Kakak dan Adik

782 138 27
                                    

"Li, si Soleil udah makan belum, ya?"

Julio yang baru saja selesai mengganti sarung kasur dan bantal menoleh ke arah Taliya yang baru selesai membersihkan diri.

"Mau nyamperin ke rumah sakit?"

Taliya mengangguk. "Khawatir banget aku sama dia. Emang sih dia cowok, tapi kan dia tetep adek aku. Belakangan dia kaya gak baik-baik aja."

"Oke. Aku mandi, kamu siap-siap."

Tidak perlu waktu lama untuk Julio dan Taliya bersiap. Keduanya kini sudah berada di dalam mobil untuk menuju rumah sakit. 

Julio menghentikan mobilnya saat ada mobil ke luar dari pekarangan rumah Marga dan Hedia. 

"Buset, cepet banget bawa mobilnya," komentar Julio.

"Maling apa ya, Li?" tanya Taliya dengan khawatir. 

Julio terkekeh. "Marga ada panggilan ke rumah sakit kali. Jadi harus buru-buru pergi."

"Oh iya, bener. Itu si Hedia baru masuk ke dalem rumahnya. Aku ke rumah Hedia dulu deh."

Julio menuruti ucapan istrinya. Tangannya dengan lihai memarkirkan mobil pada pekarangan rumah Hedia. "Kita ngapain ya ke tetangga aja pake mobil."

Taliya tertawa. Benar juga kata suaminya. "Gak apa-apa, habisin bensin. Kita kan orang kaya, Li."

"Amin."

Keduanya kini sudah berada di depan pintu rumah Hedia. Menunggu si pemilik membuka pintu rumah. 

"Hai, Hedia," sapa Taliya saat pintu rumah sudah terbuka.

"Eh, Mbak. Ayo, masuk." Hedia membuka lebar pintu rumahnya, menyilakan Julio dan Taliya untuk masuk  ke dalam rumah. 

"Mau minum apa?" tanya Hedia saat kedua tamunya sudah duduk di tempat yang disediakan di ruang tamu. 

"Gak usah, Hedia," tolak Taliya.

"Aku gak enak. Mbak sama Kak Julio ke rumah aku baju rapi gitu masa gak disuguhin minum?"

Taliya terkekeh. "Kita tuh mau nyamperin Soleil, adik aku, ke rumah sakit tempatnya kerja. Aku khawatir banget soalnya sama dia."

Hedia mendudukan dirinya di seberang Julio dan Taliya. "Oh gitu."

"Iya, cuman tuh aku pengen nanya-nanya dulu ke Marga sebelum nyamperin adek aku."

"Yah, sayang banget. Baru aja Mas Marga pergi. Ada panggilan darurat ke rumah sakit."

"Iya, tadi aku liat kok. Aku khawatir sama adek aku, Ya. Dia belum bales chat aku. Udah 8 jam gak bales-bales."

"Lagi operasi kali, Mbak," jawab Hedia sama seperti jawaban Julio.

"Masa sih selama itu?"

Hedia menganggukan kepalanya tanpa ragu. "Mas Marga sering gitu. Sebelum nikah aku dibuat bolak-balik ke rumah sakit buat jengukin dia. Mastiin Mas Marga udah makan. Soalnya tuh masa-masa residen bedah saraf berat banget. Chat aku aja pernah baru dibales dua hari kemudian."

Taliya membulatkan matanya. "Masa sih?"

Hedia mengangguk lagi. "Iya. Malah posisinya aku lagi di luar kota. Balik kerjaan, aku langsung ke rumah sakit. Pas ketemu di rumah sakit, Mas Marga cuman senyum tanpa dosa. Handphonenya ditinggal di call room."

"Gitu, ya?"

"Cuman perlu kasih perhatian aja, Mbak. Gak perlu khawatir berlebihan. Kadang tuh ya, Mas Marga suka sok kuat. Aslinya, dia stres banget harus umumin waktu kematian orang. Mungkin Soleil gitu juga."

Desperate Housewives  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang