Pukul setengah tujuh pagi, Davidson house sedang mengalami kericuhan karena mereka baru bangun. Semalam mereka baru pulang pukul tiga setelah dari festival budaya yang diadakan di hotel milik rekan kerja David.
Seharusnya pukul sebelas malam mereka sudah pulang. Namun, ketika perjalanan pulang mobil mereka tiba-tiba mogok, dan yang menjadi masalah adalah mobil mereka mogok di tengah-tengah jalan yang sepi, di mana tidak ada rumah, toko atau tanda-tanda kehidupan karena saking sepinya, hanya ada mobil mereka yang melaju.
Jadi, pukul tiga mereka baru pulang setelah meminta tolong Lukas untuk menjemput, apalagi si Lukas baru mengangkat panggilan mereka pukul dua dini hari. Jadi selama berjam-jam mereka hanya mengeluh bersama di dalam mobil.
"Raya minum susu dulu!" teriak David dari dapur melihat Raya yang berjalan dengan loncat-loncat menggunakan satu kaki, tangannya sibuk memakaikan kaos kaki di kaki yang sebelahnya.
"Buru-buru yah," balas Raya sambil buru-buru keluar.
"Nggak salim dulu?" Tanya David dengan berteriak lagi, Raya kembali lalu dengan cepat mencium punggung tangan sang ayah.
Gadis bertubuh kecil itu lari dengan sekuat tenaga menuju tempat biasa ia menunggu angkot, baru saja ia sampai sudah terlihat mobil roda empat dari kejauhan. Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padanya.
Namun sepertinya keberuntungan itu tak berlangsung lama, jika seharusnya ia sampai sekolah hanya dengan waktu sepuluh menit, kali ini tidak. Tiba-tiba saat sampai di lampu merah, terjadi sebuah kecelakaan yang membuat jalanan pagi ini macetnya nggak ketulungan.
Kurang lima menit lagi gerbang sekolah akan ditutup, tapi ia malah terjebak dan kemungkinan sangat kecil ia akan sampai sekolah dengan tepat waktu.
Raya memutuskan untuk turun di sini saja, setelah membayar angkot ia buru-buru turun dan memutuskan untuk berlari di trotoar. Ia berhenti sejenak karena perut bagian bawah kirinya sakit, atau yang disebut dengan kondisi kalikiben.
Saat ia melihat ke jalanan, ia melihat sebuah motor besar yang sudah ia ketahui pasti siapa itu. Raya melambaikan tangannya menyuruh orang itu berhenti.
"Raya? Kok di sini?"
"Udah, ntar aku jelasin, sekarang mendingan kita buru-buru ke sekolah," ucap Raya sambil berusaha naik ke atas motor Maven.
Maven melajukan motornya dengan kecepatan penuh sesuai perintah gadis yang duduk di jok belakangnya. Akhirnya mereka sampai, ternyata dua menit lagi gerbang akan ditutup.
"Huft, makasih ya, untung aja tadi ada kamu, coba kalau nggak, pasti aku udah dihukum kayak mereka, kan nggak banget kalau aku dihukum," Maven tersenyum melihat gadis kecil sampingnya yang sudah mengatakan itu lebih dari lima kali.
***
Jika Raya berhasil masuk tepat waktu, berbeda dengan dua saudarinya. Reyhana dan Rachel memilih untuk tetap berangkat bersama sang ayah meskipun mereka tahu jika nanti akan dihukum, tadi saja David sudah menyetir mobil dengan sangat cepat supaya sang anak tidak akan telat.
Namun, namanya juga sudah takdir, mau dia menginjak gas sampai tanahnya ikut berlubang karena saking dalamnya juga masih bakalan telat. Jadi David hanya bisa pasrah, toh salah satu anaknya si Reyhana juga sudah terbiasa telat padahal dirinya selalu mengantar mereka pagi, dan ternyata alasannya karen Reyhana mampir ke warung dulu.
Dan untuk Rachel, sepertinya sekali-kali Rachel memang harus merasakan dihukum, batin David. Memang bapak anak sama saja.
Setelah turun Reyhana tidak masuk lewat gerbang depan. "Mau kemana Lo?" Tanya Rachel karena ditinggal oleh Reyhana.
"Mau manjat pager belakang, ikut?"
"Ogah, banyak nyamuknya."
"Yaudah, silahkan aja kalau lo mau dihukum sama para babu sekolah yang mulutnya pada pedes itu, gue mah ogah," Rachel mendengus. Fyi, babu sekolah yang dimaksud Reyhana adalah anak-anak OSIS.
Tiba-tiba Rachel dikejutkan dengan klakson dari mobil yang ada di belakangnya. Rachel menoleh, ternyata itu Bu Rossa. Bu Rossa melambaikan tangannya menyuruh Rachel masuk ke dalam mobilnya.
Rachel menghampiri mobil itu, Bu Rossa menurunkan kaca mobilnya dan menyuruh Rachel untuk segera masuk supaya tidak akan ketahuan jika ia telat, toh siapa yang akan memarahi siswi yang berangkat dengan kepala sekolah meskipun telat. Rachel mengucapkan banyak terimakasih pada Bu Rossa saat turun karena berhasil lolos tanpa hukuman.
Siswa-siswi dan beberapa guru yang melihat Rachel turun dari mobil kepala sekolahpun mejadi pusat perhatian, namun Rachel tak perduli yang penting tak ada yang berani menghukumnya.
Di pagar belakang sekolah sudah ada Reyhana yang akhirnya masih tertangkap oleh guru BK, guru BK Reyhana ini sudah sangat hapal dengan tingkah muridnya yang satu itu. Tadi mereka bersembunyi untuk menangkap Reyhana, saat gadis itu baru saja melompat dari tembok langsung para guru BK keluar dari persembunyiannya dan menangkap Reyhana.
Meskipun sekolahan mereka ini swasta elit, namun tak dapat dipungkiri jika mereka sama saja dengan sekolah lainnya yang memiliki murid pembuat onar dan suka telat, dan di sekolahan ini kebanyakan dari mereka adalah para anak orang kaya.
Mereka sekolah dengan diantar supir, atau bawa kendaraan sendiri. Namun, berbeda dengan kembar R yang sering naik kendaraan umum seperti angkot dan bis. Padahal mereka juga dari keluarga kaya, namun David memang menerapkan gaya hidup sederhana.
Karena bagaimanapun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, supaya tidak kaget jika sesuatu yang buruk terjadi, David sudah melatih anak-anaknya hidup tanpa bergantung pada kemewahan, dan bisa dibilang hanya mereka yang berani naik kendaraan umum. Yang lainnya mah mana berani, gengsi bos.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davidson's House [END]
FanficMenceritakan sebuah rumah yang dihuni seorang pengusaha tampan yang sedang naik daun dan ternyata telah memiliki tiga anak kembar berwajah cantik. Rumah tak pernah sepi selama tiga remaja kembar itu ada, meskipun pria itu harus mengelus dada akan ke...