10.

940 33 3
                                    

"Aggrrhh...!"

Suara Chenle mendesah kesal ketika gorden kamarnya dibuka secara paksa, mengizinkan cahaya matahari untuk masuk ke dalamnya. "Kak Jaemin ini masih pagi Aissshhh...!"

Bergerak melemparkan selimutnya, Chenle mengambil bantal untuk menutupi seluruh kepalanya. Sayangnya aksi itu langsung mendapat penolakan dari Jaemin.

"Bangunlah, kau harus masuk kuliah!" Tuturnya. Bak seorang Ibu yang kesulitan membangunkan anaknya. Cara tidur Chenle rupanya tidak ada bedanya dengannya dulu sewaktu masih masa-masa sekolah.

"Kak...?" Chenle merengek ingin memprotes.

"Ingat, kau ada ulangan hari ini. Dan Jeno menyuruhku untuk membangunkanmu."

"Kak aku capek, semalam aku....-

Dengan segera Chenle merutuki apa yang baru saja ingin dikatakan. Sementara Jaemin menunggu Chenle hanya bisa menyahutnya dalam hati.

-...Diperkosa Jeno dalam mobil.

"Semalam aku sudah memasakkan makanan kesukaanmu tapi kau malah ketiduran dengan melewatkan makan malammu."

Di tempat tidur, Chenle mengingat-ingat adegan semalam. Pergumulan panas mereka, dimana Jeno menyetubuhi dengan hebat dengan penuh perhatian. Selanjutnya Chenle yang dibuat kelelahan tertidur di jog belakang mobil. Dan entah mungkin Jeno pula yang memindahkannya ke kamar.

"Kemana saja memang semalam? Jeno cerita bahwa kau lupa dompet dan terpaksa menunggunya pulang selesai rapat."

"Ah iya... Aku baru saja ditinggal temanku dan meminta suamimu menjemputku."

"Panggil dia kakak, okey?" Jaemin mengingatkan. Sudah berkali-kali dia mengingatkan bahwa Chenle harus memanggil Jeno dengan sebutan kakak pula.

"No no no. Aku akan memanggilnya kakak jika kau tidak memaksaku ke kampus pagi ini." Chenle berniat berbaring lagi.

"Sayangnya itu bukan alasan sayang. Kau sudah besar sekarang atau perlu aku yang menyeretmu ke bathup?"

Bukan ibu peri lagi, Jaemin sudah seperti ibu tiri sekarang. Sehingga terpaksa Chenle pun mulai beranjak dari tempat tidur nyamannya menuju kamar mandi.

"Chenle, ada apa dengan kakimu?"

Oppss... Sedikitnya Jaemin menyadari cara jalan Chenle yang berbeda. Lebih seperti kesakitan. Jaemin tidak mungkin curiga kan, karena semalam Jeno tidur di kamarnya.

Tapi walaupun curiga juga tidak masalah. Bukankah ini yang selama ini diinginkan?

"Ah tidak, hanya salah posisi tidur sepertinya."

Dan Chenle lebih memilih menyembunyikannya. Malas melihat ekspresi sendu di pagi hari.

------------------------------

"Susu apa jus?"

"Susu."

"Roti atau nasi."

"Roti saja."

"Mau selai rasa ap—

"Na, dia bisa mengambilnya sendiri." Potong Jeno seketika. Kesal rasanya melihat Jaemin yang seolah-olah melayani Chenle di meja makan. Sementara Sang empu masih berduduk manis, masih menguap panjang lebar.

"Tidak masalah sayang. Chenle pasti masih mengantuk. Ia tidak terbiasa bangun sepagi ini karena rumah kita jauh dari univeraitas." Belanya dengan tersenyum manis.

"Tetap saja dia masih punya tangan."

"Mau kusuapi?"

Pernyataan Jeno tak ditanggapi. Jaemin memperlakukan Chenle seperti seorang anak saja yang mau disuapi segala.

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang