36#bolos

447 69 8
                                    

"Rey, kamu serius?" Tanya Ningning dengan raut wajah takut.

Reyhana masih sibuk memasukkan beberapa buku tulisnya yang tercecer di meja,"udah, lo percaya aja sama gue, katanya males ikut pelajaran hari ini," balas Reyhana yang sungguh sesat.

Ningning masih bimbang, memang benar jika hari ini dirinya sedang malas belajar. Tapi apakah dengan ia ikut ke dalam kesesatan Reyhana untuk bolos itu hal yang benar?

Reyhana yang tak sabaran langsung menarik tas Ningning yang masih gadis cindo itu pegang.

"Ah kelamaan Lo."

"Eh tas aku."

Reyhana sudah berjalan lebih dulu keluar kelas, namun ia kembali lagi karena Ningning masih diam di tempatnya sejak tadi.

"Lo kok malah diem sih, katanya mau bolos," kesal Reyhana. Ningning terdiam.

"Kayaknya aku nggak berani bolos deh Rey," ujar Ningning dengan suara pelan dan merasa tak enak hati pada teman sebangkunya.

Reyhana mengembuskan napas panjang, maklum jug sih, Ningning kan anak ambis, apalagi dia juga baru pindah ke mari satu tahun yang lalu. Yakali mau bolos kayak dia yang udah sering bikin ulah.

"Yaudah deh, kalau gitu gue sendiri aja yang bolos, doain semoga kagak ketangkep lagi," Reyhana kembali memberikan tas berwarna maroon pada Ningning.

"Hati-hati Rey," ucap Ningning dengan raut wajah khawatir, Reyhana mengangguk sambil menepuk-nepuk pundak Ningning seolah-olah akan pergi melaksanakan tugas negara.

Baiklah, saatnya aksi bolos-membolos dimulai. Reyhana berjalan dengan mengendap-endap saat melewati beberapa kelas yang sudah memulai pelajaran.

Saat ia melewati perpustakaan yang memang letaknya ada di pojok belakang dekat tembok belakang yang sering ia panjat ketika hendak membolos, ia melihat sang kembaran yang paling akhir.

Raya, gadis itu sedang berjalan ke arahnya sambil membawa beberapa tumpukan buku dengan Maven dibelakangnya. Biasalah, siapa sih yang nggak tau Maven cowok yang selalu ngintilin Raya.

Reyhana buru-buru bersembunyi di balik tong sampah yang ukurannya cukup besar, makanya keberadaannya tak disadari Raya. Namun tiba-tiba ada kepala Maven yang nongol dari balik tong sampah, yang pasti membuat Reyhana terjungkal karena terkejut.

"Anjir Maven! Ngapain sih Lo?!" Kesal Reyhana dengan napas naik turun.

Maven hanya diam sambil mengangkat bahunya acuh.

"Gue tadi nggak sengaja lihat bayangan di balik tong ini, gue kira mbak Kunti yang emang tinggal di sini, eh ternyata Lo," jawab Maven dengan santainya, tak tahu saja jika cewek depannya ini sudah merinding sendiri mendengarnya.

"Kampret lo Ven, mau nakut-nakutin gue Lo?"

"Siapa juga yang mau nakutin, emang iya kok, makanya jangan bolos mulu kalau sekolah, nggak tau cerita ini kan Lo," ejek Maven yang membuat Reyhana mendengus.

"Pokoknya Lo harus diem ya Ven, jangan bilang ke Raya kalau gue bolos," pinta Reyhana yang membuat Maven mengangkat satu alisnya.

"Siapa lo nyuruh-nyuruh gue?"

"Gue? Calon kakak ipar Lo, alahh kagak usah belagu lo, gue tau kalik kalau lo naksir sama adek gue," balas Reyhana dengan wajah songongnya.

"Idih sok tau Lo."

"Udah deh gini aja, kalau lo diem, besok-besok gue kasih tau sesuatu tentang Raya yang nggak semua orang tahu, mau nggak Lo?" Tawar Reyhana dengan menaik-turunkan alisnya.

Maven diam sejenak.

"Jangan salah paham dulu, gue setuju bukan berarti gue suka sama kembaran Lo, tapi gue cuman mau tahu aja tentang wakil gue, yakalik seorang ketua nggak tahu tentang wakilnya lebih dalam," Reyhana geleng-geleng sambil terkekeh mendengarnya.

Emang susah ya kalau orang yang punya gengsi gede jatuh cinta, Reyhana mengangguk setuju.

"Okedeh."

"Maven, hantunya udah ketemu belum? Buruan dong," teriak Raya dari kejauhan.

"Mending lo buruan pergi deh, hus hus," usir Reyhana.

"Yaudah, hati-hati ketemu mbak kunti-"

"Maven!"

"Maven!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

"Iya Kas, bentar ini loh baru sampe rumah," ucap David pada Lukas melalui telepon. Tangannya kirinya masih sibuk membuka pintu dan tangan kanannya memegangi ponsel.

Akhirnya pintu terbuka, David langsung masuk dan berjalan ke kamar. Sampai di kamar, pria itu buru-buru mengambil flashdisk yang ketinggalan. Jika biasanya sekertaris lah yang akan mengambil barang milik bosnya yang ketinggalan, namun tidak dengan Lukas. Mana mau anak itu, untung aja anaknya Admaja.

Reyhana lah yang membelikan flashdisk itu, makannya bentuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reyhana lah yang membelikan flashdisk itu, makannya bentuknya...ya you know-lah, tapi itu sangat berguna bagi perusahaan David. Karena data-data rahasia perusahaan juga ada di dalam sana.

Saat hendak keluar David mengerutkan dahinya karena ada semangkuk sereal di meja ruang tamu, perasaan tadi pagi ia tidak membuat sereal deh.Tapi di sini kok ada semangkuk sereal ya, pikirya.

Namun ia segera menepis rasa penasaran itu karena ia sedang buru-buru, jadi dia memutuskan untuk melahap sereal tadi karena lumayan untuk mengganjal rasa laparnya.

Di salah satu kamar atas, Reyhana merasa sangat bodoh karena meninggalkan serealnya di meja ruang tamu. Ia sudah menggerutu, kenapa sang ayah tidak segera kembali ke kantor ya, jangan sampai keberadaannya diketahui oleh sang ayah.

Bisa-bisanya dirinya dimarahi karena sedang bolos, akhirnya setelah bersembunyi di kamar selama hampir dua puluh menit. David sudah kembali ke kantor.

Gadis itu turun menuju ruang tamu untuk mengambil mangkuk serealnya, dan duorr... mangkuknya sudah bersih, tak ada sisa sereal maupun susu di sana.

Padahal sereal di rumah hanya tinggal itu tadi, mana perutnya sudah keroncongan lagi, nasib...nasib, batin Reyhana galau. Lalu Reyhana memutuskan untuk tidur siang saja karena merasa dunia ini terlalu kejam padannya. Padahal cuman masalah sereal.

 Padahal cuman masalah sereal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Davidson's House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang