0.

2.5K 104 0
                                    

Jeno memijat pelipisnya pelan. Di depannya tersaji berkas-berkas penting terkait pekerjaan barunya. Profesor sebelumnya meninggalkan banyak masalah yang harus diselesaikan. Mulai dari presentase kehadiran, lembar kerja yang belum diisi atau grafik nilai mahasiswa yang belum tuntas. Sudah jelas orang ini ingin melarikan diri dan nasibnya sebagai dosen pengganti lah yang harus bertanggung jawab.

Sayangnya ini adalah Lee Jeno, salah satu pengajar lulusan Harvard yang terkenal perfeksionis. Dari jam mengajarnya yang rata-rata diikuti semua mahasiswanya. Pengajaran Jeno adalah yang paling ditunggu. Membawa materi Ekonomi bisnis dengan metode pengajaran yang menarik dan tepat guna. Jangan lupakan juga dengan paras rupawannya membuat nyaman siapapun yang memandang. Semua mahasiswanya akan meraih nilai yang bagus jika diajar olehnya. Kecuali pada satu orang yang membuatnya kini berpikir penuh pertimbangan.

Seorang berambut merah dengan perawakan mungil dan tinggi semampai sedang duduk dihadapannya. Mulutnya mengunyah permen karet sambil menatap remeh pada orang yang mengajaknya bicara. Benar-benar tidak ada sopan-sopannya.

"Apa kau sedang ada masalah, Zhong Chenle?" Tanya Jeno jengah. Sebagai dosen pembimbing yang baik bukankah dia harus mengetahui keadaan mahasiswanya, perihal apa yang menjadi masalah sehingga dia jarang mengisi absen atau nilai-nilai yang tergolong merah. Bisa diprediksi mereka bahkan belum pernah bertemu di kelas perdana. Dimana dengan sekali pertemuan Jeno berhasil menjadi buah bibir seisi kampus karena cara mengajarnya yang menarik.

"Bukankah seharusnya Pak Guru sendiri sudah tahu sebelum memutuskan memanggilku kemari?"

"Yeah, enam kali membolos, kau terancam mendapat nilai E di mata kuliah ini." Jeno memperlihatkan grafik kehadiran padanya.

"Berikan saja?" Tantang Chenle.

"Kau tidak keberatan?" Tatapan Jeno memincingnya tajam. "Harusnya kau minta perbaikan bukannya menantang." Yang ditatap justru tersenyum remeh.

"Ah apa kau sedang mencoba melakukan penawaran padaku Pak Guru?" Suaranya mendadak pelan dan dibuat-buat. Beralih pada aksi memilin-milin rambut merahnya dengan inisiatif menggoda sosok di depan yang lebih tua beberapa tahun darinya.

"Apa maksudmu?"

"Tidur denganku, maka aku akan memberimu nilai A. Itu yang diucapkan sebagian pengajar padaku."

Tidak tampak terkejut, ganti Jeno yang menatapnya lebih intens. "Lebih dari itu."

"Apa?"

"Jadilah simpananku, maka kau tak perlu khawatir tentang nilaimu."

------------------------------

"Aku ingin kau mencari simpanan Jen?" Ungkap Jaemin yang baru saja membenarkan dasinya. Terkejut bukan main. Ini baru pagi dan istrinya mulai melantur kesana kemari.

"Bercandamu tidak lucu sayang." Jawab Jeno malas. Bergegas pergi namun tangannya ditahan pada sosok yang ia sebut istrinya.

"Tidak, tolong dengarkan aku. Aku benar-benar ingin kau melakukannya dan memberikan aku seorang anak."

"Sayang...-

Mengenggam tangan suaminya erat. Jaemin mencoba memberi pengertian yang lebih dalam. "Hanya itu yang kuharapkan dari ulang tahun pernikahan kita Jen, aku tahu kau pun menginginkannya."

"Lalu bagaimana caraku mencari?"

"Cari seseorang yang baik Jen, yang tidak mungkin untuk mencintaimu. Karena aku tidak mungkin membagi dirimu."

"Na, kau tahu aku sangat mencintamu." Tekan Jeno frustasi.

"Aku pun demikian Jen, tapi kau tahu kekuranganku tidak bisa menutupi keadaan ini." Tutupnya sedih.

Pada keluarga yang sempurna, tidak ada yang tahu dalamnya memiliki cacat. Na Jaemin telah mengambil keputusan terbesar. Bila mana keputusan ini menyakitinya, membuatnya terluka atau berdarah. Pada siapa ia akan melampiaskannya?

-----------------------------


HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang