Pulang sekolah Reyhana tidak langsung kembali ke rumah, melainkan jalan-jalan di mall dekat sekolahannya. Sejak berkeliling di mall Reyhana sama sekali tidak membeli sesuatu, dia kemari memang hanya ingin jalan-jalan menghabiskan tenaganya saja.
Tiba-tiba Reyhana melihat om om polisi waktu itu yang tidak salah namannya Danang sedang ada di sini juga, laki-laki itu sedang mondar-mandir seperti orang menahan berak.
"Kalau pengen berak ya berak aja, nggak usah ditahan om," sindir Reyhana yang membuat Danang menoleh. Tanpa pikir panjang Danang langsung menarik Reyhana.
"Eh eh lepasin-"
"Ini pacar Danang, Mah," Reyhana melotot, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dengan kulit putih dan mata sipitnya itu melihat Reyhana dari atas sampai bawah untuk memastikan seperti apa pacar sang anak satu-satunya itu.
Mama Danang menutup mulutnya tak percaya. "Jadi kamu normal?" Sontak Reyhana menatap horor Danang dari atas sampai bawah. "Ya normal lah mah."
"Alhamdulillah, akhirnya saya punya mantu!" Seru Mama Danang keras.
"Mah jangan keras-keras, malu," ucap Danang.
"Ngapain malu, mall mall punya kita sendiri," Reyhana semakin tercengang mendengarnya, tadi ia disebut pacar oleh Danang, lalu Danang disebut tidak normal, sekarang mall ini milik keluarga om polisi tengil itu?
"Tunggu-tunggu, ini maksudnya apa ya?" Tanya Reyhana memastikan, takut ia sedang ngelindur. Mama Danang tersenyum senang menatap wajah cantik Reyhana.
"Udah nggak perlu bingung, meskipun calon mantu saya ini masih pakai seragam abu-abu, nggak papa, yang penting saya bisa punya mantu."
"Ma!" Malu Danang.
"Oh iya, kamu udah dikasih apa aja sama berandal ini? Pasti kamu belum pernah diromantisin kan sama dia, Mama yakin sih, soalnya dia itu orangnya kaku, bosenin, jadi kalau kamu lagi sebel sama dia, bilang aja sama mama, nanti biar mama yang ngehajar dia," Reyhana bingung harus merespon seperti apa, dia hanya tersenyum kikuk.
Setelah berbincang-bincang hampir setengah jam untuk membahas mengenai Danang yang akan mengajak Reyhana ke jenjang lebih serius, dan tentunya Nama Danang lah yang selalu membahasnya. Akhirnya Reyhana berhasil mengajak Danang pergi agak menjauh dari sang Mama.
Reyhana melepaskan genggamannya pada Danang. "Heh, apa-apaan tadi, enak aja bilang kalau gue pacar om," omel Reyhana. Danang menutup telinganya karena suara gadis itu yang sangat cempreng menurutnya.
Danang masih membiarkan gadis itu mengomel. "Udah capek?" Reyhana mengangguk seperti anak kecil karena memang mulutnya sudah capek ngomel.
"Anggep aja kali ini saya hutang sama kamu," setelah mengucapkan itu Danang pergi meninggalkan Reyhana.
Gadis itu berteriak kesal, bisa-bisanya hari ini orang-orang pada bikin naik darah. Reyhana berjalan keluar mall karena dia merasa bukannya masalahnya teratasi malah makin nambah.
Sehabis dari mall tadi, Reyhana tidak pulang. Ia pergi ke rumah Lukas untuk mendapatkan siraman qolbu. Sesampainya di rumah, Reyhana melihat jam yang melingkar di tangannya, ternyata sudah pukul delapan malam.
Saat ia hendak memutar knop, pintu sudah terbuka lebih dulu dan menampilkan sosok pria yang wajahnya sudah terlihat kerutannya dengan tatapan khawatir.
"Ayah/Hana!"
Sebelum ayahnya mengeluarkan omelan gadis itu sudah lebih dulu memeluknya. "Yah maafin Rey," David berhenti mengomel, ia melepaskan pelukan sang anak, dilihat wajah sang anak dengan teliti apakah ada luka ataupun lecet.
"Udah makan?" David mengalihkan topik, rasa khawatirnya lebih besar ketimbang kekesalannya pada Reyhana.
Reyhana tak menjawab, namun ia menatap wajah sang ayah yang memang dilihat-lihat sudah tida kencang lagi. Hatinya sakit mengingat tadi pagi ia berbicara dengan nada tinggi pada pria ini.
"Udah kek adegan film Bollywood aja tatap-tatapan," sindir Raya yang melihat sang ayah dan sang kakak.
***
"Jadi? Lo nggak bakal ikut snbt kalau nggak keterima?" Tanya Raya memastikan.
"Cius?" Timpal Rachel.
Reyhana melemparkan mainan mobil-mobilan pada kedua kembarannya. "Secara nggak langsung kok kalian kayak yakin banget gue nggak lolos," kesalnya. Raya dan Rachel saling melirik.
"Gimana nggak yakin, dari awal aja lo udah salah langkah. Mana mungkin anak IPS linjur ke prodi peternakan, udah gitu di Udayana lagi, terus nggak sadar sama nilainya," Raya menatap malas pada Reyhana yang tidak pernah benar dalam bertindak.
"Tapi gue masih penasaran tau, alasan Lo milih peternakan, bukannya Lo suka banget ya sama yang berbau seni gitu?" Tanya Rachel, Reyhana menggaruk kepalanya.
"Ya gue pikirkan jurusan peternakan belajarnya cuman ngasih makan sapi," jawab Reyhana jujur.
"Dasar gongok!" Raya melemparkan kembali mainan mobil-mobilan tadi ke arah Reyhana. Rachel sudah ngakak sampai jatuh terguling-guling dari kasur mendengar jawaban Reyhana yang diluar antariksa.
"Dahlah, nggak guna gue nyamperin Lo ke sini, mending gue belajar nulis esai buat persiapan beasiswa nanti," Raya turun dari kasur Reyhana dan berjalan keluar.
"Bokap Lo kaya woi, masih aja mau dapet beasiswa, mau diapain itu harta kalau nggak dipakai!" Teriak Reyhana pada Raya yang sudah menjauh.
"Mau dipakai buat ngawinin gue sama Sehun EXO lah," jawab Rachel asal lalu berjalan mengintili Raya.
Reyhana yang mendengar kata "kawin" itu langsung merinding karena teringat akan kejadia tadi.
"Amit-amit gue kawin sama itu orang," ucap Reyhana merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davidson's House [END]
FanficMenceritakan sebuah rumah yang dihuni seorang pengusaha tampan yang sedang naik daun dan ternyata telah memiliki tiga anak kembar berwajah cantik. Rumah tak pernah sepi selama tiga remaja kembar itu ada, meskipun pria itu harus mengelus dada akan ke...