Jaemin sedang berjalan menuju mobil di area parkir sebuah swalayan. Tanpa sadar seorang penjahat menjambret tas nya begitu saja. Awalnya dia berniat membiarkannya, seperti yang sering ia lakukan. Jaemin tidak perlu khawatir selama handphone dan kunci mobilnya sedang ia kantongi. Barangkali penjahat itu orang yang lebih butuh uang dibanding dirinya.
Namun hal yang tidak terduga, tiba-tiba saja sosok pemuda yang sama sekali tidak ia kenal datang menghampirinya dan menyerahkan tas nya.
"Ini milikmu." Ucapnya.
Jaemin yang dibuat bingung akhirnya menerima sopan. "Terima kasih."
Karena seingatnya Jaemin tidak berteriak seperti orang yang pada umumnya sedang kecopetan. Dan pemuda ini tentulah bukan penjambret asli seperti ingatanya.
"Sekaya apapun dirimu, lain kali jangan biarkan pencopet melakukan ini. Itu sama saja kau dengan mendukung perbuatannya." Tekan pria itu. Dia baru saja ingin berlalu, tapi suara manis Jaemin mencegahnya.
"Ehm, siapa namamu?" Tanyanya kikuk pada pemuda yang kelihatan lebih muda darinya.
"Aku?"
"Tidak keberatan mengobrol sebentar. Aku akan mentraktirmu sebagai tanda terima kasihmu."
Seperti anggapan di awal, dia menolak dengan alasan tulus menolongnya. Sayangnya Jaemin bukan orang yang gemar menerima bantuan begitu saja. Selalu ada balasan bagi orang yang berbuat baik.
"Sesibuk apapun dirimu jangan pernah abaikan orang yang ingin membalas kebaikanmu." Tekan Jaemin sedikit memaksa hingga mendapat anggukan persetujuan.
Pemuda itu, namanya Park Jisung dengan rentang usia lima tahun di bawahnya. Matanya sipit, namun tidak sesipit Jeno, tubuhnya pun tinggi walau tidak sekekar suaminya. Kesan awal yang terjadi ketika Jaemin mengajaknya mrminum kopi adalah bahwa anak ini cukup terpandang. Ia menolak saat Jaemin memberikan beberapa uang. Sebagai ganti Jaemin memberikan kartu nama, jaga-jaga ketika mereka saling membutuhkan.
"Jadi namamu Lee Jaemin?" Ucap Jisung saat membaca nama yang diberikan. Masih di dalam sebuah cafe memilih bangku yang ramai pengunjung. Keduanya memesan minuman yang sama dan menolak makanan berat.
"Ya, Lee adalah nama marga suamiku." Sambung Jaemin.
"Istri dari Lee Jeno bukan?" Tiba-tiba tebakan itu membuat Jeno terkejut.
"Bagaimana kau tahu?"
"Dia salah satu dosen di kampusku."
Jaemin mengangguk. Seolah pertemuan ini menjadi menarik karena Jisung pasti sudah mengetahui sepak terjang suaminya di kampus. "Oh baiklah, jika kau membutuhkan tambahan nilai kau bisa menelponku." Candanya.
"Sayangnya dia tidak mengajar mata kuliahku."
"Ah, benarkah?"
"Tapi aku mengenal ada satu temanku yang sangat mengidolakan suamimu."
"Siapa kalau aku boleh tahu?"
"Chenle."
Menarik napas dalam, Jaemin tidak ingin tergesa-gesa dalam.mengambil asumsi. Bukankah ada ratusan nama Chenle di kota ini?
"Dia sangat tergila-gila pada suamimu, tidak peduli dia beristri atau tidak, dia justru ingin menjadi simpanannya. Bodoh bukan?" Jisung terus bercerita tanpa tahu arah percakapan itu benar-benar mengganggu pikiran Jaemin.
"Sayangnya dia sekarang jarang sekali ku temui. Apartemannya kosong, dan baru-baru ini ku tahu dia sedang mengajukan cuti di kampus."
Fakta selanjutnya seolah-olah memperkuat segala asumsi yang ada. Tiba-tiba Jisung mengeluarkan dompetnya lalu mengeluarkan foto dirinya dengan seseorang yang sudah lama menghiasi dompetnya. "Barangkali kau pernah melihatnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISH
ФанфикKehidupan pernikahan Jeno dan Jaemin awalnya berjalan baik, sampai sebuah tuntutan keluarga yang mengahruskan mereka mempunyai anak. Dan Chenle datang sebagai jawaban.