Jaemin tidak tahu apa yan dipikirkan ketika di tengah malam dia bergerak gelisah. Jeno masih di sisinya itu berarti segalanya masih ada dalam kendalinya. Lagi pula bukankah dia sudah menghitung matang-matang resiko dari hubungan ini?
Chenle tengah mengandung, sudah jadi dia berhak atas Ayah dari bayi yang tengah dikandungnya, Jeno. Lagi pula apa yang dilakukan mereka berdua tadi hanyalah hal biasa, —dimana Jeno sedang memijati kaki Chenle yang sedikit bengkak.
Jadi mengapa Jaemin menjadi se-overthingking ini?
"Kau belum tidur?" Suara Jeno, yang begitu peka di saat istrinya sedang gelisah. Ia lantas terbangun mengikutinya lalu menarik istrinya dalam pelukan. Kebiasaan yang sudah dilakukan bertahun-tahun ketika melihat kegundahan di mata Jaemin.
"Jadi apa yang sedang kau pikirkan?"
"Semuanya." Jawabnya.
"Keberatan untuk bercerita?"
Jaemin menarik napas. Tangannya memainkan jari-jari Jeno gemas. Tanda dia memang se-gusar itu. "Jeno, bagaimana jika Chenle menyukaimu?"
"Kau ini bicara apa?" Ucap Jeno menyembunyikan rasa keterkejutannya.
"Hanya sebuah kemungkinan."
Jeno mungkin terlihat tidak suka atas pikiran berlebihan istrinya. Itu terlalu jauh. Sementara dirinya selama ini menganggap Chenle seorang adik. Tidak ada sedikit pun rasa suka di dalamnya.
"Aku hanya takut Jeno, jika kedekatanmu dan Chenle bisa membuatnya masuk ke dalam perasaan itu."
"Lalu kau mau aku untuk apa, sayang?" Jawaban muak Jeno tapi benar-benar ia utarakan dengan lembut. Khawatir membuat masalah di malam hari.
Jaemin lantas menggeleng lemah. "Aku tidak tahu."
Tidakkah dia terdengar egois sekarang? Dia yang mengingankan hubungan ini. Ingin Chenle masuk ke dalam ke kehidupan mereka, ingin Chenle hamil, dan ketika semua itu sudah terjadi, Jaemin meragukan pilihannya sendiri.
Jadi sebenarnya siapa yang membawa situasi kian rumit?
"Tidurlah ketakutanmu sama sekali tidak beralasan." Ucap Jeno pada akhirnya.
"Kau janji tidak akan meninggalkanku kan, Jeno?"
"Tanpa kau memintahnya sekarang, dari awal pun aku sudah berjanji di depan altar, kau ingat sayang?"
Tidak ada yang bisa meragukan cinta Jeno terhadap dirinya, begitulah seperti yang dikatakan Sungchan. Jaemin hanya kacau semenjak pertemuannya dengan Jisung yang membicarakan Chenle. Tapi siapa yang tahu jika itu hanya akal-akalan pemuda itu, karena seingatnya Chenle juga pernah bercerita ada salah satu temannya dengan sifat penganggu dan selalu mengejar-ngejarnya.
Hal yang dilakukan Jaemin selanjutnya adalah justru melingkarkan tangannya di leher suaminya dan menciumnya. Gerakan yang awalnya lembut dan berubah menjadi menuntut. Membawa Jeno untuk kembali berbaring dengan posisinya yang berada di atas.
"Kau harusnya bilang di awal jika kau membutuhkan ini."
Jeno tersenyum mengejek. Hal langka saat Jaemin ingin memulainya lebih dulu. Maka dilayaninya apa yang menjadi keinginan istrinya itu. Lagi pula sudah lama juga mereka tidak melakukannya.
Saat Jeno membalik posisi istrinya menjadi di bawah, di sanalah dia mulai melucuti baju Jaemin. Menelusuri setiap inci tubuhnya dengan ciuman, hingga sang submissive itu mulai menggerang kenikmatan.
Hal yang tidak terduga, bahwa dia mendengar adanya langkah kaki cepat, setengah berlari yang menuju ke kamar mandi.
"Huekksss...!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISH
FanficKehidupan pernikahan Jeno dan Jaemin awalnya berjalan baik, sampai sebuah tuntutan keluarga yang mengahruskan mereka mempunyai anak. Dan Chenle datang sebagai jawaban.