HK 18 - First kiss

69 13 0
                                    

Hai hai, happy weekend.
Selamat membaca.
Jangan lupa senyum, walau dunia ini kejam.

..............................................................................

Gilang memasuki kamar Dara yang sudah ia tempati juga selama dua hari. Nampan berisikan makanan dan jus berada di tangannya, dengan hati-hati ia letakan diatas nakas. Gilang lihat ke samping dimana Dara tengah memainkan ponsel dengan kaki yang masih di selimuti selimut panda milik wanita itu.

Melangkah mendekat, Gilang mencoba duduk di sisi kasur tepat di hadapan Dara. Merasa kehadirannya dihiraukan oleh Dara, Gilang merebut ponsel istrinya.

"Pak!" Gilang menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar bentakan Dara.

"Saya sudah bawakan sarapan, sebaiknya dimakan dulu."

"Gak mau." ucap Dara tanpa melirik nakas, ia malah mendekat pada Gilang untuk mengambil kembali ponselnya. Namun Gilang menyembunyikan benda pipih itu di belakang tubuhnya, membuat Dara tidak bisa melakukan apapun.

"Pak, balikin!"

"Gak, makan dulu. Dari kemarin kamu belum makan."

"Saya gak nafsu makan, pak." Putus Dara untuk menghentikan percakapan tentang makan yang sudah mereka lewati sejak kemarin.

"Saya suapin, mau?"

"Enggak! Apaan sih pak."

"Kamu harus makan Dara, besok harus kuliah."

Dara mendelik malas, Gilang tetaplah Gilang. Dibandingkan suami, Dara merasa bahwa sekarang sedang tinggal bersama dengan dosennya. Tidak ada perubahan dari nada bicara Gilang ataupun sikap pria itu.

"Jangan dibiasakan memutar bola mata di depan suami, tidak sopan."

Kali ini Dara mendengus, sikap siapa yang tidak sopan? Setelah malam pertama mereka sebagai suami istri, Gilang bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Lelaki itu malah memberikan beberapa modul untuk ia pelajari.

"Kamu sudah lama bolos, untuk mengejar ketertinggalan sekarang kamu baca ini." Begitulah Gilang berkata. Gak tahu apa, kalau Dara sedang burn out. Kehadiran Gilang malah semakin membuatnya kena mental.

"Dara, kamu dengar saya tidak?"

"Iya dengar." balas Dara dengan malas.

"Ya udah sekarang makan." Gilang mengambil piring berisikan makanan lalu menyerahkannya pada Dara. Baru saja Dara ingin menerimanya, tiba-tiba suara Gilang kembali terdengar.

"Kamu sudah pelajari modul yang saya kasih belum?"

"Pak.." Dara menatap dosennya itu dengan kesal, "Jadi bapa nyuruh saya makan atau belajar sih?"

"Saya hanya tanya."

"Pertanyaan bapa itu sangat sensitif, bisa bikin stress."

"Lebay, cuman disuruh baca aja. Bukan nulis skripsi."

Allahuakbar! Si bapa ya, benar-benar! Minta di eksekusi!

"Bapa paham konsep, membiarkan orang tenang dulu gak sih? Saya ini gak bisa fokus belajar."

"Sudah satu minggu lebih kamu menenangkan diri, jangan berlarut dalam kesedihan. Lebih baik, kamu menata kembali hidup."

Dara menatap Gilang tak percaya, sebenarnya orang ini pernah merasakan trauma atau minimal sedih gak sih? Kok enteng banget ngomongnya.

"Sudah, jangan tatap saya lama-lama. Nanti jatuh hati."

"Amit-amit!" umpat Dara yang langsung merebut piring dari tangan Gilang dan memakannya dengan terburu-buru, guna menahan seluruh emosi yang bisa meledak kapan saja.

Hijrah Kasih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang