21.

650 27 2
                                    

Pada ruangan ber cat putih dengan tulisan ICU, satu keluarga menunggu dengan harap-harap cemas. Dokter terbaik sudah didatangkan, disusul dengan pasukan perawat berlisensi. Satu dari keluarga investor di rumah sakit ini perlu pertolongan pertama, dan akan gawat urusannya jika pasien tidak dapat diselamatkan.

Tadi sebuah kecelakaan baru saja terjadi di rumah besar keluarga Lee. Sang menantu, Haechan tiba-tiba mengalami pendarahkan, terduduk sendiri di depan pintu memegangi perutnya. Tidak ada yang tahu apa penyebabnya, disaat Jaehyun, Jeno dan Mark sedang bermain golf, Taeyong yang mengajak Jaemin berkebun, sementara Chenle sendirian di ruang makan. Tiba-tiba saja mereka mendengar jeritan keras dengan pemandangan kaki Haechan yang sudah dipenuhi darah.

Mark adalah yang paling panik dengan keadaan istrinya. Apa yang terjadi sehingga Haechan begitu ceroboh, tidak menjaga bayi mereka dengan baik. Walau hubungan mereka hanya sekedar timbal balik tanpa adanya rasa cinta, tetap saja Mark masih memiliki kepedulian terhadap calon bayi itu.

Hingga saat pintu itu terbuka, keluarlah seorang dokter senior dengan wajah piasnya. Sudah diprediksi berita buruk akan dikatakan.

"Pasien bisa diselamatkan, namun tidak dengan bayinya."

Mark langsung tertunduk mendengar penjelasan itu, langsung dipapah oleh Jeno disampingnya.

"Apa kalian sudah berbuat yang terbaik?" Geram Jaehyun. Merasa ikut marah karena calon cucunya yang berusia tujuh bulan tidak bisa diselamatkan. Mereka sudah mengadakan banyak pesta. Apa yang dia katakan pada rekan-rekannya jika Sang menantu ternyata tidak jadi melahirkan?

"Maafkan kami tuan, kami sudah berusaha sebaik mungkin tapi pendarahannya begitu parah, maka demi kebaikan pasien kami pun harus mengangkat janin itu."

"Kau bahkan tidak menanyakan izinku sebelum mengangkat bayi itu, sialan!" Geram Mark pada Sang dokter yang menunduk penuh sesal.

Memang benar harusnya dalam hal ini, pihak dokter perlu izin keluarga dulu sebelum pengangkat janin. Tapi hampir semua keluarga yang ditanganinya menyatakan setuju untuk melakukan apa saja agar memetingkan keselamatan Sang Ibu dari pada bayinya.

"Sebenarnya ada kabar buruk lain, yang perlu saya sampaikan tuan." Sang dokter kelihatan menimbang-nimbang. Ia mungkin akan habis setelah ini, mengingat ini adalah hal yang bersifat sensitif.

"Ada infeksi lanjutan tepatnya setelah janin itu diangkat. Maka demi keselamatan pasien kita juga terpaksa mengangkat rahimnya juga."

"BRENGSEKKK!!!!" Mark yang kalap langsung menarik kerah dokter muda itu, berusaha memukul beruntungnya langsung dihalangi oleh keluarganya.

Hanya menunggu dua bulan kelahiran cucu pertama keluarga mereka, tapi harapan itu sirna merengut keinginan Mark menjadi seorang Ayah.

Satu keluarga Lee berduka atas musibah itu. Seberapa banyak uang yang mereka miliki tetap tidak bisa mengembalikan nyawa seseorang. Atas kesedihan Mark, juga emosinya yang belum stabil, mereka pun memutuskan berjaga bergantian. Jeno meminta izin untuk mengantar Jaemin pulang sejenak dengan alasan rumah sakit tidak baik untuk Ibu hamil. Begitu pun juga dengan Chenle yang diajaknya pulang serta.

"Awalnya aku tidak percaya karma itu ada, sampai aku melihatnya sendiri hari ini." Komentar Jeno setelah masuk ke dalam mobil. Jaemin di sampingnya sementara Chenle di belakangnya. Keduanya sama-sama melihat dengan jelas bagaimana perubahan ekspresi Jeno yang tadinya sedih, menjadi tersenyum culas.

"Kau tidak boleh berbahagia di atas kesedihan orang lain Jen?" Peringat Jaemin.

"Aku tidak berbahagia Na, aku hanya sedang berpendapat."

"Seorang yang jahat memang pantas mendapatkan nasib yang serupa?" Chenle ikut-ikut berkomentar seperti pro Jeno.

Tolong ingat, bahkan dialah yang menjadi saksi bisu atas niat Haechan yang ingin mencelakai Jaemin. Ternyata tuhan memang benar-benar ada untuk melindungi orang baik.

HIDDEN CASTLLE (Nomin feat Chenle) REPUBLISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang