Mobil Baru

714 146 156
                                    

Haka dan Yuki dibuat ternganga akibat hadiah yang diberikan oleh Yuta. Keduanya benar-benar tidak menyangka akan diberikan hadiah besar sebagai kado ulangtahun dan juga kelulusan.

Sebuah mobil.

Masing-masing mendapatkan mobil keinginan mereka sendiri.

Yuki dengan Mini Cooper Cabrio, dan Haka mobil Black Toyota Sequioa. Dua-duanya mobil mahal tentunya. Dan Yuta tidak tanggung-tanggung memberikan hadiah untuk anak kembarnya. Walaupun setelahnya Winnie memarahi, Yuta tidak masalah. Melihat wajah senang dan bahagia anak kembarnya adalah kebahagiaan sendiri untuk Yuta.

"Terima kasih, Pa!"

Yuki segera berhambur memeluk Yuta. Sang Ayah pun tersenyum senang dan membalas pelukan anak gadisnya tak kalah erat.

"Senang?"

"Jangan tanya lagi," balas Yuki dengan cepat. "Aku senang, Pa. Terima kasih hadiahnya," lanjutnya dengan Bahasa Jepang.

Yuta menaikkan sebelah alisnya menatap Haka. Anak lelakinya itu masih menatap ke arah mobil barunya. "Kamu tidak suka? Ini mobil yang kamu mau. Papa ingat kamu mau mobil ini," ujar Yuta menghampiri Haka dan merangkul anaknya. 

Haka menggelengkan kepalanya dan segera memeluk Yuta. "Terima kasih, Pa. Aku hanya tidak percaya Papa membelikan aku mobil," ujar Haka dengan Bahasa Jepangnya. 

"Twins, silakan jalan-jalan coba mobil baru kalian. Mama mau marahin Papa," ujar Winnie yang sedari tadi hanya mengamati anak kembar dan suaminya dari teras.

"Pasti Papa tidak izin Mama, ya?" goda Yuki yang kemudian berlari menuju rumah Anna, hendak mengajak tetangga sekaligus temannya itu untuk berkendara bersama. 

Haka segera berlari mengahampiri Yuki saat melihat langkah kaki adik kembarnya. Tanpa ragu merangkul Yuki. "Jangan Anna, kamu sama Nina aja. Aku mau ngajak dia."

Yuki menatap kembarannya. "Aku mau ngajak Nina sama Anna. Tapi aku ke Anna dulu."

"Sama Nina aja, aku mau jalan sama Anna."

"Gak takut dimarahin Papa kalau kamu ngajak anak gadis orang di saat kamu baru lulus SMA?"

Haka menghela napas pelan. "Kita janjian aja deh. Biar aku bisa pergi sama Anna."

Yuki menatap jahil ke arah Haka. "Gak mau."

"Aku kasih 5 juta, cash."

Yuki menaikkan sebelah alisnya. "Buat Anna aja lebih dari 10 juta. Sama aku cuman 5 juta, aneh."

Haka berdecak. "Tabungan aku baru ada segitu. Nanti kalau udah ada lagi, aku tambahin."

"Bener, ya?"

Haka mengulurkan jari kelingking tangan kanannya ke arah Yuki. "Kamu tau kan kalau kita gak boleh langgar janji?"

Yuki segera menerima uluran kelingking Haka. Mereka sepakat dengan perjanjian mereka.

.
.
.

"Hai, Hedia!"

Jihan tersenyum manis saat pintu di hadapannya sudah terbuka. "Aku buat kue sedikit, gak seenak punya Mbak Kanaya, tapi masih layak banget buat dimakan kok."

Hedia terkekeh. "Makasih lho, Mbak. Ayo masuk."

Jihan mengangguk. Namun langkah kakinya terhenti saat Hedia menahan langkahnya untuk masuk ke dalam rumah. 

Hedia tersenyum canggung. "Sebelum Mbak masuk, aku cuman mau bilang kalau rasa belasungkawa Mbak udah aku terima. Jadi Mbak gak usah bilang apapun lagi tentang aku dan bayi aku. Aku cuman gak mau sedih inget dia lagi."

Desperate Housewives  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang