33#Kembar

572 83 7
                                    

"Rey, turun nggak lo!" Raya berteriak dari bawah pohon melihat sang kembaran sedang berada di atas pohon rambutan milik tetangga samping rumahnya.

Untung saja rumah sampingnya ini sepi karena sedang pergi ke luar negeri, biasalah, orang kaya. Namun tetap saja, bagi Raya perbuatan Reyhana itu salah karena telah mencuri rambutan milik orang lain, apalagi bagi Raya tingkah Reyhana ini menyalahi kodrat seorang perempuan yang harusnya bersikap anggun.

Reyhana bukannya mendengarkan perintah si meong, dia malah melempar kulit rambutan ke arah Raya. Gadis bertubuh mungil itu marah-marah.

Reyhana bukannya merasa bersalah malah tertawa keras, rasanya puas bisa membuat Raya marah-marah. Kapan lagi bisa bikin bocah kecil itu marah, apalagi dengan posisinya di atas yang membuat Raya tidak bisa mengejarnya.

Saat Reyhana melihat ke bawah, sudah tidak ada Raya. Di mana gadis itu, pikir Reyhana. Namun, tiba-tiba ada yang melemparinya dengan batu kerikil dari bawah. Ternyata itu Raya.

"Gilak, ya lo!" Teriak Reyhana.

Namun Raya tak menggubrisnya, dia tetap melemparkan baru kerikil yang ia ambil dari depan pada Reyhana. Reyhana berusaha menghindar supaya tak terkena lemparan dari Raya.

"Mamam tuh krikil, jadi cewek petakilan banget."

Rachel yang melihat kedua saudari kembarnya hanya bisa mengembuskan napas panjang, lelah?

Oh tentu, tidak di rumah, di sekolah, selalu saja bertengkar seperti serial kartun kucing dan tikus yang ada di televisi waktu kecil.

Akhirnya setelah setengah jam Reyhana dan Raya bertengkar, mereka bertiga berkumpul di ruang tamu. Lebih tepatnya Raya dan Reyhana tepar di sofa dengan menjadikan paha Rachel sebagai bantalnya.

Ya meskipun tidak menjamin mereka berdua tidak bertengkar lagi, seperti sekarang contohnya. Reyhana berusaha mendorong kepala Raya dari paha Rachel yang ada di sebelah kiri, sedangkan dirinya ada di sebelah kanan.

"Dikitan dong Ray, jangan serakah," Raya tidak mendengarkan.

Cukup!
Rachel muak, gadis itu langsung berdiri dari posisinya yang membuat kedua manusia menyebalkan itu terjatuh ke lantai bersama.

"Rachel!" Teriak mereka berdua.

"Hussst, ada yang lebih penting dari ini semua," ucap Rachel sembari melihat jam yang menempel di dinding.

Sudah menunjukkan pukul delapan malam, tapi sang ayah belum juga pulang. Sejak tadi sore mereka sudah berusaha menghubungi nomor sang ayah namun ponselnya tidak aktif.

Jika saja Lukas tidak sedang membolos bekerja karena giginya sakit, mungkin mereka tidak akan kesulitan mencari tahu keberadaan sang ayah dan khawatir dengan sang ayah.

***

Keputusan terakhir mereka adalah langsung mendatangi kantor sang ayah, lebih  tepatnya mereka nekat ya guys.

"Allahu Akbar, Racheeeel. Pelan-pelan woooi," teriak Reyhana dari kursi samping kemudi sambil memegang erat handle atas pintu mobil.

Di belakang Raya sudah berkomat-kamit membaca berbagai macam doa, jaga-jaga jika Rachel membawanya bertemu yang maha kuasa lebih cepat.

Rachel menginjak rem dengan mendadak karena sudah sampai di depan gerbang gedung kantor David, wajah dan lehernya sudah dipenuhi keringat. Rachel teringat saat di jalan tadi, ia menginjak gas sangat dalam. Mobilnya bergerak dengan kecepatan 90 lebih, banyak mobil yang mengklaksoni mobilnya karena mobilnya yang berjalan ngawur.

Rachel menoleh ke arah samping di mana Reyhana yang menatap kosong kaca depan, lalu gantian ke Raya yang ada di belakang. Gadis kecil itu memegang lututnya dengan tatapan yang kosong sama seperti Reyhana.

Kira-kira beginilah ekspresi Raya.

"Kenapa berhenti?" Tanya Reyhana dengan ekspresi datar dan tanpa menoleh.

"Gue nggak bisa belok," jawab Rachel polos.

Akhirnya mobil mereka di bawa masuk oleh satpam yang masih ada di sana.

***
Mereka bertiga masuk ke ruangan sang ayah, terdapat David yang masih duduk di meja kerjanya. Perasaan mereka bertiga sangat sedih melihat sang ayah yang masih sibuk bekerja, padahal sudah malam. Bahkan di kantor sudah sepi.

Reyhana merasa sedih, selama ini dirinya hampir jarang melihat sang ayah istirahat dengan tenang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Reyhana merasa sedih, selama ini dirinya hampir jarang melihat sang ayah istirahat dengan tenang. Ketika liburan pun sang ayah masih bekerja, Raya juga bersedih. Apalagi biaya pendidikannya lah yang paling mahal di antara kedua saudaranya.

Biaya lesnya sangat mahal, apalagi saat Raya mengatakan ingin menjadi dokter gigi, sang ayah langsung cepat menghubungi tempat les terbaik untuknya.

Ayah mana yang tak berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya, apalagi di antara ketiga anaknya, Raya lah yang paling semangat belajar untuk mengejar mimpinya. Jadi David juga harus semangat mendukung mimpi sang anak.

Rachel yang melihat wajah David terlihat kusut merasa sangat bersalah, sang ayah bekerja keras untuk memenuhi keinginan dirinya dan saudara-saudaranya. Apalagi di antara saudaranya, Rachel merasa dirinya yang paling boros.

Suka nongkrong ke cafe, membeli alat masak yang ujung-ujungnya tak terpakai. Lalu membeli baju, sepatu, dan tas yang sebenarnya tak dibutuhkan. Padahal kenyataannya sang ayah mencari uang sampai melupakan kesehatannya.

Davidson's House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang