"Maafkan aku yang baru mengangkat panggilanmu?"
Sosok cantik itu keluar dari taxi dan langsung menghampiri pemuda yang berdiri di samping mobilnya dengan wajah lesu.
Di pagi-pagi buta dia mendapatkan pesan dari seorang yang dulu menolongnya. Sebut saja Jisung, yang meminta bantuan karena ponsel dan dompetnya telah di rampok. Sebuah keberuntungan saat dia menemukan secarik kartu nama dalam dashboard, langsung menghubungi dengan telepon umum sembari berharap pembalasan budi.
"Tidak apa-apa, memang aku yang kurang sopan menelponmu malam-malam tadi." Jawab Jisung. Menyadari waktu telepon dini hari, lalu dilanjut pagi-pagi buta. Beruntung saja Jaemin mengangkatnya.
"Daerah sini memang rawan kejahatan, itulah mengapa aku selalu melarang suamiku pulang larut." Komentar Jaemin.
"Ditambah aku yang mungkin sedang sial?" Dengusnya penuh sesal.
Ah, Jisung memang sedang sial. Terutama dalam hal cinta. Jaemin tidak pernah tahu bagaimana motif sesungguhnya. Jisung yang tersiksa merasakan perasaan rindunya pada Chenle sampai akhirnya nekat merencanakan hal konyol untuk meraih simpati dari Jaemin.
Perampokan dan mobil mogok. Tidak ada yang percaya dua opsi tersebut kecuali dengan orang yang mempunyai simpati setinggi Jaemin. Karena jika korban lebih cerdas sedikit, dia bisa menelpon nomor polisi sebagai bantuan, bukannya menelpon Jaemin.
"Kau pasti lelah, ingin sarapan dulu?" Tawarnya.
Andai saja teleponnya diangkat sejak semalam, ia pasti menerima penawaran menginap, sayangnya teleponnya diangkat pagi, berarti dia menerima penawaran sarapan. Itu semua sudah masuk dalam hitungannya untuk bertemu Chenle.
"Aku sungguh menantikan masakan rumahmu. Memang aku sudah lapar dari semalam."
"Rumahku?"
Jaemin sempat berpikir lama untuk opsi tersebut. Mengajak Jisung ke rumah itu berarti membawa Jisung menemui Chenle. Apa ini ide yang bagus atau buruk, Jaemin tahu bahwa sebuah keputusan harus diambil secepat mungkin.
"Jika kau keberatan, tidak apa-apa. Aku bisa membeli ramen dan memakannya di mobil, mengingat tidak ada penjual makanan yang buka se pagi ini?" Alasannya.
"Mengapa aku harus keberatan Jisung?" Ungkapnya tiba-tiba disertai senyum manis. "Aku memang sedari tadi berniat mengajakmu sarapan."
"Ah, benarkah?"
"Tentu saja." Segera mencarikan taxi onlinne lewat aplikasi ponselnya.
Entah apa yang merasuki pikiran Jaemin sekarang, hingga sepakat membawa Jisung ke rumahnya. Itu berarti dia telah sadar dampaknya bahwa akan dipertemukannya Jisung dengan Chenle. Sebuah rencana telah tersimpan di kepalanya, walau terbesit niat lain kali ini.
Mereka menaiki taxi berdua, juga menekan bel. Sampai akhirnya sesosok yang menjadi lakon hari ini membuka pintu dan menyapa dengan ceria, "Kak Jaemin kau kemana saj-
"Ohh Hai Chenle...?"
------------------------------
Mereka bertiga berkumpul di meja makan, kecuali Jeno karena ada panggilan mendadak dari Sang Ayah mengenai penurunan saham perusahaan akibat masalah kakaknya. Itu berarti bersamaan dengan Jaemin yang menemui Jisung, Jeno pun sudah berangkat pagi-pagi buta untuk membantu menyelesaikan masalah perusahaan keluarganya itu.
Bunyi sendok dan piring berdenting bersahutan walau Sang penghuni meja lebih memilih diam. Terlebih Chenle yang sedang sangat kesal. Mood baiknya dirusak karena kedatangan orang lain di masa lalunya. Ia hampir memilih tidak ikut sarapan dan berbaring di kamar, tapi Jaemin mencegahnya dengan alasan bayi di perutnya harus di beri asupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISH
FanficKehidupan pernikahan Jeno dan Jaemin awalnya berjalan baik, sampai sebuah tuntutan keluarga yang mengahruskan mereka mempunyai anak. Dan Chenle datang sebagai jawaban.