24.

685 34 11
                                    

Katakan apa yang harus Jaemin lakukan ketika ia memilih menahan tangisnya seharian, sebelum mendapatkan penjelasan dari suaminya sendiri?

Ketika bunyi pintu rumah yang terbuka disertai langkah kaki teratur milik suaminya. Setidaknya inilah pertama kali dia memilih mengabaikan Jeno. Menahan penuh air matanya walau wajahnya sudah terlihat pucat dengan bibir kering bak kekurangan cairan.

Jaemin sedang diambang kekacauan. Membiarkan sehari ini berdiam diri dalam kamar, pun sekali dua kali ketukan dari Chenle sengaja ia abaikan pula.

Memangnya apa yang dia harapkan dari seseorang yang diam-diam menjadi musuh dalam selimut? Hari ini semua topeng telah terbuka. Sebuah tirai telah terbentang luas, menunjukkan banyak dari berbagai jenis permainan di belakangnya. Hanya keputusan Jaemin untuk ikut bermain atau mengakhiri meninggalkan panggungnya.

"Sayang, kau belum tidur." Sapa Jeno. Mengecup pucuk kepala istrinya yang menjadi runtinitas dia sepulang kerja.

"Aku akan mandi. Tunggu aku di meja makan, kita akan makan malam bersama Chenle."

"Aku ingin bicara Jen." Tukas Jaemin seketika. Seolah tidak terima akan satu nama yang nantinya kelak akan menjadi prioritas suaminya.

"Tidak keberatan menungguku mandi sebentar?"

"Aku menemukan berkas pernikahanmu."

Begitu santai Jaemin berbicara, namun tidak bisa menyembunyikan raut kesedihan di wajahnya. Begitu pun Jeno yang tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Mematung dihadapan Jaemin guna menelisik, —apa istrinya ini tidak salah bicara?

"Kau menikahi Chenle tanpa sepengetahuanku, bisakah aku mempercayai itu, Lee Jeno?" Ucapnya berdesir. Tidak pernah mendengar kebohongan dari mulut orang yang dicintainya, tapi mengapa sekali Jeno membohonginya rasanya jadi sesakit ini.

"Sayang, aku akan menjelaskannya."

"Penjalasan apa yang ku butuhkan selain dari kau yang menipuku? Dari kau yang menyembunyikan semuanya dariku? Memalsukan persetujuanku? Bisa-bisanya kau melakukan itu kepadaku? KATAKAN MENGAPA KAU SETEGA INI PADAKU???"

"Nana, tolong dengarkan aku!"

"Kau menikahinya, bukan?" Pernyataan pengakuan dari mulut suaminya sendiri itulah sesuatu yang berusaha Jaemin tuntut.

"Aku melakukannya demi kau, sayang?" Jeno berusaha memberi pengertian.

Lelucon apa ini? Sekarang suaminya mulai pandai mencari alasan. Apa benar bahwa Jaemin harus bersiap-siap kehilangan suaminya?

"Bukan seperti ini perjanjiannya Jeno..." Jaemin menggelengkan kepala tak percaya. Pergerakannya mundur ke belakang berusaha menjauhi Jeno.

"Kau tahu betapa sulitnya aku menghadapi semuanya. Kau tahu bagaimana tangisku setiap malam terurai begitu saja. Kau tau berapa banyak mulut yang berusaha menghancurkan hatiku. Di saat aku berusaha menahannya kau justru memanfaatkannya. Bisakah aku mempercayaimu?"

"Aku hanya ingin kau mencari seseorang, menyewanya, meminta tolong padanya dengan memberi balasan yang setimpal dari sesuatu yang aku tidak bisa berikan kepadamu. Tapi apa yang kau lakukan, kau justru memaduku seperti ini?"

"Mengapa kau berbohong padaku Jeno? Mengapa kau lakukan ini??"

Jaemin terduduk, merintih, berteriak. Pergerakannya menolak di sentuh siapapun. Dengan air mata terurai dia menuduhkan apapun kepada suaminya.

"Apa kau pikir itu mudah?" Balas Jeno tiba-tiba. Terdengar sinis atas semua tuduhan Jaemin yang terkesan menghakimi. "Bukan berarti aku tidak mencoba Na, aku sudah mencoba ke semua tempat. Bahkan rasanya hampir gila aku menuruti keinginanmu. Tapi sosok mana yang bisa kita manfaatkan dan kita ambil anaknya begitu saja?"

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang