5.

909 34 8
                                    

Apakah arti pernikahan bagi Zhong Chenle?

Dengan menikah, seseorang secara suka rela menjadi produsen sampah terbesar yang dinamakan rumah tangga. Bagaimana bisa ketika dua orang memutuskan hidup bersama, berbagi suka duka dan cerita. Nyatanya itu semua adalah omong kosong. Orang cenderung mengharapkan kesenangannya saja, sedangkan pahitnya biar pengadilan yang menyelesaikan.

Setidaknya begitu pemikiran Chenle ketika orang tuanya memutuskan bercerai sepuluh tahun silam. Hidup sendiri selama itu, dan dia masih baik-baik saja. Selama itu pula dia sama sekali tidak tertarik menjalin hubungan, walau jelas-jelas banyak yang meliriknya.

Lalu apakah yang membuatnya berubah pikiran sekarang? Jawabannya adalah rahasia. Bukannya ragu, dia merasa yakin dengan keputusannya sekarang. Menyambut antusias saat Jeno menghubunginya lewat ponselnya yang menyatakannya ketersediannya untuk menikahinya.

Katakanlah Chenle gila. Ia akan menikah dengan orang yang jelas-jelas mempunyai istri. Bukan sebagai penghancur rumah tangga, sebaiknya dia menjadi penolongnya. Chenle tidak khawatir dia kehilangan masa depan, toh dari awal dia pun tidak merasa akan punya masa depan. Yang dimiliki adalah dirinya sendiri. Terkait keinginan atau keputusannya tidak ada yang bisa mencegah.

Baginya permintaan pria berusia 35 an itu terlihat menarik. Meminta anak dari Chenle yang jelas-jelas dia sendiri masih bertampang anak. Tidak penting atas imbalan yang diterimanya nanti. Chenle hanya penasaran bagaimana dunia ini bekerja dan berpihak.

------------------------------

"Aku akan menikahimu tanpa sepengetahuan istriku." Sosok itu berucap dihadapan Chenle seakan tidak ada beban dalam setiap kata-katanya.

Menyimaknya, Chenle meminum frapuchino-nya pelan. Beruntung sekali rooftrop cafe ini sedang sepi, sehingga meminimalisir pembicaraan mereka tidak didengar siapapun. Jeno dengan kebiasaan setelan formalnya sementara Chenle dengan style denim antara atasan dan bawahan dengan topi baret di kepala, gaya khas anak muda.

"Lalu apa bedanya dengan itu, kau sama saja menjadikanku simpanan Pak Guru?" Bantah Chenle.

"Tentu berbeda karena pernikahan kita akan sah di mata hukum. Setelah itu kau cukup berakting di depan istriku bahwa kau hanya sebatas simpananku."

Permintaan sepihak. Chenle bisa mengerti masih tersisa keegoisan dalam hubungan mereka. Sedikitnya Chenle merasa muak dengan orang semacam Lee Jeno dan istrinya yang selalu saja mencari hal mudah, tidak mau berkorban dalam masalah rumit mereka.

"Baiklah jika itu maumu, tapi kuminta aku yang menentukan tanggal bercerai-nya." Tantang Chenle yang membuat Jeno terkejut setengah mati. Kopi di mulutnya bahkan sedikit tumpah, disitulah tangan Chenle beraksi untuk mengusapnya lembut.

"Kau terlalu banyak memintah ternyata?"

"Permintaanku tidak seberat permintaanmu Pak guru?" Ingat Chenle.

Omong-omong tidak ada orang yang segila itu menjadi simpanan pria kaya, melahirkan anak lalu dicampakkan. Jeno bukan tipe orang yang percaya pada pelacur begitu saja, yang bisa memeras lalu mengacaukan identitas keluarganya. Jika bukan karena sorot mata dan rambut merah milik Chenle, mungkin dia tidak akan sejauh ini.

Seseorang biasa menyebunya, feeling.

"Baiklah, hanya setelah anak kita lahir. Aku akan menyiapkan sebuah kontrak agar kau tidak kabur dariku saat mengandung." Setuju Jeno.

"Ya dan aku bisa saja tidak pernah meminta cerai darimu." Sahutnya menyungging senyum. Alih-alih menggoda pria yang 15 tahun lebih tua itu, bahkan terlihat tidak tertarik padanya.

"Aku lelaki yang buruk jika saja kau tahu."

"Ya kupikir juga begitu." Chenle membalas cepat. Jika nanti mereka bersama, apakah Jeno akan tetap menjadi lelaki buruk atau bertambah buruk, Chenle bisa menebaknya sekarang.

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang