Raya terlihat tak tenang dalam tidurnya, di alam bawah sadarnya, ia tengah bermimpi tentang kejadian sepuluh tahun yang lalu. Di mana kobaran api memenuhi seluruh penjuru ruangan, suara teriakan minta tolong terdengar saling bersautan.
Lalu ketika sebuah tiang besar hendak menimpanya Raya langsung terbangun, napasnya tersengal-sengal. Seolah-olah ia baru saja lari maraton. Ia melihat jam dinding yang baru menunjukkan pukul satu malam.
Raya memutuskan untuk mencuci wajah di kamar mandi guna melupakan mimpi buruknya barusan. Sudah hampir lima tahunan ini Raya tidak pernah memimpikan kejadian kelam yang telah merenggut nyawa nenek dan kakeknya. Namun, entah mengapa malam ini mimpi itu kembali muncul.
Gadis itu mengeluarkan foto yang ia temukan di gudang beberapa Minggu lalu, terpampang jelas wajah sang bunda yang terlihat cantik, dari kedua saudarinya, Reyhana lah yang menurut Raya paling mirip dengan bunda.
"Bunda, Raya kangen," air mata gadis itu turun membasahi pipi Raya yang tirus karena akhir-akhir banyak tekanan untuk persiapan masuk perguruan tinggi negeri.
"Bunda sekarang ada di mana sih? Hiks," gadis itu menangis dengan di temani suara detak jam.
David yang setiap jam satu malam memang terbangun dan selalu mengecek keadaan kamar anak-anak merasa aneh dengan ventilasi kamar Raya yang terlihat ada cahaya lampu, apakah gadis itu tidak tidur? Pikir David, dia membuka sedikit pintu kamar anak gadisnya.
Gadis itu terlihat mengusap air matanya, kenapa Raya menangis di tengah malam begini? Apakah ada masalah? Ataukah mimpi buruknya kembali datang? Padahal sudah lama Raya tidak bercerita tentang mimpi buruk di masa lalunya, yang berarti terapi pemulihan traumanya dulu berhasil.
Namun, kenapa gadis itu menangis. Saat hendak membuka lebih lebar pintu kamar Raya, tiba-tiba ada suara teriakan dari bawah. Dari suaranya, Reyhana yang berteriak. David buru-buru berlari ke bawah melupakan tujuannya ke kamar Raya.
Raya pun terkejut mendengar teriakkan itu, dia segera menghapus jejak air matanya dan menyusul sang ayah yang sudah berlari ke bawah. David menyalakan lampu lantai bawah, di sana sudah ada Reyhana dan Rachel.
"Kenapa kak?" Tanya David panik setelah menyalakan lampu.
Reyhana berusaha mengatur napasnya, "Anjir! Ternyata hantunya lo Chel!"
"Hantu?" Bingung David yang kemudian paham arah semua ini.
"Hantu pala Lo," Rachel menyentil pelan dahi Reyhana.
"Ya habisnya ngapain sih Lo pakai mukena malem-malem begini, kan lo tadi udah sholat isya," David mengangguk menyetujui pernyataan sang anak sulung. Rachel merotasikan bola matanya.
"Ya tahajud dong broo, emangnya Lo, sholat fardhu masih suka bolong," ejek Rachel. Reyhana melotot tak terima Rachel mengatai sholat wajibnya masih bolong.
"Enak aja, gue udah bisa Istiqomah ye, ya meskipun kadang sholatnya mepet waktu."
"Ada apa sih ribut-ribut?" Tanya Raya yang baru datang.
"Ini Lo dek, Reyhana kira tadi ada hantu, eh ternyata hantunya Rachel," kata David menejelaskan.
"Pffttt," Reyhana menatap malas Raya yang tertawa cekikikan sampe ngik-ngok.
David geleng-geleng, memang ada-ada saja. Lalu ia menyuruh mereka untuk segera naik ke atas untuk tidur, sebab besok mereka harus sekolah. Ia menunda keinginannya untuk bertanya pada Raya soal tadi.
***
Sejak kejadian tadi malam, Raya jadi sering melamun. Tiba-tiba perasaan rindu pada sang bunda kembali hadir, seperti sekarang. Raya memilih duduk sendiri di kantin paling pojok, di antara kedua saudaranya, memang hanya Raya yang sulit bergaul, kecuali dulu saat ia masih menjabat ketua OSIS. Raya hanya memakai topeng ceria supaya orang-orang mau bergaul dengannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/304009947-288-k127066.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Davidson's House [END]
FanfictionMenceritakan sebuah rumah yang dihuni seorang pengusaha tampan yang sedang naik daun dan ternyata telah memiliki tiga anak kembar berwajah cantik. Rumah tak pernah sepi selama tiga remaja kembar itu ada, meskipun pria itu harus mengelus dada akan ke...