27.

706 27 9
                                    

Chenle tidak pernah merasa bahwa tidurnya akan senyenyak ini. Berada di pelukan Jeno semalaman rupanya bisa.memberinya kehangatan sekaligus kedamaian yang belum pernah ia rasakan. Rasanya tidak adil jika selama ini hanya Jaemin yang mendapatkannya, karena mulai detik ini Chenle pun akan menuntut hak yang sama.

Mencoba berbalik ketika didapatinya wajah tampan yang terlelap dengan damainya. Dengan sedikit keberanian, Chenle.menelusuri lekuk itu dengan tangan kecilnya. Hari sudah pagi tapi si tampan itu masih belum beranjak bangun dari tidurnya. Biarkan saja, agar waktu Chenle untuk mengamati keindahan wajahnya semakin banyak.

Semalam adalah peristiwa pahit sekaligus mencekam bagi Chenle, dimana ia sedikit trauma atas tindakan kriminal Mark yang mencoba menghabisi bayinya. Kedatangan Jeno yang sama sekali tidak diduganya, bagaikan sosok pahlawan yang menyelamatkannya. Ia bahkan tidak menyangka bahwa Jeno lebih memilih dirinya dibanding kakaknya. Chenle senang sekali.

Dari mulut itu keluar pula kata-kata manis. "kau milikku, kau adalah tanggung jawabku...." entah bagaimana kata-kata itu selalu terputar diotaknya dan membuatnya tersenyum selayaknya orang yang sedang kasmaran. Bukankah sejatinya memang demikian. Chenle sudah jatuh cinta kepadanya sejak lama dan peristiwa tadi malam seakan memberinya balasan bahwa cinta itu tidak pernah sia-sia.

Tangannya masih menelusuri wajahnya kemudian berhenti pada bibir. Jika Chenle menginginkan sesuatu maka dia pun akan mendapatkannya pula. Itulah sebabnya ia memberanikan diri mengangkat kepalanya untuk kemudian mengecup bibir Jeno.

Ciuman lembut yang dicurinya secara diam-diam. Membuat pipinya seketika memerah. Bagaimana bisa dia semurahan ini. Chenle sosok yang menjadi primadona kampus kini benar-benar bertekuk lutut pada dosennya sendiri.

"Apakah mencuri lebih menyenangkan untukmu dari pada memintahnya langsung, Zhong?"

Jeno yang tiba-tiba membuka mata, membuat Chenle yang kedapatan memandanginya menjadi terkejut. Warna merah langsung memenuhi wajahnya."Benarkah ini Zhong Chenle, mengapa wajahnya malah seperti kepiting rebus?" Jeno yang masih berniat menggoda. Hal langkah membuatnya salah tingkah seperti ini.

"Ini keinginan bayi tahu!"

Jeno ingin berkata bahwa Chenle yang frontal lebih cocok dibanding Chenle yang berakting malu-malu seperti itu. Ia pun lekas bangun dan semakin menggoda.

"Apa ini bertanda jika bayi ini akan lebih menyukai Ayahnya dibanding Ibunya?"

Tidak perlu ditanya, bahkan Ibunya saja lebih mengharapkan Ayahnya saja dari pada Sang bayi. Berbicara tentang bayi, maka Jeno pun seketika peristiwa yang terjadi semalam. "Kau benar baik-baik saja. Apa perlu aku harus mengantarkanmu ke dokter?"

Mengantarkan Chenle ke dokter sudah tentu Jeno akan melupakan pada niatnya mencari Jaemin. Tentu saja Chenle akan mengangguk antusias. "Kau mau mengantarkanku?"

"Ya, kita juga bisa mencari Jaemin bersama nantinya." Putus Jeno, yang bagi Chenle seakan disiram air dari langit.

Memangnya apa yang nyaris diharapkan dari Jeno? Melupakan orang yang bertahun-tahun menemani kita tidaklah mudah. Jadi Chenle pun harus extra sabar untuk hal itu.

"Baiklah, berikan aku bayarannya dulu??"

"Bayaran ap...—

Begitu Jeno tidak dapat meneruskan kalimatnya karena bibirnya yang tiba-tiba dibungkam oleh Chenle. Begitu berani, sosok itu mengajaknya dalam panggutan mesra.

Perutnya seakan dipenuhi kupu-kupu berterbangan. Perutnya bergemuruh dan pipinya terasa panas. Ini bukan pertama kalinya mereka berciuman dan Jeno membalas ciumannya, —selain pada seks mereka yang sudah sudah. Hanya saja ciuman ini terasa berbeda. Membuatnya gugup dan malu setengah mati.

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang