51#War is Over🦖🔥

747 76 1
                                    

"Anak-anak!!" Teriak David sambil berlari memasuki UGD.

Napas David masih terengah-engah karena berlari sejak turun dari mobil, ia mengecek keadaan anak-anaknya satu persatu, jika sampai ia kehilangan salah satu buah hatinya, ia janji tidak akan membiarkan Savion dan preman-preman itu bisa bebas menikmati udara di dunia ini.

Jika bukan karena Maven yang menelponnya tadi mungkin ia tidak akan tahu sampai sekarang.

"Gimana tadi kayak gini?" Tanya David pada Reyhana yang keadaannya paling baik-baik saja ketimbang yang lain.

"Reyhana juga nggak begitu tahu, pokoknya mereka diikuti pria mobil hitam tadi, ya terus Reyhana nggak tahu apa aja yang terjadi, tapi yang pasti pas Reyhana sampai  sana keadaan mereka nggak parah," David menghela napas panjang.

"Ayah, bunda Rossa nggak papa kan?" Tanya Rachel dengan keadaan lemas, karena dia baru sadar dari pingsan. David menggeleng dan tersenyum.

"Bunda kamu baik-baik aja, dia sedang melakukan pemeriksaan rontgen, siapa tahu ada tulang yang patah, tapi sejauh ini bunda kamu baik-baik aja," Rachel tersenyum singkat, sejak sadar tadi ia selalu memikirkan kenapa ia tidak bisa berguna bagi ibu dan saudaranya. Andai ia bisa menangkis preman-preman tadi, pasti bundanya tidak akan begini.

Reyhana tahu jika Rachel sedang menyalahkan dirinya sendiri, mereka kembar, mereka memiliki ikatan batin yang sama meskipun tidak sekuat itu. Reyhana mengelus punggung tangan Rachel.

"Lo hebat deh bisa ngehajar preman-preman tadi, kalau aja tadi Lo nggak ngelakuin itu, pasti gue nggak bisa nangkep preman-preman sialan tadi karena mereka udah kabur, untung ada lo yang bisa ngulur waktu sampai gue dateng."

"Serius?" Rachel memastikan apakah itu benar, jika begitu ia sudah sedikit berguna bagi saudaranya. Reyhana bernapas lega.

"Iya, nggak bohong deh."

"Yah, orang itu gimana?" Tanya Raya saat David duduk di sebelahnya. Orang-orang yang ada di ruangan ikut menoleh menunggu jawaban David.

"Lukas sudah mengurus mereka, ayah jamin orang itu dan anak buahnya nggak akan bisa bebas untuk selamanya," mereka bertepuk tangan puas. Bertepatan dengan itu Rossa dibawa masuk menggunakan kursi roda.

"Ada apa ini, kok heboh sekali," tanyanya.

Reyhana langsung menghamburkan pelukan ke Rossa dan menceritakan jika sang ayah sudah mengurus pria tadi.

"Memangnya kamu punya bukti apa saja sampai bisa menjebloskan mereka?"

"Ternyata Savion dan anak buahnya itu adalah dalang dari kebakaran perusahaan papa dulu, dan selain itu masih banyak kasus dari Savion, mulai dari bandar narkoba kelas kakap, dalang dari penculikan anak di Malaysia tahun lalu, dan yang paling parah, ternyata dia adalah pembunuh orang tua Syaka dua belas tahun yang lalu," semua orang menatap Syaka dengan rasa kasihan. Laki-laki itu terkejut, namun ia tidak memperlihatkan nya.

"Kenapa pada ngelihatin saya kayak gitu?" Mereka langsung buru-buru tidak menatap Syaka. Rachel melihat ada raut kesedihan dari Syaka, namun ia biarkan, pasti saat ini Syaka membutuhkan waktu sendiri.

"Ayah kok bisa tahu?" Tanya Raya penasaran. David tersenyum mengejek.

"Apa sih yang nggak ayah tahu."

"Elehh, pasti ayah ngepoin orang itu karena nggak bisa move on dari bunda kan?" Reyhana menaik turunkan alisnya. Telinga David memerah.

"Tuh tuh merah, wah ada tanda-tanda punya adek baru nih," goda Reyhana pada David. Mereka tertawa bersama-sama, yang mendengar candaan mereka kali ini hanya keluarga David dan para laki-laki pengabdi kembar R ya, seperti Syaka, Maven, Jordan dan Danang. Teman-teman satu kelas Reyhana sudah pulang sejak tadi.

***

"Sudah dibayar sama bapak itu mas," Syaka menatap bingung pada mbak-mbak yang jualan di kantin rumah sakit. Mbak-mbak penjual itu menunjuk David yang duduk sendirian di meja.

Syaka menghampiri David. "Makasih, om," David menatap Syaka yang duduk di depannya. Pria itu mengangguk.

Mereka saling diam, Syaka masih menikmati makanannya, David juga. "Kok om bisa tahu kalau orang itu yang membunuh orang tua saya," Syaka memberanikan diri untuk bertanya.

"Waktu itu anak buah saya pernah menjadi mata-mata di markas si bangs*t itu, dia menemukan banyak bukti data orang-orang yang pernah menjadi targetnya. Saat itu dia menyalin salah satu data korban, dan ternyata itu adalah data orang tua kamu."

"Kok om bisa tahu kalau dia orang tua saya?" Mampus, David kelalaban sendiri, bisa ketahuan dong kalau selama ini ia selalu mencari data laki-laki yang mendekati anak-anaknya.

Lebih tepatnya untuk memilih mana yang baik dan pas dan mana yang tidak, resiko punya anak cewek semua ya begini. Salah pilih bisa bahaya buat investasi mantu di masa depan.

"Rachel sering cerita soal kamu," jawab David asal yang malah membuat Syaka salah paham.

"Cerita soal saya?"

"I-iya, namanya ayah, pasti akan mencari tau lebih dalam tentang cowok yang lagi deket sama anaknya kan, kamu juga nanti kalau punya anak cewek pasti kayak saya," David berharap Syaka percaya.

"Oh gitu ya, saya kirain apa," David tersenyum menanggapi ucapan Syaka. Padahal dalam hati ia sedang gugup, berbeda dengan David, Syaka malah merasa kepedean.

"Jadi Rachel ngenalin gue ke bokapnya ya, berarti dia suka sama gue dong," batin Syaka.

Davidson's House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang