Dara mengoleskan lipstick di bibirnya, menatap puas warna bibirnya di cermin kecil yang selalu dibawanya ke mana-mana. Hari masih sangat pagi untuk seorang Adara berkeliaran di kampus, ini semua gara-gara Zara yang memberi info bahwa kelas pak Gilang akan diadakan pukul 8 pagi. Alhasil dirinya bergegas mempersiapkan diri dan mengatur strategi untuk misinya ini.
Kali ini Dara tidak ingin bolos atau terlamat masuk kelas Gilang, demi kelancaran misinya ia sampai kerepotan bertanya pada Zara mengenai adanya tugas atau sekedar bertanya materi pertemuan kali ini. Jelas saja Zara si anak ambis memberikan semua informasi mengenai mata kuliah Gilang pagi ini.
Setelah pertemuan dengan Gilang di restoran minggu lalu, dimana dosennya itu memanggil namanya dengan lengkap membuat Dara cukup percaya diri untuk melanjutkan misinya. Dengan bersenandung pelan, kakinya melangkah memasuki kelas. Dari posisinya, bisa ia lihat Zara yang menoleh kearah pintu masuk dan melambai-lambaikan tangan padanya.
"Serius, seorang Dara datang sebelum dosen masuk kelas?" tanya Zara penuh semangat.
"Sejujurnya males gue, tapi mau gimana lagi." Jawab Dara acuk tak acuh, dia mengambil duduk disamping Zara. Matanya mengernyit menatap modul yang berjudul Komunikasi jembatan hubungan, diraihnya modul itu. Entahlah itu modul atau bukan, yang jelas ia kagum dengan kreativitas Zara yang menghias modul itu dengan gambar-gambar bunga.
"Apaan nih? Lo lagi jatuh cinta ya?" tanya Dara. Zara menggelengkan kepalanya, diambilnya kembali modul itu dan membuka halaman kedua, menunjukkannya pada Dara.
"Ini buat lo."
Dara mengernyit saat membaca isi buku itu. halaman yang ditunjukan Zara adalah sebuah quotes.
Hubungan yang baik itu karena adanya pondasi komunikasi yang kuat, dengan komunikasi bisa menciptakan kisah yang tak terlupakan. Pandai-pandailah berkomunikasi agar hubunganmu sehat.
"Apaan nih maksudnya?" Dara menjauhkan modul itu dan bergidik ngerti ketika melihat senyum penuh misteri yang ditunjukan Zara. Please ini masih pagi, staminanya belum terkumpul dengan sempurna. dia tidak bisa menangkap maksud dari sahabatnya itu, tapi yang jelas ia ketahui adalah Zara sudah menyiapkan banyak rencana untuknya.
"Gue akan jelaskan setelah lo berhasil menjalin komunikasi yang baik dengan pak Gilang."
"Kok? Tumben banget lo dukung gue."
"Melihat betapa niatnya lo datang pagi cuman buat ikut kelas pak Gilang, gue rasa misi kali ini gak akan ngerugiin sahabat gue." Jelas Zara tersenyum penuh misteri.
"Gue gak ngerti----"
"Selamat pagi semuanya."
Keduanya menoleh ketika suara Gilang terdengar di ruangan kelas ini. Zara membetulkan duduknya dan mulai mengeluarkan buku untuk mencatat materi yang akan diberikan Gilang hari ini. Melihatnya membuat Dara ikut-ikutan mengeluarkan buku dan bolpen. Tatapnnya juga sudah mengarah pada Gilang yang berdiri didepan sana.
"Saya sudah memeriksa tugas dan kuis kalian, hasilnya tidak terlalu memuaskan saya. Entah ini kesalahan saya yang tidak bisa menjelaskan atau memang kalian sendiri yang tidak mendengerkan penjelasan saya dengan teliti."
Dara mendelik malas, baru mulai sudah mengomel. Ini yang tidak Dara sukai dari Gilang, bagaimana mahasiswa bisa tetap focus pada mata kuliahnya kalau sebelum mulai saja manusia itu membuat mood semua mahasiswa rusak. Bukannya memberi motivasi untuk menyelesaikan kuliah, ini seperti menahan mahasiswa untuk terus mengikuti kelasnya dari semester ke semester.
"Dan yang lebih parahnya lagi, ada satu mahasiswa yang tidak punya nilai."
Suasana kelas mulai hidup ketika mendengar penjelasan dari Gilang, mereka saling berbisik dan mencari tau siapa mahasiswa yang mempunyai nyali untuk mengulang kelas Gilang di semester depan. Semua orang saling menuduh dan menebak-nebak, mereka menyebutkan satu persatu teman yang jarang hadir di kelas Komunikasi ini. Ya Gilang adalah dosen komunikasi yang paling Dara benci.
"Tidak udah ribut, kalian akan tau sendiri setelah perkuliahan selesai. Sekarang kembali focus pada kuiah, hari ini kita hanya akan berdiskusi."
Tidak lagi mendengarkan penjelasan Gilang, Dara memilih menopang dagu dan memperhatikan Zara yang tampak focus. Ditatapnya satu persatu orang yang sedang serius mendengarkan penjelasan Gilang. Dara bertanya-tanya apa semua orang yang mengambil mata kuliah ini isinya orang serius semua. Dari awal Gilang menginjakkan kaki di kelas ini, suasana kelas berubah jadi kaku.
Tidak bisakah jika dosennya serius, setidaknya mahasiswa yang mencairkan suasana kelas ini. Ini pertama kalinya Dara mengikuti kelas Gilang, biasana dia akan bolos atau diusir seperti waktu itu. Dara tidak tau kalau kelas ini akan sangat menakutkan, bosan sudah jelas bahkan saking bosannya Dara sampai menguap dan berniat menundukkan kepala di atas meja.
"Kamu yang memakai baju kuning."
Samar-samar Dara bisa mendengar Gilang yang memanggil seseorang, mungkin ini sedang sesi tanya jawab. Judulnya saja diskusi pasti ada tanya-jawab. Tanpa menghiraukan suara desas desus, Dara kembali memejamkan mata di balik tangannya yang dilipat diatas meja. Namun gerakan disisi kirinya membuat dia menghela napas.
Apa lagi sih?"
Dara bangun berniat protes pada Zara yang mengganggu ketenangannya. Tapi baru saja ia mendongak, dia dibuat kaget ketika semua orang melayangkan tatapan iba padanya.
Kenapa?
"Adara Zahira."
"Ya?" reflek Dara menoleh pada Gilang yang memanggil nama lengkapnya, ini kali kedua lelaki itu menyebutkan nama lengkapnya dengan lantang.
"Menurut kamu, komunikasi yang baik itu seperti apa?"
"Ya?" Dara mengerjap ketika di tanya seperti itu, tiba-tiba otaknya blank dia juga merasa gugup ketika ditatap lama oleh Gilang dan juga teman-temannya yang tidak berhenti menatapnya.
Gak bisa begini terus, Dara menarik napas dan mencoba tenang lalu sedikit menggeser duduknya mendekat pada Zara. Satu-satunya orang yang bisa menolongnya hanya Zara.
"Ptsss, Zar, jawaban dari pertanyaan pak Gilang apaan?" tanya Dara dengan mata yang masih menatap Gilang. Bisa dia dengan kekehan Zara sebelum memberitahu jawabannya. Dara mengikuti apa yang Zara bisikkan di telinganya.
"Komunisai yang baik itu ketika dua orang saling memberikan feedback, bertukar pikiran tanpa ada yang merasa tinggi dari ucapannya. Keberhasilan komunikasi juga bisa dilihat dari hubungan seseorang yang sehat. Karena terjalinnya komunikasi yang baik membuat hubungan itu juga sehat, contohnya saat seseorang merasa tidak nyaman dia akan langsung mengkomunikasikannya tanpa membuat orang salah paham." Jawab Dara lanjar jaya.
"Baik, bagus sekali Zara."
"Eh? Maaf pak nama saya Dara bukan Zara."
Gilang yang sudah berjalan menuju mejanya kembali berbalik, ditatapnya mahasiswa yang sering bolos itu. "Salah satu contoh komunikasi yang bisa membangun hubungan baik adalah ini. Ketika kita merasa terancam, tanpa perlu menjelaskan teman yang punya hubungan baik dengan kita akan langsung membantu. Saya cukup tertarik dengan pertemanan kalian. Disaat semua orang memilih untuk diam, saudari Zara rela membantu temannya yang sedang asik tidur untuk menjawab pertanyaan saya."
Dara melongo, jadi dia dijadikan bahan uji coba untuk mata kuliah yang bahkan baru pertama kali ia masuki. Dara menoleh cepat saat mendengar cengengesan orang disebelahnya. Zara menepuk bahunya beberapa kali sebelum mengucapkan terima kasih pada Gilang.
"Barut tau gue rasanya ditusuk dari belakang sama temen sendiri, menyakitkan bund." Ucap Dara sembari membereskan peralatan tulisnya kedalam tas. Seharusnya hari ini adalah hari kebangkitannya untuk melanjutkan misi, namun bukannya bersemangat banggkit, Dara malah semakin malas untuk melanjukan misi mendekati dosennya itu.
"Kelas saya cukupkan sampai disini, kali ini tidak ada tugas. Dan untuk Adara Zahira, saya minta kamu untuk ikut keruangan saya."
Tidak perlu repot-repot mengucapkan terima kasih karena Gilang sudah berlalu keluar meninggalkan kelas pagi ini bersama kekesalan Dara yang ikut serta membersamai langkah-langkah dosen so kegantengan itu.
Tbc
Sanurma_🌺
05 April 2022
20.42 WIB
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah Kasih
Romance#2 Wedding Series Gilang&Adara _______________ Adara kira menyanggupi tantangan dari teman-temannya bisa menjadikannya bukti bahwa seorang Adara Zahira mampu menaklukkan semua lelaki termasuk dosennya sendiri. Namun, apa yang menjadi power dirinya s...