"Ray, pulang kagak?" Tanya Rachel dari ambang pintu.
"Duluan aja, gue masih ada rapat nih."
"Oke," Rachel berjalan ke kelas samping, di mana kembarannya berada. Fyi, mereka bertiga memang satu sekolah, tetapi beda kelas, Raya di kelas IPA 1, Reyhana di kelas IPS 5, dan dirinya di kelas IPA 3. Dari sana kita dapat melihat siapa yang oke dibidang akademik.
Raya memang anak yang sibuk, soalnya dia menjabat sebagai ketua OSIS, pasti tugasnya banyak, membuat proposal lah, membuat apa lah.
Rachel sudah paham, namun dia tetap perhatian dengan selalu menanyakan apakah gadis itu akan pulang bersamanya atau tidak, karena Rachel ini satu-satunya yang tidak ikut ekskul atau organisasi selain Pramuka di antara saudara-saudaranya, soal Pramuka, ya karena di sekolahnya eskul tersebut wajib.
Tetapi meski tidak ikut ekskul atau organisasi, dia tetap menjadi primadona di sekolahan ini, dan dikenali oleh hampir setiap orang, mungkin?
"Woi!" Teriak Rachel dari ambang pintu kelas Reyhana. Teman-teman Reyhana yang masih di sana dan bersiap untuk pulang sudah terbiasa dengan kedatangan Rachel yang hobi teriak-teriak.
Mungkin untuk yang hanya mengenal Rachel dari sosial media atau sekedar melihat, mereka akan berpikir jika Rachel adalah cewek yang cantik, kalem, ramah, dan anggunly. Tapi, buat yang udah kenal, pasti semua itu akan berubah, Rachel itu cewek yang hobi teriak-teriak, pokoknya nggak ada anggun-anggunnya deh.
Intinya, jangan menilai sesuatu dari covernya, titik!
"Balik kagak?" Tanya Rachel.
"Duluan aja, gue mau eskul voli," jawab Reyhana sambil mengibaskan tangannya di udara seakan-akan mengusir gadis itu.
Rachel mendengus, sepertinya hari ini dia akan naik angkot sendiri lagi, maksudnya tidak bersama dengan kedua kembarannya itu. Buat yang nanya, orang kaya kok nak angkot, jawabannya karena motor cuma satu, mobil masing-masing sudah dapat, tetapi belum bisa gimana dong, dulu pernah sih mereka belajar, tapi ditabrakin ke pohon bareng-bareng pas latihan. Jadi bagaimana mereka ke sekolah?
Setiap hari David yang mengantar mereka, untuk urusan pulang mereka memilih untuk naik angkot atau ojol, karena mereka tahu jika sang ayah juga punya pekerjaan sendiri. Padahal mereka punya satu motor beat merah yang sering dipanggil Rachel dengan sebutan 'si sashimo' karena satu motor sering digunakan untuk empat orang. Tetapi David melarang mereka sekolah mengendarai motor, apalagi sampai bonceng tiga.
Jadi, motor itu digunakan untuk keperluan mendadak, atau untuk sekedar membeli sesuatu di sekitar rumah.
Setiap dia berjalan, tak ada yang tak menyapa dirinya ataupun sekedar melemparkan senyuman.
Saat Rachel sudah berjalan di halaman sekolah, tiba-tiba ada sebuah motor hitam besar milik seseorang melaju di depannya. Rachel terbesit sebuah ide supaya nantinya dirinya tak perlu mengeluarkan uang untuk naik angkot. Emang didikan pelit sejak dini.
"Woi woi woi!" Teriak Rachel. Seseorang dari balik helm itu mendengar dan memberhentikan motornya. Dia membuka kaca helm dan menatap Rachel dengan wajah bingung.
Rachel tersenyum puas, dia berjalan mendekat ke arah cowok tadi, Rachel melihat nama yang tertempel di dadanya.
Alvino Syaka Putra
"Anjirt, ini panggilannya apa?!" Batin Rachel, yaudahlah, akhirnya gadis itu memanggil asal cowok depannya.
"Putra, gue nebeng dong," pinta gadis itu. Cowok depannya menatap aneh Rachel.
"Apaan sih, nggak usah sokap deh Lo," cowok itu menutup kaca helmnya dan kembali menyalakan mesin. Rachel melongo melihat cowok itu yang mengendarai motornya menjauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davidson's House [END]
FanficMenceritakan sebuah rumah yang dihuni seorang pengusaha tampan yang sedang naik daun dan ternyata telah memiliki tiga anak kembar berwajah cantik. Rumah tak pernah sepi selama tiga remaja kembar itu ada, meskipun pria itu harus mengelus dada akan ke...