Tanpa menunggu lama, selang beberapa hari setelah pernikahan, Chenle telah diboyong untuk tinggal bersama di rumah Jaemin dan Jeno. Itu pun karena Jaemin memaksa, terlanjur suka dengan tingkah imut Chenle di pertemuan pertama mereka.
Imut? Yang benar saja. Jeno mengakui mahasiswanya itu harusnya masuk ke sekolah akting bukannya bisnis. Jaemin hanya belum tahu tingkah Chenle sebenarnya seperti apa.
Pertemuan bertiga di rooftrop telah menjadi kesan mendalam. Chenle yang pandai mencari topik kemudian membahasnya bersama-sama. memperlakukan lawan bicara dengan sopan, atau Chenle yang gampang tertawa disela-sela pembicaraan mereka. Semua itu menunjukkan bahwa Chenle bukanlah orang sembarangan melainkan berkelas. Hanya saja mengapa di depan Jeno perilakunya tampak bar-bar?
Sesaat ketika Jeno mengutarakan keinginan Jaemin untuk mengajak Chenle bersama, itu pun disambutnya dengan sinis. "kau benar-benar ingin mengumpulkan istrimu menjadi kesatuan yah?"
Jeno tak memaksa, maka tidak apa-apa jika Chenle menolak dan dia masih bisa membelikan Chenle apartement di tempat elit. Namun lagi-lagi jauh dari dugaan, Chenle menyetujuinya.
Dijemput oleh Jeno sendiri, Chenle telah tiba masuk dalam nuansa rumah putih yang cukup hangat, dan terkagum dengan penataannya. Rumah ini tidak besar, hanya terdapat dua kamar tidur di dalamnya yang luasnya bahkan tidak ada apa-apanya dengan kamar besar apartemen Jisung. Barangkali pemiliknya memang sengaja memilih konsep minimalis seperti ini agar keduanya merasakan kehangatan bersama.
Ada taman yang tertata rapi di samping, berikut kolam renang di belakang rumah. Diantara yang paling menarik perhatiannya adalah foto pernikahan mereka yang terpajang di ruang tamu. Keduanya tersenyum, tampak bahagia, tanpa beban.
Memang sejatinya semua rumah tangga memang tampak seperti itu. Baik di kamera belum tentu juga baik di kenyataan.
"Kemarilah aku sudah menyiapkan kamarmu."
Suara itu mengagetkan Chenle dari acara melihat-lihat rumahnya dan tersenyum ketika sosok di depan menyambutnya dengan ramah.
Ah, bahkan pertama kali bertemu dengannya pun Chenle bisa mengakui bahwa sosok ini begitu bersahaja. Baik dan penuh senyum. Lebih baik dari yang ia lihat pada foto-fotonya. Jaemin yang asli adalah jelmaan malaikat.
Mengikuti langkah Jaemin menuju kamar, ia pun dibuat terkejut karena banyaknya assesoris bergambar doraemon. Sprei doraemon, boneka besar doraemon, bahkan karpet dan selimut dengan motif sama.
"Ah... Sebenarnya aku lebih suka frozen." Ujarnya memaksakan senyum.
"Aku melihat phoncase mu kemarin, kupikir kau penggemar doraemon." Kata Jaemin tanpa rasa bersalah.
Ah, phoncase konyol itu ia ambil di dashboard mobil Jisung untuk menyembunyikan keretakan ponselnya. Jaemin hanya terlalu mudah menyimpulkan biasanya orang seperti ini juga terlalu mudah percaya dan berakhir sering dimanfaatkan orang. Begitu Chenle menebak-nebak kepribadian Jaemin.
Jaemin yang sudah menggigit bibir tidak enak. Ia bahkan menggunakan waktu berjam-jam berujung ia salah presepsi.
"Tidak apa-apa Kak Jaemin, aku suka penataan ruangannya kok." Chenle berusaha menghibur.
"Kita bisa bertukar kamar kalau kau mau?"
Bertukar ke kamar utama? Harusnya sih begitu karena keduanya sama-sama berstatus istri Jeno. Tapi Chenle mana bisa setega itu. Dan yang menjadi pertanyaannya kembali, mengapa Jaemin ini mudah mengorbankan segalanya hanya karena satu kesalahannya?
"Tidak usah, nanti Pak Guru marah." Bisiknya tertawa bersamaan Jaemin yang merasa geli ketika Chenle menyebutkan kata Pak guru. Entahlah, dia hanya merasa Jenonya menua dengan ungkapan semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISH
FanfictionKehidupan pernikahan Jeno dan Jaemin awalnya berjalan baik, sampai sebuah tuntutan keluarga yang mengahruskan mereka mempunyai anak. Dan Chenle datang sebagai jawaban.