Leila berjalan cepat menghampiri rumah Kanaya. Tangannya terangkat menekan bel, menandakan keberadaannya.
"Masuk, Bu Leila. Ibu ada di dapur. Langsung ke dapur aja," sambut asisten rumah tangga Kanaya.
Leila tersenyum sopan dan segera berjalan ke dapur.
"Nay, Nay, aku ada berita baru!"
Kanaya menoleh ke belakang sekilas. Ia tersenyum kecil saat mendapati Leila di sana. "Tentang kamu apa tentang perumahan?"
"Tentang perumahan. Aku ada cerita soal tetangga kita."
Mendengar hal tersebut, Kanaya meminta asisten yang berjaga melanjutkan masakannya. Ia pun melepaskan celemeknya dan berjalan mendekati Leila.
"Bentar. Aku telpon Winnie, Jihan, sama Hedia dulu. Mereka denger, gak apa-apa kan?"
Leila mengangguk yakin. Membiarkan Kanaya menghubungi Ibu rumah tangga lainnya untuk bergabung untuk berbincang kecil.
"Aku udah hubungin Winnie, Jihan, Hedia. Tinggal nunggu mereka dateng aja. Bentar, ya, La, aku nyiapin cemilan dulu." Kanaya kemudian berjalan kembali ke dapur. Leila pun mengekor di belakang Kanaya.
"Ini sebenernya gak yang wah banget sih. Cuman sekedar info dari yang aku liat aja tadi pagi."
Kanaya membalikan badannya. Ia meletakan telunjuk di depan bibirnya, meminta Leila untuk berhenti berbicara. "Nanti aja ngomongnya. Tunggu yang lain dateng. Aku gak mau makin penasaran."
Tepat saat makanan ringan dan minuman tersedia di atas meja ruang bersantai, para ibu rumah tangga pun datang. Telma dan Taliya pun ternyata turut hadir di hari kerja seperti ini.
"Lho, gak kerja?" tanya Kanaya kepada Telma dan Taliya.
"Aku udah resign, Mbak. Kemaren projek terakhir. Sekarang mau fokus ke Jay dulu," jawab Telma yang langsung mengambil tempat duduk.
"Terus sekarang Jay mana?"
"Lagi diajak Kakek dan Neneknya jalan-jalan. Jadi aku bebas deh hari ini."
Kanaya menganggukkan kepalanya. "Kalau kamu, kenapa, Ta?"
"Dari pagi aku muntah-muntah gak jelas. Izin kerja deh aku. Julio gak bisa ninggalin kerjaan dia, jadi aku bosen di rumah."
"Mau aku buatin sesuatu untuk kamu makan, gak? Masakan ini pernah berhasil di kakak ipar aku sih. Barangkali kamu belum makan."
Mata Taliya berkaca-kaca mendengar hal tersebut. "Mau, Mbak. Aku belum makan, gak ada yang mau masuk sama sekali ke dalem perut aku."
Telma memutar bola matanya melihat ekspresi yang diperlihatkan Taliya. Ia tahu dengan pasti jika sahabatnya ini memang menjadi sangat sensitif dan mudah tersentuh hatinya terhadap hal kecil.
"Gak boleh julid!" Tegur Taliya saat melihat ekspresi Telma.
"Gak ada yang julid."
"Mata lu, ngeselin!"
"Sensian banget si BuMil."
"Kaya lu gak sensian aja pas hamil."
"Mau dimasakin sekarang apa nanti, Ta?" Kanaya menyela perdebatan di antara dua sahabat itu.
"Nanti aja, Mbak. Kue di meja menggugah selera makan aku, ini dulu aja. Dan aku mau denger cerita dari Mbak Leila sekarang. Udah penasaran banget."
Semua wanita di sana menatap penasaran ke arah Bu Leila yang memiliki topik pembicaraan.
"Kita punya tetangga baru. Tinggal di rumah bekas pasangan traveller itu."
"Oh, iya? Berarti aku harus bikin kue buat nyambut tamu baru," ujar Kanaya dengan senang.
![](https://img.wattpad.com/cover/317909741-288-k159552.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperate Housewives ✓
RandomIni cerita keluarga yang berada di sebuah Town House Rengganis. Cerita ini akan mengisahkan bagaimana peran seorang istri dan Ibu di keluarga yang tinggal di Town House Rengganis Season 2 dari; Dicari: Suami Series