Pada akhirnya David memutuskan untuk sekalian menunggu anak-anaknya pulang, setelah selesai dari ruang BK tadi, David tak memarahi Reyhana. Ia hanya menepuk pelan pundak sang anak ketika selesai mendapatkan aduan dari guru BK tadi.
Yang lebih terkejut adalah teman-teman Reyhana, mereka pikir Reyhana akan dimarahi karena gadis itu yang sangat nakal, apalagi tampang David yang sangar. Reyhana dari awal sudah tahu jika sang ayah tidak akan marah padanya, karena gadis itu tahu jika kelemahan ayahnya ada pada dirinya dan dua kembarannya.
Namun yang pasti saat pulang nanti, yang akan menghajar dirinya adalah sang kembaran yang super cerewet, siapa lagi kalau bukan Raya. Sebenarnya kita tidak bisa menilai cara David mendidik anak-anaknya benar atau salah, namun bagi David itu adalah hal yang benar.
Kekerasan bukanlah cara mendidik yang baik menurutnya, sebab ia sudah pernah merasakan cara didikan militer dari orang tuanya. Di mana ia harus nurut, tidak boleh membuat ulah, padahal dia anak laki-laki, membuat ulah merupakan hal yang biasa. Namun di keluarganya dulu itu sangat tidak diperbolehkan.
Oleh karena itulah ia mendidik anak-anaknya dengan cara yang sedikit bebas, yang penting mereka tidak melampaui batas.
Setelah menunggu kurang lebih satu setengah jam di angkringan samping sekolahan anak-anaknya. Bisa dibayangkan, David duduk di angkringan selama satu jam dan sudah menghabiskan lima gelas es kopi susu dan sepuluh gorengan.
Perut David rasanya ingin meledak, mungkin beberapa pembeli di sana menatap horor David yang sudah terlihat seperti orang yang tidak makan berhari-hari. Kalau penjualnya mah senang-senang aja, udah dagangannya laris, yang beli orang ganteng lagi.
Akhirnya siswa-siswi sudah berhamburan keluar dari sekolahan, Reyhana sengaja tidak keluar dulu. Niatnya ingin pulang ketika sekolahan sudah lumayan sepi, padahal mah takut dijewer Raya. Reyhana tidak tahu saja jika Raya sudah sejak tadi berdiri di depan kelasnya.
Kelas Rachel dan Reyhana berdekatan, jadi ketika Rachel beru keluar dari kelasnya, ia heran melihat Raya yang hampir sangat jarang menginjakkan kakinya di kelas-kelas pembuat rusuh seperti IPS 5. Bukannya Raya sombong, apalagi karena jabatannya dulu sebagai ketua OSIS. Namun karena Raya malas jika dirinya lewat kelas IPS bawah, pasti dirinya akan digoda oleh pentolan-pentolan kurang ajar.
Rachel menghampiri Raya dan bertanya apa dilakukan, Raya memberitahu niatnya datang ke mari. Rachel yang mendengar itu hanya menahan tawa, membayangkan wajah kesakitan Reyhana ketika dijewer Raya. Akhirnya Rachel pamit keluar dulu karena tadi sang ayah sudah mengirim pesan di gurp chat mereka, jika David menunggu mereka di angkringan dekat sekolahan.
Sebenarnya di sini hanya Rachel yang masih merasa bingung karena sang ayah tumben-tumbenan menjemput mereka, pasalnya Rachel tadi tidak tahu jika Reyhana dihukum. Namun setelah mendengar cerita dari Raya tadi ia sudah paham.
Saat baru keluar dari gerbang sekolah, Rachel sudah melihat mobil hitam yang tak asing terparkir di depan warung angkringan samping sekolahannya. Rachel menghampiri ke sana, setibanya di sana, Rachel melongo melihat gelas yang berjejeran di depan sang ayah.
"Ekspresinya biasa aja bisa nggak?" David menatap malas Rachel yang menatapnya dengan raut wajah speechless.
Akhirnya Rachel ikut duduk dan memesan satu gelas es dan beberapa pisang goreng untuk mengisi perutnya sembari menunggu kedua saudaranya. Dia tadi sudah menceritakan pada David jika Raya akan menjewer Reyhana di kelas. Laki-laki itu hanya tersenyum, sudah biasa seperti ini jika Reyhana membuat ulah, pasti si bungsu yang akan bergerak.
🍣🍣🍣
Akhirnya David mengajak mereka makan siang di restoran sushi kesukaan mereka, kalau biasanya orang tua bakalan marah ketika anaknya habis bikin ulah. Tapi beda sama David, kalau anaknya habis bikin ulah, maka pulangnya pasti dia akan mengajak anak-anaknya pergi entah makan, belanja, untuk membuat mood mereka kembali membaik.
Karena David tak ingin anak-anaknya merasa tertekan, tak apa orang berpikir dirinya sosok ayah yang tak tegas. Yang penting mental anak-anaknya sehat.
Sekitar lima belas menit mereka menunggu, akhirnya pesanan mereka datang. Sebenarnya alasan mereka suka kemari bukan karena mereka sangat suka sushi-nya, melainkan es jeruk di sini sangatlah enak. Rasanya sangat berbeda dari es jeruk di tempat lain. Tak hanya mereka yang seperti itu sebenarnya, beberapa pelanggan di sini juga datang ke mari karena es jeruk.
Di tengah-tengah mereka yang sedang menikmati makan siang, tiba-tiba perut Rachel mulas, dia mengatakan pada yang lain jika akan ke toilet.
Lima menit Rachel telah selesai mengeluarkan si kuning di toilet, saa Rachel sedang mengaca di cermin toilet, tiba-tiba seorang wanita berlari masuk ke dalam WC dan menjatuhkan ponselnya.
Mungkin karena sudah kebelet, jadi wanita itu tak tahu jika ponselnya jatuh. Rachel yang melihat itu mengambilnya, hampir sepuluh menit Rachel menunggu, akhirnya wanita itu keluar dengan wajah lega.
Rachel berjalan mendekat dan memberikan ponsel wanita tadi. "Ini ponselnya tante, tadi jatuh di lantai," Rachel memberikan ponsel itu dengan tersenyum.
Bukannya menerima, wanita itu malah melongo dengan raut terkejut. Rachel yang melihat itu menggaruk tengkuknya bingung. Tante ini kenapa segitunya sih liatin gue, apa ada yang salah sama gue ya? Batin Rachel.
"Tan," Rachel mencoba menyadarkan wanita itu dengan melambaikan tangannya.
Wanita itu tersadar dan tersenyum kikuk.
"Oh, maaf," Rachel tersenyum canggung.
"Hehehe, sante aja tan. Oh iya, kalau gitu saya pamit dulu ya Tan," saat Rachel hendak pergi, wanita itu menahan lengan Rachel.
"Tunggu," wanita itu menjeda ucapannya sambil menatap Rachel sangat dalam seakan-akan ini adalah pertemuan terakhir mereka. Rachel menatap bingung wanita itu.
"Terimakasih banyak ya," Rachel tertawa hambar dan mengangguk.
"Nggak papa tan, oh iya, lain kali hati-hati ya tan, untung tadi saya lihat ponselnya tante jatuh. Kalau nggak, hahahaha," wanita itu ikut tertawa namun air matanya tiba-tiba turun. Membuat Rachel kebingungan.
"Eh, kok nangis tan," Rachel merasa semakin bingung.
Wanita itu menggeleng.
"Nggak papa, mungkin efek sudah tua, mudah emosional," Rachel hanya ber-oh riya' bingung menjawab apa.
Akhirnya Rachel segera pamit pergi, karena ia yakin jika dirinya sedang ditunggu ayah dan dua saudaranya.
"Anjir, berak atau pingsan sih," Raya memukul pelan bibir Reyhana yang asal nyerocos.
"Mulut lo ye, tadi ada tante-tante ponselnya jatuh, jadi gue ambil mau gue kasih, mana gue tahu kalau dia di WC sepuluh menit," yang lain tertawa terbahak-bahak menanggapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Davidson's House [END]
FanficMenceritakan sebuah rumah yang dihuni seorang pengusaha tampan yang sedang naik daun dan ternyata telah memiliki tiga anak kembar berwajah cantik. Rumah tak pernah sepi selama tiga remaja kembar itu ada, meskipun pria itu harus mengelus dada akan ke...