15.

727 35 6
                                    

"Kau sudah bangun?"

Sosok cantik baru saja membuka pintu kamar, mendapati sosok lainnya yang baru saja membuka matanya sekejap, tanpa menyikap selimut dalam dekapannya.

"Kak...?" Chenle lekas bangun. Bagaimana pun kedatangan Jaemin yang tiba-tiba di kamarnya tergolong tidak sopan. Apalagi ia tidak mendengar sama sekali ketukan pintu.

"Aku ingin bicara sebentar, boleh?" Ucapnya berusaha selembut mungkin. "Aku minta maaf atas sikapku kemarin?"

"Sikap yang mana?" Ujar Chenle.

"Yang dengan sengaja mengabaikanmu. Aku seharusnya tidak melakukan itu."

Yang jika dipikir, kesalahan Jaemin bukanlah sekedar itu. Ada banyak kesalahan Jaemin yang tak terlihat namun berdampak langsung padanya. Jaemin yang berpikir semuanya berada di dalam kendalinya, dan padahal tidak.

"Lalu apa yang seharusnya kau lakukan?" Pancing Chenle. Panggilan sopannya sudah hilang, melupakan bahwa sosok yang di depannya ini adalah sosok yang lebih tua.

"Berterima kasih padamu." Jaemin lekas menggenggam tangannya. "Kau sudah banyak membantu keluarga ini Chenle, harusnya aku tidak boleh egois?"

Baguslah jika Jaemin sadar. Setidaknya itulah sikap pertama Jaemin yang harus diperbaiki sebelum memohon maafnya.

"Aku sudah membicarakan pada Jeno, dan dia setuju untuk membagi malamnya denganmu."

Harusnya Jaemin yang setuju membagi suaminya dengannya, bukan kamar. Begitulah isi pikiran Chenle. Jika demikian bukankah ini menandakan bahwa sosok ini masih egois?

"Kuharap kita bisa hidup selayaknya keluarga yang saling tolong menolong."

Bukan keluarga jika Jaemin memperlakukannya seperti ini. Chenle hanyalah tak lebih sebuah alat yang digunakan bagi kesempurnaan keluarga ini. Bagaimana dia bisa diam?

"Kau ada masalah Chenle?" Jaemin lantas bertanya mengapa reaksi Chenle hanyalah diam tanpa merespon apapun.

"Tidak ada, hanya saja aku merasa mengantuk." Jawab Chenle seadanya.

Sungguh pandangannya pada Jaemin telah berbeda 180 derajat. Alih-alih meminta maaf, sosok ini hanyalah ingin membuat kesepakatan dengannya, perihal rasa takut bahwa suaminya akan diambil olehnya pula.

Walaupun Chenle sedang memikirkannya saat ini. Memikirkan langkah yang akan diambil setelahnya.

"Aku akan membiarkanmu tidur, tapi pastikan siang nanti kau bangun karena kau harus ikut camping dengan kami."

"Camping?"

Jaemin mengangguk. "Jeno sudah setuju untuk acara camping kita di hutan kota, dan aku akan mengajakmu pula."

"Bolehkah aku tidak ikut, sepertinya aku lebih nyaman dengan bantalku."

"Tidak boleh. Kau harus ikut, kau adalah bagian dari keluarga ini juga Chenle." Ucapnya penuh senyum.

Tolong peringati Jaemin agar tidak pernah bermain-main dengan kata-kata. Karena suatu saat nanti Chenle pasti akan menagih semua kata-katanya itu.

------------------------------

Apa yang ada di benak Chenle mengenai camping bertiga adalah benar.

Jika berdua adalah definisi dari pasangan, maka bertiga bisa dikatakan pelengkap dari pasangan itu sendiri, atau bisa juga dikatakan penganggu. Tergantung respon apa yang diterimanya nanti.

Menggunakan mobil dengan atap terbuka, Jaemin dengan cerianya membuka pintu dan memilih duduk berdampingan dengan suaminya yang mengemudi. Sementara Chenle dipersembahkan kursi belakang bersama bekal makan siang.

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang