4.

912 50 1
                                    

Malam itu Jeno tidak pulang larut. Ditinggalkannya dengan sengaja sosok mahasiswanya itu pada kamar yang disewa tanpa melakukan apa-apa, sembari meninggalkan beberapa lembar uang di atas ranjang. Bisa dikatakan Chenle adalah sosok nekat, pemberani dan juga tak tahu diri. Setidaknya itulah pesan awal yang ia tangkap terkait tantangan menikahnya itu. Demi tuhan, Jeno mana mungkin melakukannya. Menduakan Jaeminnya untuk orang bar-bar semacam Chenle, mungkin jika itu terjadi otaknya sudah berpindah ke selangkangan.

Sampai akhirnya ketika dia membuka pintu, sosok manis itu sudah menyambutnya. Dengan piyama satinnya disertai selimut, menanti kepulangannya sambil menonton siaran netfllix di ruang tamu.

"Kau bau minuman." Ujar Jaemin urung memberinya ciuman selamat datang ketika disadarinya Jeno bau alkohol. Ada apa ini, Jeno bukan tipe orang yang gemar mabuk.

"Mark membawakan minuman ke mejaku, dan kau tahu selanjutnya kan?" Alasannya tentu saja bohong. Memilih memeluk posesif pinggang istrinya saja dan membawanya kembali ke kursi.

"Benar karena minuman? Bukan karena kau yang mabuk-mabukan di club." Jaemin sudah seperti peramal masa depan saja.

"Came on baby, aku sudah menemukan penggodaku di sini mengapa aku repot-repot ke tempat lain?" Yang baru disadari Jeno, istrinya ini sangat tidak menyukai jika dirinya pergi ke club, bar atau tempat-tempat semacam itu. Pernah dimasa menjalin kasih Jeno melakukannya atas desakan Mark, berujung mereka yang seminggu perang dingin. Ironisnya mengapa Jaemin justru bersikeras dia menemukan simpanan jika datang ke tempat-tempat itu pun dilarang?

"Ayah tadi kemari..." Istrinya berujar di tengah dekapannya yang posesif. Membuat Jeno kontan manaikkan alis. "Dia mencarimu."

"Sendirian?"

Jaemin mengangguk. "Sepertinya memang ada hal penting sampai membuatnya langsung ingin menemuimu bukannya menelponmu."

Ya, Jung Jaehyun tidak begitu dekat sebelumnya dengan Jeno. Mereka berbicara seadanya yang tak jauh-jauh dari urusan bisnis. Lebih seringnya Jaehyun yang minta pendapat anaknya terkait keputusan-keputusan besar perusahaan. Sedangkan Ibunya, Taeyong yang justru lebih dekat dengannya juga istrinya.

"Ya besok aku akan menemuinya." Final Jeno.

"Aku boleh ikut?"

"Satu ronde dulu kalau begitu."

Dan pada detik berikutnya suami istri itu memilih melakukan aktifitas rutinnya. Mengesampingkan masalah yang menganggu pikiran dengan kegiatan yang lebih menyenangkan.

------------------------------

"Ada apa ayah?"

Sosok itu mencoba masuk dalam ruang kerja Sang Ayah tanpa permisi. Dilihatnya seorang berusia awal 45-an yang masih memiliki wajah bugar dengan pakaian rumahannya yang khas.

Definisi Jung Jaehyun baik di rumah maupun di kantor pun sama-sama menawan. Sebuah mansion besar yang lebih banyak dihuni para pelayannya dibanding keluarga inti. Terdiri dari kakek, ayah, ibu, serta Mark beserta istri. Lama rasanya bagi Jeno untuk menelusuri tempat tumbuhnya ini sampai dia memutuskan pindah ke rumah yang lebih kecil bersama Jaemin.

"Kau masih tampak marah ketika aku mendatangi istrimu diam-diam eh?" Jaehyun yang begitu paham akan watak anaknya yang posesif. Bukannya senang melihat ayah dan menantu yang akrab, Jeno justru kesal setengah mati.

"Harusnya itu tidak perlu ditanya." Jeno beranjak duduk. Memandang foto masa kecil yang dipajang di meja Sang Ayah. Hanya dirinya dan tanpa kakaknya. Jika dia menjadi Mark mungkin dia akan marah. "Jadi apa yang ingin Ayah diskusikan?"

Jaehyun melipat tangan. Memandang fotocopyan dirinya yang benar-benar mirip atas ketidak sabarannya.

"Aku bertanya atas hasil yang kau dapatkan dengan aktivitas ranjangmu setiap malam. Apakah sudah ada hasil?"

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang