Telma sedang berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan. Ia memasuki salah satu toko high-end bags. Sebut saja Hermés. Telma ingin memeriksa daftar tunggu namanya untuk tas Birkin yang diinginkannya. Sudah 5 tahun, seharusnya Telma tidak perlu menunggu lama lagi.
Namun saat melihat namanya yang masih jauh dari panggilan membuatnya sedikit sedih. Maka dari itu ia memutuskan untuk melihat-lihat koleksi terbaru. Siapa tahu ada yang menarik minat dan bisa memperbaiki mood-nya.
"Weekend kemarin tuh, ya, di water park, saya liat cowok hot banget, Bu."
Telma melirik sekilas ke arah dua orang ibu-ibu yang sedang berbincang. Matanya melihat pajangan koleksi, tapi telinganya mendengarkan pembicaraan dua wanita di dekatnya.
"Dia pake boxer gitu, Bu. Malah lucu lagi, boxer Batman, samaan sama anaknya."
"Wah, itu sih panas banget, Bu."
"Padahal saya gak berenang, cuman liatin cucu saya aja, tapi saya basah."
Telma membulatkan matanya mendengar hal tersebut. Apalagi setelahnya dua wanita itu malah tertawa genit. Astaga, dua wanita, yang menurut Telma, seumuran dengan Bu Muna, itu sangat lucu. Bisa-bisanya mereka membuat dirty jokes dengan lelaki asing sebagai objeknya.
"Serius itu dia sama anaknya?"
"Serius, Bu. Dia bilang gini, Jay, are you have fun with Daddy?, aduh, itu ngomongnya juga bule banget."
"Itu namanya hot daddy, Bu."
Telma terdiam. Berusaha mengingat celana yang digunakan Johnson dan Jay saat berenang minggu lalu. Dalam hati berdoa agar Jay dan Johnson tidak menggunakkan boxer Batman.
Mata Telma membulat mengingat semuanya. Kepalanya mengingat dengan jelas bagaimana Johnson memamerkan boxer Batman yang akan digunakan bersama Jay di kolam renang. Ia mendesis kesal dan menjambak pelan rambutnya. Frustasi karena suaminya dijadikan bahan fantasi seksual oleh wanita yang sudah memiliki cucu.
"Permisi, Bu Telma."
Telma tersentak. Terkejut akibat sapaan dari pegawai toko.
"Apa Bu Telma ingin ditunjukkan koleksi lainnya?"
Dengan segera Telma mengangguk. "Section limited edition."
"Mari ikuti saya, Bu Telma."
.
.
.Kegiatan di pagi hari Minggu di komplek Rengganis adalah Bapak-Bapak yang pasti akan berolahraga di sekitaran komplek.
Begitu juga dengan Julio dan rutinitas barunya. Lelaki itu akan berlari pelan seraya mendorong troli bayinya. Sekalian anaknya berjemur katanya. Sedangkan Taliya yang biasanya selalu ikut berolahraga memilih untuk tidur karena jam tidurnya yang berantakan semenjak memiliki bayi.
"Widih, Mas Pratama sama Mas Marga olahraga bareng," sapa Julio.
"Wah, olahraga sama Djuanda lagi, Mas?"
"Iya, dong. Ali harus sering berjemur kena matahari pagi."
Pratama dan Marga menyatukan alis mereka.
"Nama anak Mas, Djuanda, kan?"
"Iya, bener. Tapi panggilannya Ali. Anaknya JuLIo dan TaLIya. Keren, kan?" Julio berkata dengan bangga.
Pratama dan Marga tertawa canggung.
"Keren itu, Mas," ujar Pratama.
"Itu Mbak Taliya juga yang kasih ide?" Marga bertanya basa-basi.
![](https://img.wattpad.com/cover/317909741-288-k159552.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperate Housewives ✓
RandomIni cerita keluarga yang berada di sebuah Town House Rengganis. Cerita ini akan mengisahkan bagaimana peran seorang istri dan Ibu di keluarga yang tinggal di Town House Rengganis Season 2 dari; Dicari: Suami Series