28.

795 30 8
                                    

Jisung tidak bermaksud untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain. Namun pada setiap hal yang berhubungan dengan Chenle, mau tak mau membuatnya berurusan dengan masalah orang lain pula.

Seperti pada Jaemin, sosok yang sebelumnya tidak menyangkah dirinya bisa kenal. Manis, lembut, seperti malaikat, rupanya telah menyimpan rahasia yang begitu mengejutkan. Kehadiran Jisung bisa dibilang telah memperparah keadaannya.

Andai ia tidak menuruti insting guna mengikuti Jaemin sampai rumah. Mendengar pertengkaran hebat dari dalam sana, disusul dengan Jaemin yang berlari ke jalan raya. Hanya butuh waktu lima detik. Andai saja Jisung lengah maka sebuah nyawa pun ikut lengah pula di depan matanya.

Jaemin yang pingsan dalam dekapannya, sementara dari jauh sana, ia melihat sosok kecil berdiri menyaksikan apa yang baru saja terjadi tanpa memberikan reaksi apapun lantas meninggalkannya. Bisakah Jisung mempercayai itu?

Insting Jisung pun memutuskan membawa tubuh lemas itu, masuk ke dalam mobil dan melaju menuju apartemennya. Ia tidak mengenal Jaemin, tapi melihat sikap apatis Chenle yang begitu keterlaluan tadi membuatnya ikut marah pula. Ia tidak tahu apa yang membuatnya secinta itu pada Chenle, sampai nekat dirinya menganggu kebahagiaan sebuah keluarga kecil itu demi Chenlenya kembali.

Maka begitu Jaemin sadar, Jisung lantas benar-benar memohon maafnya walau sosok itu sama sekali tidak menunjukkan gairah hidupnya. Setiap harinya dia habiskan untuk menangis dan meratapi diri. Beruntung dia masih mau makan sehingga Jisung tak perlu lagi untuk kebutuhan nutrisinya.

"Kau harus kembali, Kak Jaemin?" Bukan maksud mengusir tapi itulah satu-satuanya keputusan penting saat ini. Jaemin tidak tahu bahwa di luar sana, Jeno telah mengarahkan banyak sosok berbaju hitam dengan modal selembar foto untuk mencari jejak istrinya. Jisung tak mau terjerat kasus menculik istri orang.

"Bisa tolong pesankan aku hotel menggunakan namamu?"

"Tidak. Maksudku kau harus kembali ke rumahmu sendiri. Ke suamimu?" Ungkap Jisung ragu. Tak perlu menunggu lama untuk air mata yang terus keluar dari mata bengkaknya. Jika dibiarkan terus menerus, bisa sebengkak apa wajah cantik itu?

"Aku tidak bisa Jis?" Jaemin sontak menggeleng lemas.

"Kak, jangan terbiasa memberikan milikmu kepada orang lain dengan mudah." Jisung menaruh atensi penuh padanya. Walau usianya memang di bawah Jaemin, bukan berarti dia juga tidak bisa menjadi teman bicara yang baik.

Jaemin itu terlalu mengalah. Apa yang dia miliki, apa yang orang lain inginkan, dia tidak ragu untuk memberikan miliknya. Kecuali itu dengan Jenonya. Jaemin yang merasa sangat tidak rela, berujung dia yang menyakiti diri sendiri, itu akan memberikan Chenle kemenangan mutlak.

"Apa yang perlu dikhawatirkan. Jeno masih menyayangimu." Bukan bermaksud tidak sopan, Jisung pun mengelus pundak Jaemin karena dipikir itu bisa memberinya sedikit ketenangan.

"Hanya dengan menyayangi bukan berarti membuatku mudah melupakan penghianatan yang terjadi."

"Kau berpikir penghianatan, bagaimana jika itu adalah sebuah konsekuensi?"

Sebuah konsekuensi hanya bisa didapat ketika seseorang melakukan kesalahan. Jadi apa benar dia baru saja berbuat salah?

"Aku mengenal Chenle lebih dari dirimu atau suamimu. Aku pun sangat tahu karakternya bahwa dia sangat tidak mudah untuk dimanfaatkan. Walau dia jarang menggunakan simpatinya, tapi dia adalah orang yang sangat realistis."

"Apa maksudmu Jis?"

"Maksudku secara hukum kau masih sah istri Jeno. Kau pun hanya perlu berbagi hak dengannya bukan malah melepaskan hak mu."

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang