Mendidik orang dewasa akan lebih sulit dan memberikan tantangan tersendiri, karena dia sudah terbiasa berpikir dan banyak melewati pengalaman.
-Gilang Ghaffar Aprianto-▪︎▪︎▪︎
Mendekati waktu maghrib, meja makan yang semula kosong dan terasa luas itu kini berubah menjadi penuh oleh makanan. Gilang menatap pasrah semua makanan itu, ada perasaan kesal dan menyesal saat tidak berhasil membujuk istrinya agar tidak terlalu banyak membeli makanan.
Saat di perjalanan pulang tadi, Dara memintanya berhenti setiap ada pedagang yang berjualan. Mulai dari es pisang hijau, martabak, dimsum, gorengan, mpek-mpek, roti bakar, mie Ayam, seblak, es kelapa, batagor, bahkan sampai telur gulung. Iya telur gulung, makanan anak kecil yang selalu ada di setiap sekolah.
"Pelit banget sih pak, jajanan segini gak akan bikin pak Gilang jatuh miskin." Itu yang Dara ucapkan padanya saat dia selalu berusaha memperingati agar tidak berlebihan. Jujur, Gilang tidak mempermasalahkan uangnya. Tapi ini sudah sangat berlebihan untuk dimakan oleh dua orang saja, dan dia yakin kalau semua makan ini tidak akan habis malam ini.
"Masih nyesel ya pak udah ngajakin saya jajan?" Tiba-tiba Dara duduk di samping Gilang dengan ekspresi wajah yang seolah mengejeknya.
"Saya gak pernah nyesel mengeluarkan uang untuk istri saya sendiri." Jawab Gilang dengan ekspresi datar. Sungguh kali ini Dara sudah keterlaluan.
"Kalau gak nyesel kenapa dari tadi liatin makanannya, pake mukanya kesal gitu. Inget umur pak, nanti makin keliatan keriputnya." Ejek Dara yang sedikit berbohong. Tidak bisa ia pungkiri di usianya Gilang yang hampir kepala tiga ini, tidak ada kerutan sama sekali.
"Saya tidak kesal karena sudah keluar uang, saya hanya kesal pada sikap kamu yang sangat serakah!" Timpal Gilang tanpa memikirkan perasaan Dara.
Dara sedikit tersentak kaget mendengar nada bicara lelaki itu. Ini lebih dingin daripada saat Gilang mengajar di dalam kelas.
Gue berlebihan bercandain dia. batin Dara
"Maaf pak, saya kalap tadi liatin semua makanan. Saya pengen balas dendam karena gak bisa makan seharian." Jelas Dara. Sedikit melemahkan suaranya, berharap Gilang akan luluh.
Namun bukannya luluh dan membujuknya seperti biasa, lelaki di sampingnya itu malah berdecak dan membuang muka. Saat itu Dara cukup sakit hati karena sikap Gilang, tapi mau bagaimana lagi, ini memang kesalahannya yang dengan sengaja ingin menguji kesabaran suaminya.
Tidak mau diabaikan, Dara memberanikan diri menyentuh lengan Gilang. Ini pertama kalinya ia berani menyentuh Gilang secara sadar tanpa di suruh oleh lelaki itu. Walau terkadang Gilang memegang tangannya atau ia yang menyalimi tangan itu. Tapi kali ini Dara benar-benar memegang lengan itu secara sadar dan tanpa di suruh, ingat bagian itu TANPA DI SURUH.
"Pak saya beneran minta maaf, saya salah karena lapar mata tadi. Saya juga minta maaf karena beli semua makanan ini pakai uang pak Gilang, harusnya tadi saya pakai uang sen-"
"Sudah saya bilang, tidak ada masalah dengan uang. Kamu bisa paham kemana arah pembicaraan saya gak sih?!" Gilang memotong ucapan Dara, dengan suara rendah menahan marah. Menahan suaranya agar tidak membentak wanita ini.
"Maaf pak, maaf. Kata Zara gak baik kalau lagi puasa marah-marah, nanti amalan puasanya berkurang."
Mendengar itu seketika mata Gilang terbuka lebar, "Kamu ini sadar gak sih lagi ngomong sama siapa?"
"Sama pak Gil-"
"Sama suami kamu!" Kembali Gilang memotong ucapan Dara, "Stop panggil saya pake embel-embel 'pak' saya ini bukan papa kamu. Dan sekarang kamu seperti berbicara pada anak kecil!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Kasih
Romance#2 Wedding Series Gilang&Adara _______________ Adara kira menyanggupi tantangan dari teman-temannya bisa menjadikannya bukti bahwa seorang Adara Zahira mampu menaklukkan semua lelaki termasuk dosennya sendiri. Namun, apa yang menjadi power dirinya s...