Rachel sedang tertawa bersama beberapa temannya di kantin, tiba-tiba ada seorang gadis berambut pirang menyiramkan segelas es teh kepada Rachel.
Keadaan kantin menjadi hening, Rachel dan gadis berambut pirang yang di dadanya terdapat name tag yang bertuliskan "Snow" menjadi pusat perhatian. Teman-teman Rachel berdiri tak terima atas perlakuan gadis itu yang menyiram Rachel.
"Maksud Lo apa dateng-dateng langsung nyiram temen kita, ha?!" Bentak Misella salah satu teman Rachel yang lengan bajunya dilipat seperti preman sekolah ini.Gadis berambut pirang yang bernama Snow itu bukannya takut, dia melipat kedua tangannya di dada sambil menatap angkuh.
"Temen Lo tuh dikasih tahu, jadi cewek jangan gatel napa, cowok orang kok diganggu," ucapnya yang membuat teman-teman Rachel langsung tertawa meremehkan.
"Situ bener kalau temen kita yang ngegatel? Bukannya cowoknya duluan ya?" Snow tak terima atas pertanyaan teman Rachel itu. Rachel hanya tersenyum miring.
"Haduh, udah biasa sih guys kayak gini, palingan dia iri karena cowoknya lebih demen spek kayak aku yang imut nan gemoy ini ketimbang spek mak-mak tukang labrak begini," ejek Rachel sambil mengibaskan rambutnya dan menatap Snow dari atas sampai bawah.
Snow yang merasa malu itu menghentak-hentakkan kakinya lalu pergi begitu saja, sebelum pergi salah satu teman Rachel memanggil Snow.
"Eh tunggu," salah satu teman Rachel buru-buru mengambil gelas es teh di meja yang tersisa sedikit dan menyiramnya ke arah Snow.
"Imbang deh," ucap salah satu teman Rachel, Snow berlari sambil menutup wajahnya karena malu. Rachel sendiri sampai menganga. Benar-benar temen-temennya ini luar biasa.
Belum lagi kalau kedua saudaranya ada di sini, udah pasti Snow bener-bener kena mental sih.
Di paling pojok ada Syaka yang menatap bangga pada kawan-kawan Rachel, namun dia juga merasa kasihan pada Rachel karena dia sering melihat Rachel dilabrak oleh cewek-cewek yang tak ia kenal karena pacar mereka mendekati Rachel.
Padahal yang salahkan pacar mereka, kenapa Rachel yang dilabrak. Duh, apa mendingan Syaka buru-buru ngajak Rachel pacaran aja ya biar nggak ada cowok yang ngedeketin, dan hidup Rachel jadi tenang karena nggak ada mak-mak lampir yang tiba-tiba ngelabrak.
Rachel yang tak sengaja melihat Syaka menatap kearahnya sambil tersenyum-senyum sendiri merasa merinding.
"Apa tu cowok kesurupan penghuni kantin yak?" Bantin Rachel.
***
David sedang dalam perjalanan pulang dari kegiatan proyek di luar kota, saat di perjalanan perutnya terasa mulas. Ia menyuruh sopirnya untuk berhenti di toilet umum sebentar, setelah buang air kecil terdapat kasir yang duduk di depan kotak pembayaran setelah buang air kecil.
Saat David hendak membayar ia baru ingat jika dompetnya tertinggal di mobil, jarak mobil dan toilet umum ini bisa dibilang jauh sebab terpisah jalan raya, jika ingin mengambil dompet ia harus menyebrang jalan raya.
"Gimana pak?"
"Aduh mas, saya lupa nggak bawa duit nih, ketinggalan di mobil, kalau saya ngambil dulu boleh nggak?"
"Alah pak... Pak, penampilan doang kayak pengusaha, masa di toilet umum yang bayarnya cuman tiga rebu kabur sih," ejek mas-mas penjaga kotak pembayaran itu.
"Jangan gitu dong mas."
"Lah emang iya kok-"
"Berapa mas?" David menoleh ke arah suara itu.
"Rossa/David?"
"Loh, ibunya kenal?" Tanya kasir itu pada Rossa.
Rossa menatap David sebentar lalu mengangguk."Kenapa ya mas?"
"Ini Lo buk, masak bapaknya mau kabur, katanya nggak uangnya ketinggalan. Dikira saya nggak tahu tipuan kayak begitu -"
"Tipuan enak aja, orang dompet saya beneran ketinggalan kok," potong David tak terima.
"Udah-udah, biar saya yang bayar mas, ini," Rossa menyerahkan uang tiga ribu pada kasir itu.
"Eh nggak usah, saya bisa bayar sendiri," tolak David, kasir itu menatap sengit ke arah David.
"Udah deh pak, nggak usah belagu sok nolak gitu."
"Hehh! Kamu jangan bikin emosi ya, kamu itu ja-" Rossa langsung menarik lengan David menjauh dari sana.
Rossa melepaskan pegangannya, dan menatap malas ke David.
"Kamu itu bisa nggak sih ngerubah sikap kamu yang mudah tersinggung itu?" Tanya Rossa sambil melipat kedua tangannya.
David membuang muka."Siapa kamu ngatur-ngatur?"
"Kamu nanyakkk?" Jawab Rossa mengikuti jawaban anak-anak muda zaman sekarang. David mendengus. Lalu David berjalan menjauh tanpa mengucapkan sepatah katapun.
"Minimal bilang makasih kek," sindir Rossa dengan suara yang agak keras. David berhenti dan berdehem.
"Ehem, makasih," ucap David cepat.
"Apa?" Tanya Rossa sok tak mendengar.
"Makasih!"
Seorang pengamen yang melihat tingkah David dan Rossa geleng-geleng.
"Puber ke dua ternyata lebih lucu ya," ucapnya, tak tahu saja jika mereka berdua itu mantan suami istri.
Ekspresi David setelah sampai mobil.
"Malu banget Gustiii, ketemu mantan malah pas gitu," batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davidson's House [END]
أدب الهواةMenceritakan sebuah rumah yang dihuni seorang pengusaha tampan yang sedang naik daun dan ternyata telah memiliki tiga anak kembar berwajah cantik. Rumah tak pernah sepi selama tiga remaja kembar itu ada, meskipun pria itu harus mengelus dada akan ke...