sehingga membuatnya tidak menderita seorang diri.

Jika dipikir-pikir, segala perlakuan Jaemin padanya memang tulus dan Chenle sempat terlena padanya. Jaemin benar-benar menaruh seluruh perhatian padanya. Menjadikannya prioritas dari segala yang ada. Dan jika dipikir, Jaemin lah yang sesungguhnya lebih siap menjadi Ibu ketimbang dirinya.

"Sayang kau sudah pulang?" Suara langkah kaki yang dikenal, di jam dan waktu yang sama adalah runtinitas suaminya pulang. Jaemin langsung menyambutnya dan menanyakan titipannya. "Kau membeli susunya kan?"

"Ya tentu." Jawab Jeno mengecup pipi istrinya. "Ngomong-ngomong dimana dia?"

Yang dimaksud adalah Chenle. Biasanya pada jam ini dia sedang menonton siaran TV netflix di ruang keluarga. Tapi dilihatnya tempat itu sedang kosong.

"Aishhh anak itu, Dia pasti bersembunyi lagi." Jaemin lekas beranjak mencari Chenle. Lagaknya seperti seorang Ibu yang mencari anak nakalnya. Maklum dalam hal meminum susu, Chenle sedikit minta dipaksa. Jika tidak dari mana bayinya memperoleh nutrisi.

"Chenle... Chenlee... Bangun...!" Jaemin lekas menghampiri Chenle  yang tidur meringuk di kamarnya, bersama Jeno yang membuntutinya di belakang. Memang kebiasaan, ketika disuru meminum susu Chenle akan bertingkah selayaknya bayi yang menolak minum obat.

"Aku tidak mau kak, aku nanti bisa mual." Tolaknya tidak mau beranjak.

"Hei, lihat. Jeno memberinya yang rasa coklat, bukan vanila yang seperti kemarin." Bujuknya.

"Aku tidak mau, keduanya rasanya sama seperti kencing kuda...?"

Dalam hati Jeno tertawa melihat aksi serang kedua istrinya ini. Ia mengerti, Jaemin yang menjadi overprotektif terhadap kehamilan Chenle ini. Dia membaca banyak artikel kehamilan lalu menerapkannya pada Chenle. Membuat Jeno sedikit memahami, kesulitan apa yang Chenle rasakan.

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang