"Saya terima nikah dan kawinnya Adara Zahira binti Ridwan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas tunai."
"Para saksi, Sah?"
"SAH!"
"Alhammdulillah."
Gilang bernapas lega, setelah cukup lama berdiri menyambut tamu. Melihat sekitar dimana para tamu sedang menikmati hidangan dan alunan musik yang menemani mereka. Dilihatnya kesamping, dimana istrinya yang sudah duduk dengan pandangan kosong. Gilang mengernyit, tidak suka dengan pandangan Dara.
"Kamu kenapa?" tanya Gilang setelah duduk di dekatnya.
Tidak ada jawaban dari Dara, Gilang mencoba menyentuh tangan wanita itu. Seharian ini memang mereka tidak ada komunikasi apapun, mereka sibuk dengan acara atau mungkin hanya dirinya yang sibuk dengan acara hari ini.
"Dara.." Gilang tersenyum saat Dara mulai menoleh padanya, "Kamu kenapa? Lapar?"
"Eh, enggk pak." jawab Dara pelan. Gilang menatap kebawah dimana Dara berusaha menjauhkan tangannya. Namun bukannya terlepas, Gilang malah semakin mengeratkan genggamannya. Dara menatap Gilang datar.
"Pak, tolong lepas. Malu sama orang-orang."
"Kenapa mesti malu? Kita sudah menikah, mereka akan mengerti."
"Tapi saya gak nyaman." ucap Dara memohon. Gilang menatap Dara lama, lalu mengangguk paham dan mulai menjauh.
Tak lama dari itu muncul Zara yang langsung memberi selamat pada mereka, Gilang tersenyum berterima kasih. Zara berhenti tepat di depan Dara, dari posisinya berada, bisa Gilang perhatikan kedua wanita itu berbincang seolah lama tidak bertemu.
"Astaga Dara, gue seneng banget bisa liat lo lagi." ucap Zara senang.
"Sorry." balas Dara merasa bersalah karena selama ini selalu menolak bertemu jika Zara datang ke rumahnya.
"Gue yang harusnya minta maaf, gue gak tau harus apa waktu itu." Zara sangat menyesal tidak memastikan Dara pulang dengan selamat
"Gue seneng lo gak kenapa-napa. Gue juga baik-baik aja." Dara memegang lengan Zara, mencoba memberitahu bahwa tidak seharusnya Zara merasa bersalah.
Bisa di lihatnya, Zara melirik kearah samping. Dara mengerti, ia menghela napas lalu menggenggam tangan Zara erat.
"Bisa gak lo tetep di sini?" Dara berterus terang, tidak mempedulikan tatapan bingung dua orang ini.
"Maksud lo?" Zara merasa tak enak, pasalnya pak Gilang menatap Dara dengan frustasi. Sebenarnya ada apa dengan mereka berdua. Dengar pernikahan Dara dan pak Gilang saja sudah menjadi berita yang mengejutkan, entah apa yang sudah mereka berdua lakukan hingga berakhri di atas pelaminan seperti ini.
Sebenarnya tidak ada anak kampus yang di undang, hanya Zara seorang, berbeda dengan teman Gilang. Pada dosen, teman kuliah, Gilang mengundang mereka karena ini adalah pernikahannya. Tapi Dara tidak mau bahwa pernikahan ini terdengar di telinga teman-temannya. Maka dari itu, hanya sedikit yang ia kenal disini. Sebagian dosen yang pernah mengajar kelasnya dan juga Zara yang baru datang sendirian, karena Dara sudah mewanti-wanti kalau temannya itu harus datang sendiri.
"Gak ada yang gue kenal disini. Gue pengen ada teman."
"Tapi..." Zara benar-benar tak enak dengan pak Gilang.
"Please.." Dara memohon.
"Ekhm."
Mereka berdua tersentak lalu menatap Gilang dengan takut.
"Acara sudah selesai, silahkan jika kalian masih ingin melepas rindu." ucap Gilang lalu pergi meninggalkan mereka berdua.
"Tuhkan, gue jadi gak enak nih." resah Zara, menatap kepergian dosennya. Mereka sedang duduk berdua di kursi pelaminan, kedua orang tua Dara dan Gilang sudah mulai berbaur dengan saudara yang lain. Beberapa tamu masih tinggal, mungkin itu adalah teman Gilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Kasih
Romance#2 Wedding Series Gilang&Adara _______________ Adara kira menyanggupi tantangan dari teman-temannya bisa menjadikannya bukti bahwa seorang Adara Zahira mampu menaklukkan semua lelaki termasuk dosennya sendiri. Namun, apa yang menjadi power dirinya s...