Papa

708 137 87
                                    

Anna berdiri canggung saat melihat Pratama yang berada di dalam rumahnya. Kepalanya menunduk karena merasa bersalah. 

"Anna," panggil Mirna yang mendekat ke arah anaknya. "Ayo minta maaf dulu ke Om Tama," lanjutnya saat sudah di sebelah Anna. 

Anna mendongak dan menatap Pratama dengan mata berkaca-kaca. "Maafin aku ya, Om."

Pratama mendekat ke arah Anna dan tersenyum lembut. "Gak apa-apa. Om paham sama apa yang dirasain Anna."

Anna menahan tangisannya saat mendengar hal tersebut. "Sekali lagi, maaf, Om Tama."

Pratama menatap ke arah Mirna yang dibalas dengan sebuah anggukan singkat. Setelahnya, Pratama kembali menatap ke arah Anna. 

"Ayo kita duduk. Om mau ngomong sesuatu sama kamu."

Mirna pun pergi ke dapur. Membiarkan Anna dan Pratama memiliki waktu sendiri namun masih bisa terpantau. 

Pratama merapikan rambut Anna dengan lembut. "Anna kangen sama Papa, ya? Om ngerti kok rasanya kangen sama Papa tapi gak tau apa yang harus dilakuin selain pergi ke tempat istirahat mereka. Soalnya Om juga gak punya orangtua dari kecil."

Anna menundukkan kepalanya dan terisak. Usapan lembut di kepala ia rasakan. Namun Anna tetap pada posisinya, tidak ingin melihat ke arah Pratama. 

"Papa kamu itu lelaki paling hebat yang pernah Om kenal."

Anna mendongak menatap Pratama dengan mata berkaca-kaca. "Om, kenal Papa?"

Pratama mengangguk antusias. "Papa kamu itu senior paling keren. Dokter terbaik di medan perang sekaligus tentara paling disegani. Semua orang suka sama Papa kamu," ceritanya.

"Tuhan juga sayang banget sama Papa, ya, Om?"

Pratama tersenyum lembut. "Iya. Tapi Tuhan juga sayang banget sama Anna dan Mama. Dia mau kamu dan Mama jadi perempuan paling kuat di muka bumi dengan ambil apa yang paling kalian sayang. Jangan pernah nyalahin Tuhan atas itu, ya?"

"Makanya Om Tama kuat, soalnya Mama dan Papanya Om Tama udah gak ada?"

Pratama terkekeh dan mengangguk. "Om sedih banget kehilangan orangtua. Tapi Om tau, pasti ada alasan kenapa Om harus kehilangan orang yang paling Om sayang."

"Biar Om bisa jadi orang yang paling kuat?"

"Iya," jawab Pratama dengan cepat. 

Keduanya pun terdiam. Pratama memberikan tisu kepada Anna untuk membersit hidungnya. 

"Anna," panggil Pratama. untuk memecah keheningan. 

"Om gak akan pernah bisa gantiin Papa kamu dalam hidup kamu. Tapi, boleh gak, Om nikah sama Mama kamu dan jadi sosok Ayah baru untuk kamu?"

Anna membulatkan matanya. "Om mau jadi Papa aku?"

Pratama tersenyum lembut. "Iya. Tapi bukan sebagai sosok yang bakal gantiin Papa kamu, tapi sebagai seorang figur Ayah yang kamu impikan."

Anna kembali menangis dan segera memeluk Pratama. Mendapatkan pelukan dari Anna, Pratama pun membalas pelukan tersebut dengan erat. Apalagi Anna yang menangis cukup kencang. 

"Papa," panggil Anna dengan lirih. 

Pratama terkekeh dan mengusak puncak kepala Anna dengan gemas. "Kenapa, sayang?"

"Aku punya Papa. Aku punya Papa lagi. Aku sekarang bisa pamer ke temen-temen aku kalau aku punya Papa."

Mirna kembali dari dapur dengan mata berkaca-kacanya. Ia tidak pernah tahu jika Anna memang memerlukan sesosok Ayah dalam hidupnya. Mirna baru menyadari jika dirinya egois. 

Desperate Housewives  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang