46#secret that night

584 74 3
                                    

Jika beberapa anak laki-laki yang mendekati tiga R tidak ada yang berani berbicara empat mata secara langsung dengan David, berbeda dengan Maven. Mereka sudah berbicara sangat akrab layaknya ayah mertua dan mantu.

Itu semua berkat keahlian Maven dalam mengambil hati ayah Raya, sejak kecil kumpulan Maven adalah orang-orang dewasa yang memiliki anak perempuan. Jadi bisa dibilang dia sudah pro dalam hal mengambil hati orang tua dari calon pacarnya.

Rachel yang baru turun dari tangga memutar bola matanya ketika melihat ayahnya dan Maven terlihat akrab. "Akrab doang, tapi kagak bisa dijadiin mantu," gumam Rachel.

Gadis itu berjalan menghampiri dua orang yang masih asyik membicarakan masalah bola yang tidak Rachel pahami. "Ven, Starbucks kayak biasa ye," ucap Rachel dengan santainya sambil memeluk sang ayah dari belakang.

"Kakak!" David melotot ke arah Rachel karena merasa tak enak pada Maven.

"Oke," saking biasanya Rachel malakin Maven, sampai-sampai itu cowok udah biasa.

"Yuk," ajak Raya pada Maven yang sudah dandan cantik dengan rambut yang diikat dua, makannya jangan salahkan David yang selalu menganggap anaknya masih kecil padahal sudah mau kuliah kalau bentukannya begitu.

"Berasa lagi mau ngajak ponakan jalan deh," mereka terkekeh mendengar celotehan Maven.

"Om, kita pergi ke toko buku dulu ya," pamit Maven sambil salim pada David, laki-laki yang rambutnya sudah muncul beberapa uban itu mengangguk dan menepuk pelan punggung Maven.

"Jangan ngebut bawa motornya," pesan David. Maven hanya mengacungkan ibu jarinya.

Coba saja bukan Maven, pasti David tidak akan memperbolehkan laki-laki lain mendekati anak-anaknya. Itu juga berkat kerja keras Maven yang selalu mencari tahu tentang ayah Raya sejak kelas sepuluh, dan yang membuat ia makin berani mendekati Raya adalah karena ayahnya dulu teman sebangku David ketika SMP.

David tidak khawatir dengan Maven yang akan merusak anaknya, karena ia percaya didikan Cristino alias ayah Maven sangat keras dan tidak akan membiarkan anaknya merusak perempuan. Namun, yang membuat David takut adalah perasaan dalam hati mereka, karena bagaimanapun mereka tidak akan bisa bersatu.

Ada tembok besar yang menghalangi jalan mereka, David tahu jika Maven sangat menyukai anaknya. Ia juga pernah muda, dari gerak-gerik Maven pada Raya saja sudah cukup membuatnya tahu. Dari yang David lihat, hanya Maven di sini yang menaruh harapan tinggi, tidak dengan anaknya.

Raya malah sebaliknya, gadis itu tidak menunjukkan bentuk ketertarikan pada Maven. Raya benar-benar menganggap Maven teman ngambisnya saja tidak lebih, dipandangan David, anak bungsunya itu hanya terobsesi dengan dunia kedokteran, belum tertarik dengan hal-hal yang berbau sebuah hubungan.

Tidak seperti Raya, David harus ektra memberikan perhatiannya lebih kepada Rachel, karena anak itu karena selalu membuat laki-laki lain baper, entah apa yang dilakukan sang anak sampai-sampai hampir setiap hari ia mendapatkan pesan untuk mendapatkan restunya mengencani sang anak.

Padahal selama ini kita tahu jika Rachel tidak pernah menggatal, dia diem doang aja yang jatuh hati banyak saking cakepnya.

***

Raya sedang mengaca di toilet, seseorang yang baru keluar dari toilet ikut mengaca di sampingnya dan sedang mengeluarkan sebuah lipstik dari tasnya. Saat ia melihat kaca ia terkejut karena melihat gadis di sampingnya dari kaca.

"Raya?" Lirihnya.

"Kenapa? Kok kaget, belum nyiapin topik basa-basi buat drama ya?" Ucap Raya karena tadi ia mendengar wanita itu menyebut namanya.

Davidson's House [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang