Chenle menghela napas panjang. Duduk mengantre di ruang pencatatan sipil dengan berkas di tangannya. Sedikit kebingungan dengan keadaan sekarang. Jeno kan kaya, mengapa tidak menggunakan koneksinya untuk menerobos antrean sehingga mereka bisa menyelesaikan urusan dengan cepat lalu Chenle bisa melanjutkan menonton netfflix yang ditundanya semalam.
Seperti yang disepakati, perihal Chenle yang menuntut pernikahan mereka agar disahkan oleh negara. Keputusan berat tapi tidak perlu memikirkan waktu lama. Berbeda sekali dengan orang jaman sekarang yang hanya mau menikah saja memikirkan segala tetek bengek dan lain-lain.
Semua tahu bahwa Chenle sudah gila dari dulu. Setiap keputusannya akan jauh dari jangkauan orang normal. Seperti yang terjadi saat Jeno sedang bergerak gelisah, Chenle justru menyesap lolipop di tanganya dengan santai. Tanpa memikirkan image yang akan diterima, bagaimana mereka selayaknya remaja dan sugar daddy-nya yang akan menuju kehidupan pernikahan.
Ngomong-ngomong atas perintah dari Jeno, Chenle sudah merubah rambut merah menyalahnya menjadi hitam legam. Setidaknya itu sedikit mengejutkan Jeno bagaimana dia menjadi sedikit manis dengan raut wajah kesal karena rambut yang seolah menjadi iconnya telah diganti. Jaemin akan menyukainya. Dibanding hidup bersama simpanan suaminya dia pastinya akan menganggap Chenle sebagai adik yang sangat manis.
"Kau akan mengantarkan ayahmu menikah nak?" Begitu sapaan pria paruh baya yang duduk di dekatnya. Pria itu bahkan membenarkan kaca matanya untuk menatap lekat-lekat Chenle.
"Tidak, aku menikah sendiri." Jawab Chenle ringan. Sejujurnya ia sangat malas berbasa-basi, terlebih pada orang yang tidak dikenal.
"Kau pasti tidak rela melihat orang tuamu menikah, aku pun juga begitu tapi lihatlah disana anakku tersenyum bersama suami barunya, melihatnya seperti itu rasanya dunia ikut tertawa bersamaku."
Chenle tidak mengerti mengapa orang di sampingnya mendadak sok tau begini, lalu beralih memamerkan kebahagiaannya atas pernikahan anaknya. Tak urung dia pun menjadi sangat tertarik pada dua sejoli yang duduk di barisan antrian depan. Salah satu dari mereka, yang diduga anaknya sedang melambaikan tangan ke Ayahnya seolah sedang menyapa.
"Menantumu kelihatan bukan orang biasa." Memberi penilaian khusus pada salah satu pasangan tadi yang sepertinya Chenle kenal. Entah itu pada majalah bisnis atau beranda sosial media.
"Yeah, dia salah satu bos di perusahaan dimana anakku bekerja."
Chenle menganggukan kepala paham. "Kalau begitu anakmu lah yang kelihatan bukan orang biasa."
Mendengar bagaimana reaksi Chenle tak urung membuat Pak tua sampai kegirangan. Coba lihat, ayah mana yang tak bangga jika anaknya mendapatkan suami yang akan menjunjung tinggi derajatnya. Tertulis nama Felix dan Bangchan dalam berkas yang dibawanya, bagi Chenle yang menyadari sesuatu hal segera memberikan respon tambahan.
"Dia benar-benar hebat untuk mengait bosnya yang jelas jelas sudah memiliki tunangan dengan mencatatkan pernikahan diam-diam di catatan sipil agar kelak anak yang dikandungnya mendapat warisan, Well tikungan yang bagus untuk anakmu, tuan!"
Antrian 56
Suara pada michrophone membawa Chenle untuk segera beranjak mengikuti Jeno. Meninggalkan seorang bapak tua yang terpaku atas aksi kurang ajarnya barusan. Ia menyesali dirinya yang harus pergi secepat ini, padahal ingin ia utarakan pula beberapa kenyataan bahwa calon menantunya juga tak lain adalah sosok sampah yang sudah terkenal di dunia malam.
"Tak bisakah kau berhenti mencampuri urusan orang?" Keluh Jeno, secara tak langsung mendengarkan basa basi tadi karena ia toh tepat duduk di sampingnya.
"Aku tidak mencampuri, aku menyadarkannya." Elak Chenle walau Jeno sama sekali tak menerimanya.
"Kau tahu apa yang sebenarnya terjadi Pak Guru?" Sambungnya berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISH
FanfictionKehidupan pernikahan Jeno dan Jaemin awalnya berjalan baik, sampai sebuah tuntutan keluarga yang mengahruskan mereka mempunyai anak. Dan Chenle datang sebagai jawaban.