"Si dedek udah bobo?" tanya Julio yang baru saja ke luar dari kamar mandi di dalam kamar.
Taliya mengangguk dan melepaskan mulut Ali dari putingnya. "Tolong pindahin ke kamarnya, Li," ujarnya sambil merapikan bajunya.
"Aku dapet susu juga, gak?" tanya Julio yang mengambil Ali dengan perlahan ke dalam gendongannya.
"Kamu kan udah sikat gigi."
"Sikat gigi lagi gak susah kok, Li," balas Julio dengan senyum polosnya.
Taliya hanya menggelengkan kepalanya dan pergi menuju kamar mandi. Julio pun terkekeh dan membawa Ali pergi ke kamarnya sendiri.
Saat di kamar Ali, Julio memastikan segala sesuatunya aman. Memastikan barang di sekitar anaknya tidak membahayakan. Baru setelahnya ia menyalakan baby monitor.
"Selamat tidur anaknya Dyli. Jangan sering-sering bangun tengah malem, ya. Kasian Bubu kalau harus bangun buat nyusuin kamu. Lagian susunya juga udah habis duluan sama Dyli." Julio terkekeh akibat ucapannya sendiri.
"Bercanda. Bubu pasti gak kasih Dyli susu kamu." Julio menggesekkan ujung hidungnya dengan ujung hidung anaknya. "Sweet dream my little lamb."
Setelah memberikan kecupan singkat di kening Ali, Julio kembali ke kamarnya. Ia pun mengunci pintu kamar saat melihat Taliya sudah santai di atas kasur.
"Baby monitor-nya udah dinyalain?"
Julio mengangguk dan meletakkan baby monitor berbentuk telpon di atas nakas. Ia pun kemudian naik ke atas kasur. Membuka tangannya agar Taliya masuk ke dalam pelukannya.
Taliya bersandar pada Julio dengan sebelah tangannya berada di atas perut suaminya.
"Li," panggil Taliya.
"Hm."
"Boleh gak, nama Djuanda jangan ada Ali-nya?"
Julio terkekeh dan mengusap puncak kepala Taliya. "Ali itu artinya, istimewa, berderajat tinggi, pemenang, dan mulia. Gak mungkin aku namain anak aku main-main, Li. Nama itu doa, aku mau dia jadi manusia yang bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain."
Taliya mendongak menatap Julio. Tidak tahu sama sekali jika suaminya menyiapkan nama dengan doa yang begitu mulia.
"Tadinya malah aku mau izin Marga buat pake namanya. Soalnya arti nama Asta Sanghika Marga tuh bagus banget, aku suka namanya."
"Terus, kenapa gak jadi?"
"Gak apa-apa. Aku pengen kreatif aja. Masa niru punya orang."
Taliya tertawa mendengar hal tersebut. "Kan kamu izin, berarti gak niru dong."
"Nggak, ah. Gak ada orisinal aku sama sekali. Tapi aku udah nyiapin nama untuk anak kedua dan ketiga kalau kamu berkenan punya anak lagi."
"Apa tuh?"
"Bhagavad Gita. Itu buat anak kedua. Nanti anak ketiganya dari C, keempat dari D, kelimanya dari E. Terus nanti kalau aku mau manggil anak-anak tinggal teriak, abjad!. Keren, kan?"
Taliya menguap dan membalikkan badannya agar tidak melihat Julio. "Aku ngantuk, Li. Tidur duluan, ya."
.
.
.Pagi hari telah tiba, dan Winnie sedang duduk merenung di atas kasur Haka. Anak lelakinya sudah pergi ke Jepang untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Begitu juga dengan Yuki yang pergi ke Amerika.
Baru lima bulan ditinggal anak-anaknya, dan Winnie sudah merindukan Haka dan Yuki. Bahkan semalam, tanpa sepengetahuan Yuta, Winnie menangis di kamar mandi saking merindukan anak-anaknya. Winnie hanya bisa menghubungi Yuki mengingat perbedaan waktu mereka dimana Yuki baru memulai aktifitas, dan Winnie yang sudah memasuki jam istirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperate Housewives ✓
De TodoIni cerita keluarga yang berada di sebuah Town House Rengganis. Cerita ini akan mengisahkan bagaimana peran seorang istri dan Ibu di keluarga yang tinggal di Town House Rengganis Season 2 dari; Dicari: Suami Series