"Nama bayinya apa, Mbak?"
Kanaya tersenyum menatap bayi perempuannya yang sedang menyusu. "Namanya Hayu Ratna Kusuma," jawabnya.
"Ada nama Koreanya gak, Mbak?" Telma bertanya penasaran, dan Kanaya pun mengangguk.
"Kim Hyanggi."
"Artinya apa?" Kini Winnie yamg bertanya.
Kanaya terkekeh dan menatap ke arah Winnie. "Gak tau aku juga. Nanti aku tanya ke Jordy."
"Taliya, kamu mau coba gendong, gak?"
Taliya melambaikan tangannya, menolak tawaran dari Kanaya. "Hedia aja, Mbak."
Hedia ikut melambaikan tangan dan menggelengkan kepalanya. Menolak usulan yang diberikan Taliya. "Nggak, Mbak. Mbak Winnie aja. Pengalaman gendong dua anak sekaligus."
Winnie terkekeh. "Jihan juga tuh."
Jihan hanya ikut tertawa menanggapi hal tersebut. Kepalanya langsung memutar memori dimana ia pernah menggendong dua bayi kembarnya bersamaan. Pengalaman yang cukup menyenangkan jika diingat kembali.
"Jangan nawarin aku. Kalian liat aku lagi gendong Jay yang tidur," ujar Telma dengan cepat.
Taliya mendengus kecil dan melirik sinis ke arah Telma.
"Lu ada masalah hidup apa sih sama gua? Dari kemaren ngeselin banget," ujar Telma saat melihat tatapan yang diberikan Taliya.
"Lu jelek," balas Taliya dengan cepat.
Telma mendengus. "Hati-hati, anak lu bisa mirip gua."
"Idih! Amit-amit!"
Para wanita di sana pun kemudian tertawa melihat interaksi kedua sahabat itu.
"Mbak, aku berubah pikiran. Aku mau gendong Hayu. Tapi males banget bergerak bangun dari kursi."
Kanaya menatap malas ke arah Taliya. "Terus, Hayu aku lempar ke kamu?"
"Sini aku anter ke Mbak Taliya," ujar Hedia mengajukan diri.
Dengan perlahan dan diajari oleh Kanaya cara menggendong bayi, Hedia pun menggendong Hayu. Untuk sesaat, Hedia merasa bahagia dan senang. Lupa bahwa tujuan awal menggendong Hayu untuk diserahkan kepada Taliya.
"Kata aku, kamu udah siap juga punya anak," celetuk Telma.
Hedia terkekeh. "Nggak, ah. Nanti aja. Gak mau punya anak," balasnya yang kemudian menyerahkan Hayu kepada Taliya.
"Jangan nggak. Tapi belum. Takutnya nanti jadi doa," ujar Winnie dengan bijak.
.
.
."Morning, babe."
Hedia menyatukan alisnya saat mendapati Marga berada di rumah jam 9 pagi ini. Ia kira, Marga tidak ada di rumah. Sudah 5 hari semenjak masalah Hedia tahu dirinya hamil, Marga selalu punya alasan untuk tidak di rumah. Dan itu cukup memberikan ruang untuk Hedia.
Tanpa membalas sapaan Marga, Hedia berjalan menuju dispenser untuk mengambil air.
"Aku beli sarapan sebelum pulang. Dimakan, ya." Marga mengecup puncak kepala Hedia. "Aku mau mandi dulu. Kamu kan gak suka aku bau desinfektan," lanjutnya dengan jenaka.
Hedia menggenggam gelas di tangannya dengan erat. Air mata menetes begitu saja saat Marga sudah berlalu. Bibir bawahnya ia gigit untuk menahan isakan.
Setelah lebih tenang, Hedia meletakan gelas yang sudah penuh dengan air ke wastafel. Ia merapikan kekacauan yang dibuatnya karena tidak sadar air di dalam gelas sudah terisi penuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desperate Housewives ✓
RandomIni cerita keluarga yang berada di sebuah Town House Rengganis. Cerita ini akan mengisahkan bagaimana peran seorang istri dan Ibu di keluarga yang tinggal di Town House Rengganis Season 2 dari; Dicari: Suami Series